Selasa, 18 Januari 2011

PROPOSAL PENELITIAN

“Pengadaan Bahan Pustaka Bagi Penyandang Tuna Netra di Perpustakaan Yayasan Mitra Netra".

Disusun Oleh:




Danang Nur Cahyadi

108025000044





JURUSAN ILMU PERPUSTAKAAN DAN INFORMASI

FAKULTAS ADAB DAN HUMANIORA

UNIVERSITAS ISLAM SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

JAKARTA

2011

PROPOSAL SKRIPSI

“Pengadaan Bahan Pustaka Bagi Penyandang Tuna Netra di Perpustakaan Yayasan Mitra Netra”


A. Latar Belakang Masalah
Pada era globalisasi dan tekhnologi ini, informasi dan ilmu pengetahuan menjadi suatu kebutuhan yang harus kita raih agar menunjang kehidupan yang lebih baik. Banyak cara yang dapat kita tempuh untuk meraih semua itu dengan salah satu cara yaitu rajin membaca. Dengan membaca kita tahu apa yang sedang berkembang atau yang sedang up to date pada masa atau era sekarang. Tidak lepas dari semua itu, perpustakaan menjadi salah satu yang bisa menjadi tempat sebagai rujukan pencarian informasi. Hal yang menjadi pertanyaan apa itu perpustakaan? Sulistyo Basuki mendefinisikan perpustakaan sebagai sebuah ruangan bagian dari gedung ataupun gedung tersendiri yang di gunakan untuk menyimpan buku serta terbitan lainnya. Definisi lainnya menyebutkan bahwa perpustakaan adalah kumpulan bahan tercetak dan non-cetak dan atau sumber informasi dalam komputer yang disusun secara sistematis untuk kepentingan pemakai, dari buku yang berbeda Sulistiyo Basuki mendefinisikan perpustakaan adalah sebuah ruangan, bagian atau sub bagian dari sebuah gedung ataupun gedung itu sendiri yang digunakan untuk menyimpan buku, biasanya disimpan menurut tata susunan tertentu serta digunakan untuk anggota perpustakaan. Dengan semakin berkembangnya sarana-sarana yang terdapat di perpustakaan dan semakin banyaknya perpustakaan menjadi suatu kemudahan sebagian masyarakat untuk melakukan pencarian informasi.
Namun demikian tidak semua orang atau masyarakat yang bisa menikmati dan menggunakan koleksi yang terdapat di perpustakaan sebagai sarana untuk melakukan pencarian informasi. Contohnya sebagian orang yang memiliki kekurangan pada fisiknya seperti penyandang tuna netra harus memerlukan satu layanan yang khusus yang dapat mempermudah dalam pencarian informasi seperti layaknya masyarakat pada umumnya. Oleh karena itu diperlukan perhatian khusus dan kerjasama dari pihak-pihak yang terkait seperti pustakawan dan pemerintah sehingga dalam penyediaan dan koleksi khusus tuna netra dapat terealisasikan semisalnya dengan menyediakan koleksi Braille dan koleksi rekaman audio/ suara pada perpustakaan umum dan khusus untuk penyandang cacat.
Akan tetapi tidak terlalu banyaknya penerbit yang menerbitkan jenis buku khusus penyandang tuna netra menjadikan penyediaan informasi dalam bentuk koleksi buku dan audio masih sangan sedikit. Sementara jumlah penyandang cacat di Indonesia yang membutuhkan informasi sangatlah banyak. Dari banyak permasalah yang menjadi kendala pada perpustakaan penyandang cacat tuna netra itu akan menjadi suatu motivasi atau sebagai tantangan bagi para pustakawan di Indonesia untuk memajukan perpustakaan tidak hanya secara umum tetapi dengan manufer-manufer pemikiran dan pengembangan suatu ide yang dapat memajukan perpustakaan yang tidak hanya dapat dikunjungi dan digunakan koleksinya oleh masyarakat umumnya tetapi dapat digunakan juga oleh sebagian masyarakat yang menyandang cacat seperti penyadang tuna netra karena mereka berhak mendapatkan perlakuan yang sama seperti masyarakat kebanyakan.
Salah satu perpustakaan khusus penyandang tuna netra yang ada di Indonesia dan terletak di wilayah Lebak Bulus Jakarta Selatan dan nama perpustakaan itu adalah perpustakaan Mitra Netra. Perpustakaan yang berada dibawah naungan yayasan Mitra Netra ini memiliki berbagai macam koleksi yang berbentuk buku Braille dan koleksi bahan rekaman. Keberadaan perpustakaan Mitra Netra ini sangatlah membantu dan berarti bagi penggunannya yang kebanyakan penyandang tuna netra.
Dan dalam pengadaan bahan pustaka bagi penyandang tuna netra sangatlah banyak terkendalan sebab itulah perpustakaan Mitra Netra memerlukan pengorganisasian secara terencana dan khusus dalam pengadaan bahan pustaka huruf Braille dan bahan rekaman suara.
Berdasarkan masalah-masalah di atas penulis ingin mengajukan penelitian dalam bentuk skripsi yang berjudul :
“Pengadaan Bahan Pustaka Bagi Penyandang Tuna Netra di Perpustakaan Yayasan Mitra Netra”

A. Pembatasan dan Perumusan Masalah
1. Pembatasan Masalah
Agar dalam penulisan skripsi ini tidak melebar maka penulis memfokuskan penelitian mengenai pengadaan bahan pustaka Braille dan bahan rekaman audio suara pada perpustakaan Mitra Netra.


2. Perumusan Masalah
Berdasarkan batasan-batasan yang telah digariskan di dalam pembahasan Masalah maka ditetapkanlah satu rumusan masalah sebagai berikut:
a. Bagaimana upaya pengadaan bahan pustaka yang terdapat di perpustakaan Mitra Netra oleh pihak perpustakaan Mitra Netra ?
b. Apa saja kendala-kendala yang dihadapi oleh pihak perpustakaan Mitra Netra dalam pengadaan bahan pustaka dan bagaimana cara untuk mengatasi kendala-kandala tersebut ?

A. Tujuan dan Manfaat Penelitian
1. Tujuan Penelitian
a. Mengetahui system pengadaan bahan pustaka pada perpustakaan Mitra Netra.
b. Mengetahui kendala-kendala yang dihadapi dalam pengadaan bahan pustaka yang terdapat di perpustakaan Mitra Netra.
c. Mengetahu cara untuk mengatasi kendala-kendala yang dihadapi dalam pengadaan bahan pustaka yang terdapat di perpustakaan Mitra Netra.
d. Melengkapi tugas dan memenuhi syarat dalam mencapai nilai tugas Metodologi Penelitian dan sebagai gambaran atau latihan untuk membuat proposal dalam skripsi akhir.

1. Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi dan nilai lebih bagi perkembangan jurusan ilmu perpustakaan pada umumnya serta perpustakaan Mitra Netra pada khususnya.terutama bagi pengadaan bahan pustaka yang terdapat di perpustakaan Mitra Netra dan seluruh perpustakaan yang masih terkendala oleh pengadaan bahan pustaka. Dan mudah-mudahan penelitian ini tidak sia-sia dan dapat memberikan masukan-masukan yang berguna bagi pengadaan bahan pustaka bagi perpustakaan Mitra Netra dan bagi para pembaca agar mendapatkan pengetahuan lebih dari penelitian tentang pengadaan bahan pustaka yang terdapat di perpustakaan Mitra Netra dan dapat termotivasi dan tersemangatkan.

A. Metodologi Penelitian
Dalam penyelesaian tugas akhir skripsi ini dan dengan menerapkan metode-metode yang telah ada maka dengan ini mengambil metode-metode Deskriptif analisis yang dimaksud deskriptif analisis adalah kegiatan yang di lakukan untuk menggambarkan kondisi yang dilihat dalam lapangan secara apa adanya data-data yang diselidiki atau diteliti kemidian dianalisa, diberikan interpretasi dan diadakan generalisasi dalam rangka menetapkan sikap dan criteria yang baik dengan tujuan untuk mengadakan klasifikasi pekerjaan. Dalam hal ini penulis mengambil langkah-langkah dalam metode lapangan diantaranya:

1. Penelitian Perpustakaan (Library Research)
Metode ini dilakukan dengan mempelajari literature/buku-buku, dokumen, artikel yang sudah ada yang harus diambil, diamati, dan diidntifikasi agar mendapatkan gambaran yang sesuai dengan pembahasan skripsi.


2. Penelitian Lapangan (Field Research)
Metode ini bertujuan agar mendapatkan data-data secara langsung dari objek penelitian dan dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya. Yaitu dengan cara:
a. Interview (wawancara)
Yaitu pengambilan informasi secara langsung dari piha-pihak yang terkait.
b. Observasi
Yaitu pengambilan informasi dengan cara pengamatan langsung ke objek yang diteliti atau tempat yang diteliti.


B. Sistematika Penulisan
Untuk mempermudah dalam penyusunan skripsi maka dengan ini penulis menggunakan sistematika penulsan dan terbagi dari 5 bab diantaranya:
BAB I : Terdiri dari pendahuluan, latar belakang masalah,rumusan masalah,batasan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, metodelogi penelitian dan sistematika penelitian
BAB II : Terdiri dari tinjauan literatur, yang mengupas semua tentang definisi perpustakaan khusus.
BAB III : Terdiri dari gambaran umum perpustakaan Mitra Netra yang terdiri dari sejarah singkat,visi & misi, struktur organisasi perpustakaan Mitra Netra.
BAB IV : Terdiri dari hasil penelitian yang dimana hasil penelitian dirangkum dari segala aspek-aspek tentang pengadaan bahan pustaka perpustakaan Mitra Netra.
BAB V : Terdiri dari penutup yang berisikan keimpulan dan saran-saran.

DAFTAR PUSTAKA
Azra, Azyumardi, et al. Pedoman penulisan skripsi,tesis dan disertasi UIN Syarif Hidayatullah, Jakarta: UIN Jakarta Press,2002.

Basuki, Sulistyo. Pengantar Ilmu Perpustakaan. Jakarta: Universitas Terbuka, Depdikbud, 1993.

Basuki , Sulistyo. Periodisasi Perpustakaan Indonesia. Jakarta: Gramedia, 1994.

Haryono; et al. Pembinaan Dan Pengembangan Koleksi Pada Pusat Perpustakaan Islam Indonesia Masjid Istiqlal Jakarta: UIN Jakarta, 2005.

NS, Sutarno, Perpustakaan Dan Masyarakat, Jakarta: Yayasan Obor Indonesia,2003.

Nurhayati; et al. Pembinaan Dan Pengembangan Koleksi Pada Perpustakaan Yayasan Mitra Netra: UIN Jakarta, 2006.

Jumat, 14 Januari 2011

“Ensiklopedi Tematis Spiritualitas Islam : Manifestasi”.

Saya akan menilai koleksi bahan rujukan Islam yang berjudul :
“Ensiklopedi Tematis Spiritualitas Islam : Manifestasi”.
Pengarangnya adalah Sayyed Hossein Nasr.
Buku referensi Islam ini diterbitkan oleh Mizzan pada terbitan pertama tahun 1997 dan telah di alih bahasakan ke bahasa Indonesia pada tahun 2003. Isi cakupan yang terdapat pada buku referensi ini menjelaskan tentang sejarah realisasi prinsip tauhid serta tasawuf dan juga figur-figur Sufi terkemuka yang berperan dalam membentuk corak tasawuf dan keberagaman umat Islam pada masanya. Tidak hanya itu, buku ini juga menjelaskan tentang berbagai permasalahan dan penyelesaian masalah saat para tokoh-tokoh sufi membentuk corak tasawuf dan keberagaman umat islam pada masanya. Para pengguna buku referensi ini kebanyakan adalah mahasiswa, dosen, para ulama, para peneliti khususnya para peneliti Islam dan juga para masyarakat umum yang ingin lebih mengetahui secara spesifik tentang ilmu-ilmu tasawuf dan juga tokoh-tokohnya.
Buku ini memiliki format fisik yang cukup baik seperti buku referensi ini adalah cetakan yang pertama memiliki 755 halaman serta tambahan xxii untuk prakata dan daftar isinya. Pada bagian cover luarnya terbuat dari hard cover serta bagian dalamnya atau kertas yang di gunakan adalah kertas HVS yang pada dasarnya berwarna putih tetapi karena telah beberapa tahun kertas pada buku reverensi ini berwarna agak kekuning-kuningan serta kertasnya sudah agak keras atau tidak lentur lagi saat lembar berikutnya dibalik. Pada cover depan telah diberikan sampul plastik agar cover aslinya tidak rusak. Tinggi buku sekitar 23,5 cm dan lebar buku sekitar 15 cm.
Penyajian informasi yang terdapat pada buku reverensi ini terdapat pada setiap entrinya yang setiap judul entrinya ditulis tebal dan terdapat nama pengarangnya pada setiap judul entri serta terdapat kepala judul di bagian atas setiap lembarnya sedangkan penyajian isi informasi buku ini menyajikan tentang tasawuf dan para tokoh-tokoh sufi yang disajikan dalam bahasa indonesia yang telah di literasikan dari bahasa Arab dan Inggris. Dalam penulisan judul entrinnya tidak alfabetis dikarenakan pada setiap entrinya saling berkaitan dan buku reverensi ini bukanlah kamus yang setiap entrinya alfabetis. Karakter khusus yang terdapat pada buku reverensi ini adalah pada huruf awalan pertamanya dicetak tebal dan besar dengan huruf kapital. Pada satiap lembarnya buku ini terdapat kepala judul di bagian atas serta terdapat nama pengarang pada setiap judul entrinya.
Susunan entri yang terdapat pada buku ini, entrinya disusun menggunakan bahasa Indonesia dan terdapat nama pengarangnya pada setiap judul entrinya serta pada penulisan entrinya mengguanakan huruf kecil dan diawali dengan huruf kapital pada setiap awal kalimat yang tidak disusun berdasarkan sistematika tertentu. Pada buku reverensi islam ini terdapat indeks tetapi tidak terdapat bibliografinya. Pada indeks yang didalamnya berisikan daftar nama tokoh yang dibahas dan di samping nama tokoh itu terdapat halaman yang membahasnya. Pada penyususnan indeks disusun secara alfabetis latin dan terbagi 2 kolom pada lembaran indeksnya. Revisi/ edisi baru/ supplemen buku reverensi islam ini sepertinya ada dikarenakan buku ini adalah buku reverensi yang sangat dibutuhkan oleh pemakai yang memerlukan buku ini sebagai rujukan suatu penelitian atau lainnya bila yang membutuhkannya banyak pasti cetakan buku ini akan ditambah atau di perbanyak. Karya serupa (similar works) yang sama dengan buku reverensi Islam ini adalah “ Islamic Spirituality : Manifestations” yang entrinya berbahasa Inggris.
Contoh Entri :
Ibrᾱhῑm Hakki Erzerumlu : Gӧrelim Hakk ne eyler-n’ eylerse ḡuzel eyler. (Hal 306).
Penjelasan contoh entri :
Ibrᾱhῑm Hakki Erzerumlu : Gӧrelim Hakk ne eyler-n’ eylerse ḡuzel eyler
Artinya : “Mari kita lihat apa yang Tuhan lakukan-apa pun yang Dia kerjakan, Dia melakukannya dengan indah! []. (Hal 306).
Kesimpulan
Dari hasil penilaian koleksi rujukan islam yang berjudul “Ensiklopedi Spiritualitas Islam : Manifestasi” dapat dikatakan buku reverensi islam yang baik dan layak untuk sebagai bahan rujukan karena buku ini dapat memenuhi beberapa persyaratan untuk menjadi bahan reverensi atau bahan rujukan islam. Berbagai persyaratan yang telah dipenuhi oleh buku ini, yaitu :
1. Dari segi judul yang baik yang banyak dicari para pembaca atau peneliti.
2. Dari segi kepengarangan yang baik.
3. Dari segi isi entri atau informasi yang ada dalam buku ini.
4. Dari segi penyajian informasinya.
5. Dari segi susunan entri dan juga asal isi informasi yang dapat di pertanggung jawabkan kebenarannya.
Namun, buku ini juga memiliki kekurangan yang dapat mengurangi syarat-syarat kelayakan sebagai buku rujukan islam. Adapun kekurangan yang ada menurut penulis, yaitu:
1. Tidak terdapatnya Bibliografi.
2. Belum adanya revisi/edisi baru/supplemen.
Dalam setiap buku pasti memiliki kekurangan dan kelebihan maka dari itu, pada setiap kelebihan akan menjadikan acuan agar buku itu lebih baik lagi dan bila masih ada kekurangannya agar menjadi pelajaran agar menjadi lebih baik dari sebelumnya.

Minggu, 02 Januari 2011

Corak Kehidupan Masyarakat Prasejarah Indonesia

Kebudayaan dan masyarakat merupakan satu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan. Masyarakat dapat bertahan hidup karena menghasilkan kebudayaan, kebudayaan itu ada karena dihasilkan oleh masyarakat. Dan melalui kebudayaanlah segala corak kehidupan masyarakat dapat diketahui.
Dengan demikian dari hasil-hasil kebudayaan material seperti yang Anda pelajari pada kegiatan belajar 1 dapat dikaji dan dipelajari corak kehidupan masyarakat prasejarah Indonesia, seperti yang akan diuraikan pada uraian materi berikut ini.
1. Sistem kepercayaan
Sistem kepercayaan masyarakat prasejarah diperkirakan mulai tumbuh pada masa berburu dan mengumpulkan makanan tingkat lanjut atau disebut dengan masa bermukim dan berladang yang terjadi pada zaman Mesolithikum.
Mengenai bukti adanya kepercayaan pada zaman Mesolithikum dapat Anda tulis pada titik-titik di bawah ini.
Buktinya adalah ....
Bukti lain yang turut memperkuat adanya corak kepercayaan pada zaman prasejarah adalah ditemukannya lukisan perahu pada nekara. Lukisan tersebut menggambarkan kendaraan yang akan mengantarkan roh nenek moyang ke alam baka. Hal ini berarti pada masa tersebut sudah mempercayai akan adanya roh.

Kepercayaan terhadap roh terus berkembang pada zaman prasejarah hal ini tampak dari kompleksnya bentuk-bentuk upacara penghormatan, penguburan dan pemberian sesajen. Kepercayaan terhadap roh inilah dikenal dengan istilah Aninisme.
Aninisme berasal dari kata Anima artinya jiwa atau roh, sedangkan isme artinya paham atau kepercayaan. Di samping adanya kepercayaan animisme, juga terdapat kepercayaan Dinamisme.
Dinamisme adalah kepercayaan terhadap benda-benda tertentu yang dianggap memiliki kekuatan gaib. Contohnya yaitu kapak yang dibuat dari batu chalcedon (batu indah) dianggap memiliki kekuatan. Untuk contoh-contoh yang lain dapat Anda baca kembali uraian materi kegiatan belajar 1 modul ini. Dengan demikian kepercayaan masyarakat prasejarah adalah Animisme dan Dinamisme. Apakah dari uraian ini Anda sudah paham? Kalau sudah paham simak uraian materi berikutnya.

2. Kemasyarakatan
Pada masa berburu dan mengumpulkan makanan, masyarakatnya hidup berkelompok-kelompok dalam jumlah yang kecil. Tetapi hubungan antara kelompoknya sudah erat karena mereka harus bersama-sama menghadapi kondisi alam yang berat, sehingga sistem kemasyarakatan yang muncul pada masa tersebut sangat sederhana.
Tetapi pada masa bercocok tanam, kehidupan masyarakat yang sudah menetap semakin mengalami perkembangan dan hal inilah yang mendorong masyarakat untuk membentuk keteraturan hidup. Dan aturan hidup dapat terlaksana denga baik karena adanya seorang pemimpin yang mereka pilih atas dasar musyawarah.

Selanjutnya sistem kemasyarakatan terus mengalami perkembangan khususnya pada masa perundagian. Karena pada masa ini kehidupan masyarakat lebih kompleks. Masyarakat terbagi-bagi menjadi kelompok-kelompok sesuai dengan bidang keahliannya.
Masing-masing kelompok memiliki aturan-aturan sendiri, dan di samping adanya aturan yang umum yang menjamin keharmonisan hubungan masing-masing kelompok. Aturan yang umum dibuat atas dasar kesepakatan bersama/musyawarah dalam kehidupan yang demokratis.

Dengan demikian sistem kemasyarakatan pada masa prasejarah di Indonesia telah dilandasi dengan musyawarah dan gotong royong.
Dari uraian materi di atas, apakah Anda sudah memahami? Kalau Anda sudah merasa paham, silahkan kerjakanlah tugas berikut ini :Buatlah contoh-contoh perilaku dari masyarakat prasejarah yang dilAndasi dengan musyawarah dan gotong-royong.

Tulislah contoh-contoh Anda pada tabel 2.6 berikut ini
Tabel 2.6 Contoh Perilaku Masyarakat Prasejarah

Setelah Anda mengisi tabel 2.6, maka salinlah jawaban Anda pada kertas selembar untuk ditunjukkan pada guru bina Anda pada saat tutorial dan selanjutnya Anda dapat menyimak kembali uraian materi berikutnya

3. Pertanian
Sistem pertanian yang dikenal oleh masyarakat prasejarah pada awalnya adalah perladangan/huma, yang hanya mengandalkan pada humus, sehingga bentuk pertanian ini wujudnya berpindah tempat.
Selanjutnya masyarakat mulai mengembangkan sistem persawahan, sehingga tidak lagi bergantung pada humus, dan berusaha mengatasi kesuburan tanahnya melalui pengolahan tanah, irigasi dan pemupukan.
Sistem persawahan dikenal oleh masyarakat prasejarah Indonesia pada masa Neolithikum, karena pada masa tersebut kehidupan masyarakat sudah menetap dan teratur.
Pada masa perundagian sistem persawahan mengalami perkembangan mengingat adanya spesialisasi/pembagian tugas berdasarkan keahliannya. Sehingga masyarakat prasejarah semakin mahir dalam persawahan.
Demikianlah uraian materi tentang corak pertanian yang dikenal oleh masyarakat prasejarah, untuk selanjutnya dapat Anda simak kembali corak kehidupan masyarakat yang lain seperti pada uraian materi berikut ini.

4. Pelayaran
Anda masih ingat tentang migrasi bangsa-bangsa ke Indonesia seperti yang Anda pelajari pada kegiatan belajar 3 modul 1? Dengan adanya perpindahan bangsa-bangsa dari daratan Asia ke Indonesia membuktikan bahwa sejak abad sebelum masehi, nenek moyang bangsa Indonesia sudah memiliki kemampuan berlayar. Kemampuan berlayar terus mengalami perkembangan, mengingat kondisi geografis Indonesia terdiri dari pulau-pulau sehingga untuk sampai kepada pulau yang lain harus menggunakan perahu. Jenis perahu yang dipergunakan adalah perahu bercadik. Untuk menambah wawasan Anda, tentang perahu bercadik, silahkan Anda amati gambar 27. berikut ini.

Gambar 27. Perahu Bercadik.
Setelah Anda melihat gambar 27, apakah Anda mengetahui cara pembuatan perahu bercadik?
Dari pembuatan perahu bercadik yang sederhana tetapi sudah mampu mengarungi samudera pada jaman prasejarah tersebut. Hal tersebut patutlah untuk dibanggakan kehebatan kemampuan berlayar nenek moyang bangsa Indonesia menjadi modal dasar dari kemampuan berdagang. Sehingga pada awal abad masehi bangsa Indonesia sudah turut ambil bagian dalam jalur perdagangan internasional.

Dengan uraian materi tersebut, apakah Anda sudah paham? Kalau sudah paham, dapat dilanjutkan kembali pada uraian materi selanjutnya.

5. Ilmu Pengetahuan dan Teknologi
Sejak zaman Neolithikum, masyarakat Indonesia telah megenal pengetahuan yang tinggi, dimana masyarakat telah dapat memanfaatkan angin musim sebagai tenaga penggerak dalam aktivitas perdagangan dan pelayaran juga mengenal astronomi atau ilmu perbintangan sebagai petunjuk arah pelayaran atau sebagai petunjuk waktu dalam bidang pertanian.
Selain berkembangnya ilnu pengetahuan, teknologi juga dikenal oleh masyarakat prasejarah terutama pada zaman perundagian, yaitu teknologi pengecoran logam. Sehingga pada masa perundagian masyarakat sudah mampu menghasilkan alat-alat kehidupan yang terbuat dari logam, seperti yang Anda pelajari pada kegiatan belajar 1 modul 2 ini.

Demikianlah uraian tentang corak kehidupan masyarakat prasejarah dalam penguasaannya terhadap ilmu pengetahuan dan teknologi. Untuk selanjutnya Anda dapat mempelajari uraian materi berikutnya.

6. Kesenian
Kesenian dikenal oleh masyarakat prasejarah sejak zaman Mesolithikum yang dibuktikan dengan adanya lukisan-lukisan pada dinding-dinding gua. Untuk selanjutnya kesenian mengalami perkembangan yang pesat pada zaman Neolithikum, karena pada masa bercocok tanam terdapat waktu senggang dari menanam hingga panen. Yang dimanfaatkan oleh masyarakat untuk menyalurkan jiwa seni, dari seni membatik, gamelan bahkan wayang.
Dari uraian tersebut maka dapatlah disimpulkan bahwa seni membatik, gamelan dan wayang adalah kesenian asli bangsa Indonesia.
Untuk selanjutnya agar Anda mudah memahami seluruh corak kehidupan masyarakat prasejarah, maka simaklah bagan berikut ini

Bagan 1. Corak Kehidupan Masyarakat Prasejarah Indonesia
Setelah Anda menyimak bagan di atas, maka berarti uraian materi tentang ciri dan corak kehidupan masyarakat prasejarah Indonesia telah usai Anda pelajari. Untuk selanjutnya Anda dapat mengerjakan latihan soal kegiatan belajar 2 ini.
________________________________________