Selasa, 01 November 2011
OTOMASI TAMAN BACAAN MASYARAKAT KINARYA DAYA ADI (TBM@KDA)
OTOMASI TAMAN BACAAN MASYARAKAT
KINARYA DAYA ADI (TBM@KDA)
Disusun Oleh :
Akhmad Raditya (108025000054)
Andari Putri (108025000059)
Chalilul Rachman (108025000030)
Rima Gloria Rizky (108025000041)
Yayu Karmila (108025000039)
Zulfachri Tribuana Said (108025000009)
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
FAKULTAS ADAB DAN HUMANIORA
JURUSAN ILMU PERPUSTAKAAN
JAKARTA
2011
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Penerapan Teknologi Informasi (TI) saat ini telah menyebar hampir di semua bidang tidak terkecuali di perpustakaan. Perpustakaan sebagai institusi pengelola informasi merupakan salah satu bidang penerapan teknologi informasi yang berkembang dengan pesat. Perkembangan dari penerapan teknologi informasi bisa kita lihat dari perkembangan jenis perpustakaan yang selalu berkaitan dengan dengan teknologi informasi, diawali dari perpustakaan manual, perpustakaan terautomasi, perpustakaan digital atau cyber library.
Ukuran perkembangan jenis perpustakaan banyak diukur dari penerapan teknologi informasi yang digunakan dan bukan dari skala ukuran lain seperti besar gedung yang digunakan, jumlah koleksi yang tersedia maupun jumlah penggunanya. Kebutuhan akan TI sangat berhubungan dengan peran dari perpustakaan sebagai kekuatan dalam pelestarian dan penyebaran informasi ilmu pengetahuan dan kebudayaan yang berkembang seiring dengan menulis, mencetak, mendidik dan kebutuhan manusia akan informasi. Perpustakaan membagi rata informasi dengan cara mengidentifikasi, mengumpulkan, mengelola dan menyediakanya untuk umum.
Sudah tidak dapat dipungkiri lagi bahwa kemajuan bidang teknologi informasi dan komunikasi (TIK) telah mengubah cara hidup masyarakat dunia dalam menjalankan aktivitas sehari-hari. Keberadaan dan peranan TIK di segala sektor kehidupan tanpa sadar telah membawa dunia memasuki era baru globalisasi lebih cepat dari yang dibayangkan semula. Hasilnya, informasi instant dapat diterima dan diikuti masyarakat di berbagai penjuru dunia. Dan, dalam waktu yang tidak terlalu lama, perubahan-perubahan yang terjadi pada tingkat global mempengaruhi masyarakat-masyarakat tersebut (Azra,2004:1).
Salah satu tonggak sejarah penting pada pergantian milenium ini adalah lenyapnya konsep jarak. Kemajuan dalam penerapan teknologi informasi dan komunikasi (TIK) dalam berbagai bidang kehidupan menjadikan konsep jarak geografis menjadi tidak penting bagi mereka yang memiliki akses terhadap TIK. Siapapun yang terhubung dengan TIK dapat mengakses informasi yang berada di manapun dan berkomunikasi dengan siapapun di manapun dia berada dengan menggunakan internet. TIK mendorong perubahan mendasar dalam kehidupan sehari-hari manusia, termasuk dalam kegiatan belajar dan mengajar (Suparman dan Zuhairi, 2004:9).
Otomasi Perpustakaan adalah sebuah sebuah proses pengelolaan perpustakaan dengan menggunakan bantuan teknologi informasi (TI). Dengan bantuan teknologi informasi maka beberapa pekerjaan manual dapat dipercepat dan diefisienkan. Selain itu proses pengolahan data koleksi menjadi lebih akurat dan cepat untuk ditelusur kembali. Dengan demikian para pustakawan dapat menggunakan waktu lebihnya untuk mengurusi pengembangan perpustakaan karena beberapa pekerjaan yang bersifat berulang (repetable) sudah diambil alih oleh komputer.
Otomasi Perpustakaan bukanlah hal yang baru lagi dikalangan dunia perpustakaan. Konsep dan implementasinya sudah dilakukan sejak lama, namun di indonesia baru populer baru-baru ini setelah perkembangan Teknologi Informasi di Indonesia mulai berkembang pesat.
Dengan membanjirnya informasi dalam skala global, taman baca diharapkan tidak hanya menyediakan buku bacaan saja namun juga perlu menyediakan sumber informasi lainnya, seperti bahan audio-visual dan multimedia, serta akses informasi ke internet. Akses ke internet ini diperlukan untuk menambah dan melengkapi pengetahuan anak dari sumber lain yang tidak dimiliki oleh perpustakaan lainnya.
B. Tujuan Penulisan
Tujuan diadakannya penulisan makalah ini adalah untuk:
a. Memperkenalkan salah satu Software Otomasi Perpustakaan
b. Sebagai bahan rujukan untuk melakukan otomasi perpustakaan
c. Memberikan informasi mengenai pentingnya Otomasi Perpustakaan
BAB II
GAMBARAN UMUM DAN PROFIL LEMBAGA
A. Profil Perpustakaan
Taman Bacaan Masyarakat Kinarya Daya Adi (TBM@KDA) dirintis pada 3 Okotber 2010. TBM@KDA ini berada di Jl. Tridharma Utama I, No.12, Cilandak Barat, Jakarta Selatan. TBM ini sudah memiliki ruangan tersendiri, yang berada di bagian depan sebuah rumah dari pemilik TBM itu sendiri. Disana terdapat 3 pengurus yang secara langsung dapat mengolah TBM. Koleksinya sudah cukup beragam, yaitu berupa koleksi buku, majalah, audio visual, dan audio. Disana juga ada mainan balok untuk anak-anak.
Sampai saat ini TBM@KDA masih berusaha untuk mengembangkan Taman Bacaannya untuk arah yang lebih baik. Sistem keanggotaan TBM@KDA menggunakan sistem keanggotaan tidak langsung, yakni setiap orang yang datang ke TBM ini secara otomatis menjadi anggota TBM.
Sistem pelayanan TBM@KDA menggunakan sistem terbuka (open acces), yaitu pengunjung dapat langsung menuju ke rak, selain koleksinya masih memungkinkan untuk dilihat langsung, catalog pun masih dalam proses. Sedangkan pengolahan bahan-bahan koleksinya hanya sekedar menggunakan sistem pengelompokan secara subjek.
Beberapa bulan ini TBM@KDA membuat layanan baru yaitu Layanan Belajar Bersama, layanan ini memperbolehkan setiap anak untuk mengerjakan PR sekolahnya di TBM, atau ingin belajar untuk Ujian.
B. Visi dan Misi
VISI
Mewujudkan masyarakat yang cerdas, berpengetahuan luas dan berbasis informasi
MISI
• Memotivasi dan menumbuhkembangkan minat baca serta budaya baca masyarakat Bhumi Tridharma
• Memberikan layanan informasi yang sesuai dengan kebutuhan masyarakat
• Mengembangkan kemitraan guna mendukung Taman Bacaan yang menjurus kepada kemandirian dan berkelanjutan .
C. Struktur Organisasi/ tim pelaksanaan
• KETUA TAMAN BACAAN
Yopie Dahlan, MBA
• SEKRETARIS
Ervin Marshah
• BENDAHARA
Nunuk Sri Sunarwati, S.Pd
• STAF ADMINISTRASI
Himawan Giri, S.Sos
• PENGELOLA
Andari Putri
Erry Wibisono
Ervin Marshah
D. Koleksi
Koleksi TBM@KDA ada 2 kategori bahan pustaka, sebagai berikut:
1. Bahan Pustaka berupa kategori Buku :
a. Buku – buku dari berbagai disiplin ilmu
b. Buku Bacaan (Cerpen, Novel, Majalah, Surat Kabar)
2. Bahan Pustaka berupa kategori Non Buku :
a. Film –film Pendidikan
b. Film anak-anak dan remaja
c. Kaset pembelajaran
d. Video (VHS & VCD)
e. Peta
f. Globe ( Bola Dunia )
g. Mainan Anak
JENIS BUKU JUMLAH KOLEKSI
Nonfiksi 392
Fiksi 151
Keterampilan 90
Karya Sastra 105
Tokoh 52
Keagamaan 114
Referensi 45
E. Layanan Perpustakaan
Jenis Layanan:
A. Layanan Sirkulasi
B. Layanan Baca
C. Layanan Referensi
D. Layanan Internet
E. Layanan Audio Visual
Jam Layanan:
SENIN Pukul 15.00 s.d 20.00
SELASA Pukul 15.00 s.d 20.00
RABU Pukul 15.00 s.d 20.00
BAB III
PEMBAHASAN
A. Software yang digunakan ialah Senayan
Senayan merupakan salah satu Free Open Source Software berbasis web yang dapat digunakan sebagai perangkat lunak untuk membangun otomasi perpustakaan. Perangkat lunak berbasis web merupakan perangkat lunak yang sedang naik daun di dunia perpustakaan saat ini. Banyak perpustakaan yang telah menggunakan perangkat lunak jenis ini untuk membangun otomasi perpustakaan atau membangun perpustakaan digital. Beberapa contoh perpustakaan yang menggunakan perangkat lunak berbasis web antara lain Perpustakaan Universitas Indonesia, Perpustakaan di lingkungan Universitas Gadjah Mada, Perpustakaan Institut Teknologi Bandung, Universitas BrawijayaMalang, Perpustakaan Universitas Sumatera Utara, Perpustakaan Universitas Diponegoro dan masih banyak lagi perpustakaan di Tanah Air yang menggunakan perangkat lunak berbasis web. Pemanfaatan perangkat lunak berbasis web oleh perpustakaan dimotivasi karena aplikasi jenis ini memungkinkan perpustakaan mendekatkan berbagai produk layanannya dengan pengguna perpustakaan. Dengan jenis perangkat lunak ini pengguna dapat mengakses layanan perpustakaan tanpa harus datang ke perpustakaan karena pengguna dapat mengakses layanan yang disediakan perpustakaan melalui web atau portal perpustakaan. Dan jika melihat sistem informasi atau berbagai perangkat lunak yang digunakan saat ini oleh perpustakaan di Tanah Air, banyak perpustakaan yang menggunakan perangkat lunak berbasis web.
Senayan dikembangkan dengan menggunakan berbagai perangkat lunak open source. Berbagai perangkat lunak open source yang digunakan untuk mengembangkan Senayan sehingga menjadi sebuah perangkat lunak otomasi perpustakaan, dibedakan menjadi tiga jenis perangkat lunak yaitu perangkat lunak yang berfungsi sebagai web server, bahasa pemrograman dan database. Ketiga perangkat lunak yang digunakan untuk membangun Senayan antara lain Apache sebagai web server, PHP sebagai bahasa pemrograman dan MySQL sebagai database yang menyimpan transaksi data yang terjadi di Senayan. Perangkat lunak ini dibangun dengan menggunakan PHP sehingga kode sumber (source code) perangkat lunak ini bersifat terbuka. Kode sumber yang bersifat terbuka inilah yang memberikan peluang bagi pengguna untuk mengembangkan Senayan lebih lanjut sesuai dengan kebutuhan perpustakaan. Hal ini dimungkinkan karena PHP merupakan bahasa pemrograman interpreter.
Senayan di produksi oleh Pusat Informasi dan Humas Departemen Pendidikan Nasional. Lebih spesifik lagi kelahiran perangkat lunak otomasi perpustakaan ini dibidani oleh Hendro Wicaksono, Arie Nugraha dan Wardiyono. Guna mendukung pengembangan Senayan kedepan, saat ini perangkat lunak otomasi perpustakaan inimemiliki komunitas pengembang yang tergabung dalam Senayan Developer Community (SDC)
Perangkat lunak otomasi perpustakaan memiliki fungsi untuk mempermudah kegiatan administrasi perpustakaan. Sebagai perangkat lunak otomasi perpustakaan maka Senayan harus mampu mempermudah kegiatan administrasi perpustakaan. Jika melihat menu-menu yang disediakan Senayan, perangkat lunak ini mampu menjalankan fungsi administrasi yang ada di perpustakaan. Kegiatan pengolahan, peminjaman, pengembalian, pemesanan koleksi, penyiangan, manajemen anggota, fasilitas pencetakan barcode (barcode koleksi dan anggota) serta berbagai jenis laporan. Senayan dapat membantu pihak manajemen untuk membuat kebijakan pengadaan atau sebagai bahan pertimbangan untuk memutuskan suatu kebijakan bagi perpustakaan. Semua kegiatan ini mungkin dilakukan dengan menggunakan menu-menu yang ada di Senayan. Berikut ini menu-menu yang disediakan Senayan, lengkap dengan penjelasan dari fungsi yang dimiliki setiap menu:
1. OPAC
Ketika membuka atau mengoperasikan perangkat lunak ini, maka pertama kali pengguna akan dibawa ke halaman depan perangkat lunak yang berfungsi sebagai OPAC (Online Public Access Catalog). OPAC merupakan menu atau fasilitas yang disediakan untuk pengguna atau pengunjung perpustakaan. OPAC berfungsi sebagai alat bantu bagi pengguna perpustakaan untuk menulusur koleksi yang dimiliki perpustakaan. OPAC sama maknanya dengan katalog online.
2. Bibliography
Bibliografi merupakan menu yang digunakan untuk melakukan kegiatan pengelolahan koleksi perpustakaan. Melalui menu ini, pustakawan dapat melakukan kegiatan memasukkan data bibliografi koleksi, memasukkan nomor barcode koleksi, editing data bibliografi koleksi, cetak label koleksi, cetak barcode koleksi dan fasilitas impor dan ekspor data yang sangat bermanfaat dalam kegiatan backup dan migrasi data.
3. Circulation
Circulation merupakan menu yang gunakan untuk melakukan kegiatan layanan sirkulasi seperti peminjaman, pengembalian, perpanjangan dan memesan koleksi yang sedang dipinjaman oleh penguna lain. Selain itu melalui menu ini pustakawan juga dapat menetapkan aturan peminjaman, sejarah peminjaman dan daftar anggota yang terlambat mengembalikan koleksi yang dipinjam.
4. Membership
Membership merupakan menu yang digunakan untuk melakukan manajemen anggota perpustakaan. Melalui menu itu pustakawan dapat melakukan input data anggota, mengatur tipe anggota, cetak kartu anggota perpustakaan serta ekspor dan impor data
anggota perpsutakaan.
5. Master File
Master File merupakan menu yang digunakan untuk menajamen data master seperti data penerbit, pengarang, kota terbit dan subjek. Apabila pengguna Senayan telah mengisi data pengarang, penerbit, kota terbit dan subjek maka ketika pengguna tersebut memasukkan data bibliografi koleksi melalui bibliografi, pengguna tersebut tidak perlu mengetikan nama pengarang, subjek, penerbit dan kota terbit. Pengguna tersebut cukup memilih nama pengarang, penerbit, kota terbit atau subjek
6. Stock Take
Stock take merupakan menu yang digunakan untuk melakukan kegiatan stock opname. Dengan menggunakan menu ini pengelola perpustakaan berusaha untuk mencocokkan data koleksi yang ada di dalam database Senayan dengan kondisi riil koleksi di rak.
7. System
Menu system merupakan menu yang disediakan oleh pengembangan Senayan untuk melakukan kegiatan mengaturan terhadap perangkat lunak secara umum. Dengan menfaatkan menu ini penggunakan dapat membubuhkan identitas perpustakaan, mengatur bahasa pengantar dan melakukan backup database Senayan.
8. Reporting
Reporting merupakan menu yang menyediakan berbagai laporan terkait dengan aktivas perpustakaan dalam memanfaatkan Senayan sebagai perangkat lunak otomasi. Berbagai laporan yang disajikan dalam menu reporting antara lain adalah laporan jumlah koleksi yang dimiliki perpustakaan, laporan transaksi peminjaman, laporan anggota perpustakaan yang terlambat mengembalikan buku dan laporan pengunjung perpustakaan.
9. Serial Control
Serial Control merupakan menu yang disediakan untuk melakukan kegiatan pengelolaan koleksi terbitan berkela.
10. Union Catalog Server
Union Catalog Server merupakan fasilitas atau menu yang disediakan Senayan untuk membangun katalog induk antar pengguna Senayan.
11. Counter Visitor
Counter Visitor merupakan menu atau fasilitas yang fungsinya sama dengan presensi. Dengan menu atau fasilitas ini pengelola perpustakaan dapat memantau jumlah pengunjung yang masuk ke dalam perpustakaan.
Sebagai perangkat lunak yang termasuk dalam kategori free open source software , Senayan berkembang sangat cepat. Sejak dirilis akhir tahun 2007 sampai dengan sekarang, perangkat lunak ini telah mencapai versi Senayan3-Stable14. Senayan3- Stable14 ini merupakan penyempurnaan dari Senayan-Senayan versi sebelumnya yang dirasa masih memiliki berbagai kekurangan. Perkembangan yang cepat ini tidak lepas dari kontribusi pengguna Senayan yang dengan senang hati akan memberikan laporan terkait dengan kelemahan atau kekurangan yang ada di Senayan. Dari laporan pengguna ini pengembang Senayan kemudian melakukan penyempurnaan. Para pengguna Senayan dapat berkomunikasi, memberikan laporan terkait dengan kelemahan yang ada di Senayan serta berbagi pengalaman dalam pemanfaatan Senayan melalui milist icsisis@ yahoogroups.com atau menu bugs and report yang tersedia di website resmi Senayan.
Keunggulan dan Kelemahan Software Senayan
Saat ini banyak free open source software yang dapat digunakan untuk membangun otomasi perpustakaan. Akan tetapi berbagai pengembang free open source software tidak memberikan garansi atas pemanfaatnya produk-produknya. Dengan kata lain apabila terdapat kekurangan terhadap perangkat lunak, pengembang free open source software tidak memberikan garansi untuk memperbaiki kekurangan yang ada. Untuk itu sebelum memilih salah satu free open source software yang akan digunakan untuk membangun otomasi perpustakaan, perpustakaan perlu melakukan penilaian terhadap sebuah free open source software sebelum free open source software tersebut digunakan. Penilaian ini perlu dilakukan agar perpustakaan tidak salah pilih dan menyesal kemudian hari karena menggunakan free open source software yang memiliki banyak kelemahan atau kekurangan.
Berdasarkan pengamatan penulis perangkat lunak ini memiliki banyak nilai lebih atau keunggulan dan hanya sedikit kekurangan. Berbagai keunggulan yang dimiliki perangkat lunak ini adalah:
1. Senayan dapat diperoleh dan digunakan secara gratis
Perangkat lunak merupakan salah satu komponen penting dalam implementasi otomasi perpustakaan. Sayangnya tidak semua perpustakaan mampu menyediakan perangkat lunak untuk otomasi perpustakaan. Hal ini disebabkan karena harga perangkat lunak otomasi sulit dijangkau oleh banyak perpustakaan di Tanah Air. Kehadiran Senayan sebagai salah satu perangkat lunak otomasi berbasis free open source software menjadi solusi terkait sulitnya dengan pengadaan perangkat lunak otomasi karena perangkat lunak ini dapat diperoleh secara gratis.
2. Mampu memenuhi kebutuhan otomasi perpustakaan
Menurut Saffady sebuah perangkat lunak otomasi perpustakaan minimal memiliki fasilitas layanan sirkulasi, katalogisasi serta on-line public access catalog atau OPAC (Saffady dalam Anctil dan Bahesti, 2004: 4). Senayan tidak hanya menyediakan fasilitas layanan sirkulasi, katalogisasi dan OPAC. Senayan menyediakan fasilitas lain seperti manajemen keanggotaan, fasilitas untuk pengaturan perangkat lunak, cetak barcode (baik barcode anggota maupun barcode buku), penyiangan serta fasilitas laporan dan unggah koleksi digital.
3. Senayan dibangun dengan menggunakan bahasa pemrograman interpreter
Senayan dibangun dengan menggunakan PHP sebagai bahasa pemrograman. PHP merupakan bahasa pemrograman interpreter yang memungkinkan untuk dimodifikasi. Dengan demikian maka perpustakaan memungkinkan memodifikasi Senayan sesuai dengan kebutuhan perpustakaan.
4. Senayan dikembangankan oleh sumber daya manusia lokal
Senayan dikembangan oleh sumber daya manusia lokal, atau dikembangkan oleh SDM bangsa Indonesia. Kondisi ini memberikan keuntungan bagi perpustakaan dan pengguna Senayan. Keuntungan tersebut adalah Senayan sesuai dengan kebutuhan perpustakaan di Tanah Air dan pengguna Senayan dapat berkomunikasi dengan mudah dengan para pengembang Senayan jika mengalami masalah dalam pemanfaatan Senayan.
5. Instalasi Mudah dilakukan
Sebagai perangkat lunak yang tergolong dalam jenis perangkat lunak berbasis web instalasi Senayan mudah dilakukan, baik itu untuk system operasi windows maupun system operasi linux.
6. Mampu berjalan di sistem operasi linux maupun windows.
Windows ataupun linux merupakan dua sistem operasi yang familiar digunakan oleh perpustakaan di Indonesia. Senayan mampu berjalan stabil di dua sistem operasi tersebut. Dengan demikian maka perpustakaan pengguna sistem operasi windows maupun linux tidak perlu khawatir tidak dapat menggunakan Senayan karena tidak mampu berjalan disalah satu sistem operasi.
7. Memiliki dokumentasi yang lengkap
Dokumentasi (modul dan manual) memiliki peranan penting dalam pengembangan sebuah perangkat lunak, termasuk free open source software . Eksistensi dokumentasi akan memudahkan pengguna atau calon pengguna dalam memperlajari sebuah perangkat lunak. Dengan dokumentasi yang lengkap pengguna atau calon pengguna Senayan dapat dengan mudah mempelajari Senayan.
8. Memiliki prospek pengembangan yang jelas
Perkembangan Senayan terjadi sangat cepat dalam kurun waktu 2 tahun perangkat lunak itu terus memperbaiki diri. Perbaikan ini terlihat dari banyaknya versi yang telah dirilis ke publik. Kondisi ini mencerminkan bahwa perangkat lunak ini memiliki prospek pengembangan. Apabila perangkat lunak ini terus diperbaharui maka pengguna Senayan yang akan memperoleh manfaatnya dari perbaikan terhadap kelemahan serta fasilitas tambahan yang disediakan dalam versi Senayan terbaru.
9. Memiliki forum komunikasi antara pengguna dan pengembang
Senayan menggunakan icsisis@yahoogroups.com sebagai forum komunikasi antar sesama pengguna Senayan atau pengembang Senayan. Keberadaan forum pengguna ini memungkinkan pengguna saling bertukar pengalaman terkait dengan pemanfaatan Senayan atau berkomunikasi dengan pengembangan jika mengalami kesulitan dalam pemanfaatan Senayan. Dengan demikian calon pengguna tidak perlu bingung kemana mereka berkonsultasi jika mengalami masalah dalam pemanfaatan Senayan, pengguna dapat berkonsultasi melalui milist ini.
Sedangkan kekurangan atau kelemahan dari Senayan sebagai perangkat lunak otomasi perpustakaan berbasis free open source software adalah:
1. Kompatibilitas web browser
Untuk mengakses Senayan diperlukan web browser. Sayangnya tidak semua web browser mampu menjalankan aplikasi ini dengan sempurna. perangkat lunak ini merekomendasikan mozilla firefox sebagai web browser. Sehingga jika penggunakan web browser selain mozilla firefox mampu tampilan Senayan tidak akan muncul secara sempurna. Misalnya ada beberapa menu yang akan tertutupi oleh banner jika pengguna menggunakan internet eksplorer sebagai web browser. Namun jika hanya digunakan untuk mengakses OPAC (online public access catalog) semua web browser dapat digunakan.
Panduan Menginstal Program Aplikasi Automasi Perpustakaan Senayan
Senayan adalah software automasi perpustakaan opensource yang dibuat oleh Hendro Wicaksono (hendro.wicaksono@diknas.go.id) dan Arie Nugraha (arie@senayan.diknas.go.id) dari diknas (Departemen Pendidikan Nasional). Alasan pembuatan software ini adalah kemampuanya untuk dapat di modifikasi dan digunakan secara free dan dikembangkan lewat komunitas dengan begitu jika ada bug dapat di share dan di pecahkan bersama-sama komunitas, hal terlebut yang membedakan dengan aplikasi outomasi fee.
Menurut Hendro dalam louncing Senayan di Pusat Kebudayaan Koesnadi Harjasoemantri kampus UGM Yogyakarta pada tanggal 8 Desember 2007, software senayan mempunyai struktur database base sql yang memiliki susunan lebih sempurna dari aplikasi lain seperti openbiblio.
Untuk kesempurnaan setiap ada laporan bug aplikasi ini selalu di update, hingga saat ini sudah di update 7, untuk mengupdate tinggal mengcopy script kemudian di paste di htdoc folder senayan.
Langkah instalasi senayan:
1. Instal Xampp, yang di dalamnya terdapat paket apache, mysql sehingga kita tidak perlu untuk menginstall secara terpisah apache dan mysql.
2. Ekstrak senayanrc-7 dan di rename dengan nama senayan di program file/xampp/htdoct (yang berfungsi sebagai server).
3. Setting sysconfig.inc, di program file/xampp/htdoct/senayan. Klik kanan sysconfig.inc kemudian openwith notepad atau wordpad.
4. Buat database mysql. Klik xampp di program file kemudian pilih mysql klik data, buat new folder dengan nama senayan_demo ( folder ini di maksudkan untuk menyimpan segala data yang ada di senayan)
5. Dumping sql, dumping sql menggunakan browser ( internet exploler atau mozila). Buka browser internet exploler atau mozila kemudian ketikan di url bar http://localhost/phpmyadmin, kemudian pilih database yang telah di buat tadi yaitu senayan_demo kemudian klik tombol browse cari senayan.sql di folder senayan yang terletak di htdoc setelah itu klik tombol go.
6. Membuka aplikasi senayan, tulis di url bar browser anda http://localhost/senayan kemudian jika berhasil akan muncul tampilan seperti ini.
7. untuk login. Username: admin, password: admin
B. Manfaat Otomasi
a. Memudahkan dalam pembuatan katalog.
b. Memudahkan dalam layanan sirkulasi
c. Memudahkan dalam penelusuran melalui katalog.
d. Mengatasi keterbatasan waktu
e. Mempermudah akses informasi dari berbagai pendekatan misalnya dari judul, kata kunci judul, pengarang, kata kunci pengarang dsb
f. Dapat dimanfaatkan secara bersama-sama
g. Mempercepat proses pengolahan, peminjaman dan pengembalian
h. Memperingan pekerjaan
i. Meningkatkan layanan
j. Memudahkan dalam pembuatan laporan statistic
k. Menghemat biaya
l. Menumbuhkan rasa bangga.
m. Mempermudah dalam pelayanan untuk kepentingan akreditasi.
C. Faktor Penggerak Dan Alasan Membuat Automasi Perpustakaan Menurut Purwono Yaitu:
Pustakawan Perpustakaan UM Oct-09 Page: 3
1. Faktor Penggerak
• Kemudahan mendapatkan produk TI
• Harga semakin terjangkau untuk memperoleh produk TI
• Kemampuan dari teknologi informasi
• Tuntutan layanan masyarakat serba klik
2. Alasan lain
• Mengefisienkan dan mempermudah pekerjaan dalam perpustakaan
• Memberikan layanan yang lebih baik kepada pengguna perpustakaan
• Meningkatkan citra perpustakaan
• Pengembangan infrastruktur nasional, regional dan global
Cakupan dari Automasi Perpustakaan
• Pengadaan koleksi
• Katalogisasi
• Sirkulasi, reserve, inter-library loan
• Pengelolaan terbitan berkala
• Penyediaan katalog (OPAC)
• Pengelolaan anggota
• Statistik (Laporan)
D. Beberapa hal yang harus diketahui dan dikerjakan oleh pustakawan dalam
mengautomasikan perpustakaannya adalah:
• Paham akan maksud dan ruang lingkup dan unsur dari AP (automasi perpustakaan)
• Paham dan bisa mengapresiasi pentingnya melaksanakan analisis sistem yang menyeluruh sebelum merencanakan desain sistem
• Paham akan dan bisa mengapresiasi manfaat analisis sistem dan desain, implementasi,
evaluasi dan maintenance.
• Paham akan proses evaluasi software sejalan dengan proposal sebelum menentukan
sebuah sistem
• Paham akan dan bisa mengapresiasi pentingnya pelatihan untuk staf dan keterlibatan
mereka dalam seluruh proses kerja
E. Komponen Automasi Perpustakaan
Pustakawan Perpustakaan UM Oct-09 Page: 4
Menurut Arif , Sebuah Sistem Automasi Perpustakaan pada umumnya terdiri dari 3 (Tiga) bagian, yaitu : (1) Pangkalan Data, (2) User/Pengguna, dan (3) Perangkat Automasi. Ketiga komponen automasi tersebut dijelaskan sebagai berikut.
1. Pangkalan Data
Setiap perpustakaan pasti tidak akan terlepas dari proses pengelolaan koleksi. Tujuan dari proses ini untuk memperoleh data dari semua koleksi yang dimiliki dan kemudian mengorgani-sirnya dengan menggunakan kaidah-kaidah ilmu perpustakaan. Pada sistem manual, proses ini dilakukan dengan menggunakan bantuan media kertas atau buku. Pencatatan pada kertas atau buku merupakan pekerjaan yang sangat mudah namun juga merupakan suatu proses yang tidak efektif karena semua data yang telah dicatat akan sangat sulit ditelusur dengan cepat jika jumlah sudah berjumlah besar walaupun kita sudah menerapkan proses peng-indeks-an. Dengan menggunakan bantuan teknologi informasi, proses ini dapat dipermudah dengan memasukkan data pada perangkat lunak pengolah data
seperti : CDS/ISIS (WINISIS), MS Access, MySQL. Perangkat lunak ini akan membantu kita untuk mengelola pangkalan data, ini menjadi lebih mudah karena proses pengindeksan akan dilakukan secara otomatis dan proses penelusuran informasi akan dapat dilakukan dengan cepat dan akurat karena perangkat lunak ini akan menampilkan semua data sesuai kriteria yang kita tentukan.
2. User/Pengguna
Sebuah sistem automasi tidak terlepas dari pengguna sebagai penerima layanan dan seorang atau beberapa operator sebagai pengelola sistem. Pada sistem automasi perpustakaan terdapat beberapa tingkatan operator tergantung dari tanggung jawabnya. Dalam setiap program aplikasi, user mempunyai tingkatan yang berlainan. Misalnya di dalam otomigenx (aplikasi Automasi Perpustakaan Buatan Perpustakaan ITB) user dibagi menjadi dua yaitu administrator dan nonadministrator.
3. Perangkat Automasi
Perangkat automasi yang dimaksud disini adalah perangkat atau alat yang digunakan untuk membantu kelancaran proses automasi. Perangkat ini terdiri dari 2 (dua) bagian, yaitu a. Perangkat Keras, dan b. Perangkat Lunak Automasi. Tanpa adanya dua Pustakawan Perpustakaan UM Oct-09 Page: 5
perangkat ini secara memadai maka proses automasi tidak akan dapat berjalan dengan baik.
a. Perangkat Keras (Hardware)
Sebelum memulai proses automasi, sebuah perangkat keras perlu disiapkan. Yang dimaksud perangkat keras disini adalah sebuah komputer dan alat bantunya seperti Printer, Barcode, Scanner, dan sebagainya. Empat buah komputer sudah cukup untuk digunakan di dalam memulai proses automasi pada perpustakaan kecil dalam hal ini perpustakaan sekolah. Sedangkan untuk perpustakaan besar, diperlukan lebih banyak komputer dan pelengkapnya agar pelayanan kepada pengguna menjadi lancar. Spesifikasi minimal biasanya tergantung dari software yang digunakan. Misalnya, software senayan (program automasi perpustakaan buatan Diknas RI) minimal menggunakan pentium III. Sebab semakin banyak tampilan berbasis grafis (gambar) maka semakin membutuh-kan spesifikasi yang tinggi.
b. Perangkat Lunak Automasi (Software)
Sebuah perpustakaan yang hendak menjalankan proses automasi maka harus ada sebuah perangkat lunak sebagai alat bantu. Perangkat lunak ini mutlak diperlukan keberadaannya karena digunakan sebagai alat bantu mengefisienkan dan mengefektifkan proses.
Ada 3 (tiga) cara untuk memperoleh perangkat lunak, antara lain :
1) Membangun sendiri dengan bantuan seorang developer perangkat lunak. Jika instansi Anda mempunyai tenaga programer maka langkah pertama ini bisa dilakukan karena dapat menghemat biaya membeli perangkat lunak automasi.
2) Menggunakan perangkat lunak gratis, misalnya : CDS/ISIS, WinISIS, KOHA, OtomigenX, Senayan Library, dan sebagainya. Perangkat lunak ini bisa didapatkan dari internet karena didistribusikan secara gratis kepada semua saja yang memerlukan. Walaupun gratis perangkat lunak ini masih banyak kekurangan dan masih harus dimodifikasi lebih lanjut agar memenuhi sesuai dengankebutuhan masing-masing perpustakaan.
3) Membeli perangkat lunak komersial beserta training dan supportnya yang dibangun oleh pihak ketiga. Perangkat lunak komersial, merupakan hasil riset pengembangnya dan mudah untuk diimplementasikan karena hanya perlu dilakukan perubahan fitur sedikit atau tidak sama sekali. Training dan Support selama beberapa periode waktu Pustakawan
Perpustakaan UM Oct-09 Page: 6
juga akan diberikan oleh vendor secara penuh sehingga pengguna dapat langsung menggunakan tanpa harus bersusah payah lagi. Pilihan ini dapat dipilih jika terdapat dana yang mencukupi untuk membeli perangkat lunak.
Pilihan yang dijatuhkan, software harus:
• Sesuai dengan keperluan
• Memiliki ijin pemakaian
• Ada dukungan teknis, pelatihan , dokumentasi yang relevan serta pemeliharaan.
• Menentukan staf yang bertanggungjawab atas pemilihan dan evaluasi software.
C. Fasilitas Yang Perlu Disiapkan Dalam Otomasi Perpustakaan
a. 2 Unit Set Komputer
b. 2 Meja Komputer + kursi
c. 1 Unit Pendingin Udara (AC)
d. Pemasangan Internet
e. 1 set Printer + Scanner
f. Barcode Finger scan (Sensor Barcode)
D. Anggaran Barang
NO NAMA BARANG JUMLAH HARGA SATUAN JUMLAH
1 Komputer 2 Unit 1.000.000 2.000.000
2 Meja Komputer + Kursi 2 Unit 200.000 400.000
3 Pendingin Udara (AC) 1 1.500.000 1.500.000
4 Internet 1
5 Printer Scanner 1 600.000 600.000
6 Barcode Finger scan (Sensor Barcode) 1 1.000.000 1.000.000
*Daftar Harga Dan Spesifikasi Fastnet
internet cable unlimited 384kbps Rp.99.000,- perbulan,
Fastnet 512kbps Rp.195.000,- perbulan
Fastnet 768kbps Rp.295.000,- perbulan
Fastnet 1500kbps Rp.595.000,- perbulan
Fastnet 3000kbps Rp.1.195.000,- perbulan
BAB IV
PENUTUP
Kesimpulan:
Software yang akan diusulkan di taman baca kinarya daya adi, adalah software Senayan. Pengembangan software Senayan di Taman Bacaan Masyarakat Kinarya Daya Adi (TBM@KDA) ini dibuat oleh Hendro Wicaksono (hendro.wicaksono@diknas.go.id) dan Arie Nugraha (arie@senayan.diknas.go.id) dari diknas (Departemen Pendidikan Nasional), Alasan pembuatan software ini adalah kemampuanya untuk dapat di modifikasi dan digunakan secara free dan dikembangkan lewat komunitas dengan begitu jika ada bug dapat di share dan di pecahkan bersama-sama komunitas, hal terlebut yang membedakan dengan aplikasi outomasi fee.
Kritik atau Saran:
Taman Bacaan Masyarakat Kinarya Daya Adi (TBM@KDA) hanya terdapat kekurang pada tenaga pengurus perpustakaan yang masih kurang menguasai software Senayan. Disarankan agar mengadakan pelatihan dalam penerapan system otomasi perpustakaan, terutama di perpustakaan dan pelatihan pengaplikasikan software yang telah dimiliki. Dan sebaiknya diterapkan dengan menggunakan software yang mudah digunakan oleh para pengguna terutama dalam ruang lingkup sekolah yang dapat dijalankan oleh para siswa maupun guru agar dapat dengan mudah dan cepat dalam menemukan suatu dokumen atau koleksi.
DAFTAR PUSTAKA
Hakim, Heri Abi Burachman. 2007. Evaluasi Kualitas OpenBiblio Sebagai Perangkat
Lunak Otomasi Perpustakaan Berbasis Open source. Dalam Fihris, Volume 2,
Nomor 1.
Hasibuan,Zaenal. A. 2005. Pengembangan Perpustakaan Digital : StudiKasus perpustakaan Universitas Indonesia
Pendit, Laxman Putu dkk. 2007. Perpustakaan Digital: Perspektif Perpustakaan
Perguruan Tinggi Indonesia. Yogyakarta, Sagung Seto.
Senayan Developer Community. Manual Senayan Versi Tiga: Berdasarkan Senayan3-
Stable 8. Jakarta, Senayan Developer Community.
Sulistyo – Basuki. Pengantar Ilmu Perpustakaan. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 1993.
Wahono, Romi Satria. 2006. “Teknologi Informasi untuk Perpustakaan: Perpustakaan
Digital dan Sistem Otomasi Perpustakaan”. Dalam www.ilmukomputer.com
http://aurajogja.wordpress.com/2006/07/11/otomasi-perpustakaan/
http://librarycorner.org/2007/02/28/otomasi-perpustakaan/
http://lib.ui.ac.id/files/Ade_Abdul_Hak.pdf
Auto-help facilities
Auto-help facilities
In the course of interacting with a host database in an online search system, a user might require some sort of assistance. The user may face various difficulties; the fol¬lowing are three major examples
1 problems related to command semanties
2 problems related to command syntax, and
3 problems associated with the choice and sequence of commands.
Online help facilities are provided, though sometimes these are not adequate. Efthimiadis suggests that an online searching aid should offer help on:
1 how the search aid system, it self is to be used
2 how to access the host(s) '
3 what different databases available and how to access them, and
4 how to formulate search techniques, etc.
With the interface used in the Web environment the user should be able to click on a 'button for the necessary information or move to another Web page containing further information or instructions. -
Search formulation
Search formulation is the most intellectually demanding aspect of an online search. Recent research efforts have attempted to use knowledge-based systems to develop intelligent front end or user interfaces. The search interface used in the Web environment offers a better choice to the user, who can view the different options on screcn and select the appropriate one to conduct a search. Many search interfaces, such as the one for DIALOG, allow both simple and expert scarch modules, designed specifically for novices and expert users respectively.
Database selection
According to lancaster the selection of an appropriate database is influenced by three main factors:
I accessibility of the database
2 scope, coverage, and quality of the available databases, and
3 capability of the searcher in matching the query with the nature and contents of the database.
Each of these factors again gives rise to a number of issues, such as:
1 the available options and criteria for choosing one or more databases
2 the specific emphasis given on any topic in the database
3 the nature of the indexing used in the database, and
4 the coverage of the database in terms of period, language, country, form of documcnt, etc.
Web access has made it easy for the user to take a look at the database categories and individual databases available, and can get all the required information about a database: coverage of subject, type of records, language, period, different search facilities, and so on. For example, in Dialogweb, one can select a database category, or can sdect one or more individual databases, and can even get detailed information on a database and its records through the appropriate blue sheet, which is available online and can be viewed on screen by the click of a button.
Uploading and downloading
These denotc file transfer operations in data processing terms. Downloading, in the context of online searching, denotes the capture of the data sent by the host computer to a file at the user's end, and uploading means sending to the host computer a file consisting of the precomposed search strategy. Downloading and uploading facilities became available because of the use of microcomputers as terminals for online search¬ing instead of the previously used dumb terminals. Again, with Web-based searches sending a query and retrieving and/or downloading records have become very straightforward. A user can view, print or download one or more selected records in a chosen format very easily. However, the time- taken to display or print a record may be lengthy if the output is too long or contains graphics.
Post-processing
Once the data have been downloaded at the user's end, the next task is called post processing, which involves reorganization or repackaging of the data in a form to suit the specific user's needs. Post-processing can range from the preparation of a bibli¬ography, in the case of bibliographic records, to complex statistical analysis in the case of numeric databanks. One or more application packages, like word-processors, statistical and graphics packages, desktop publishing packages, etc., can be used for post-proccssing.
Costs
Traditionally the costs involved in online searches included telecommunication costs, access charges for hosts, database access charges, and the cost of the online searching aid. The pricing of online host services could be either by subscription or on a usage basis or as a combination of both. Subsequently, online pricing policies gave more emphasis to the amount of data used rather than the connect time.t2 Later other marketing approaches such as discounts (for use of a large volume) and off-peak rates were applied. Gradually, as online speeds went up, a simple solution to pricing was devise, a comcination of connect time with a per-record charge.
How ever there are other pricing models too. There are examples of fixed fees for
each organization with the option of unlimited usage as well as of flat fees that will buy a fixed amount of usage. Webber provides the following data which give an indication of the recent changes in pricing systems in the online environment:
I a number of business information providers have charges only for the informa. tion delivered. For example, Dunsprint or Infocheck charges only when the user has found and ordered company profile(s)
2 ESA-IRS was the first major (traditional) online host to move away from connect time subsequently FT profile, DIALOG and Data-Star have all decreased ' connect time charges and have increased per-record charges.
3 Free samples on the Internet have been another strategy. Quote.com was one of the first companies to provide share prices of companies quoted on the New York Stock Exchange free, while charging for other services.
.
The search session
After the search terms/phrases have been selected by the user or by an intermediary, the actual search statement has to be prepared by providing the terms/phrases intcr¬posed by appropriate operators. The terms choscn may be uncontrolled, i.e. natural language terms, or may be controlled with the help of a vocabulary control device used by the system. Many systems display terms on request from the appropriate por¬tion of the in-built dictionary or thesaurus. Once the search terms have been chosen, the next task is to conduct the actual search. The different search techniques used in online retrieval systems arc briefly discussed in the following sections.
Term truncation
As discussed in Chapter 8, truncation is one of the most widely adopted scarch tcctr¬niqucs in information retrieval systems. It involves stripping a term down to a corn¬won stem in order to facilitate the process of searching.7
Phrase searching
Some systems allow the preservation of a phrase in the query statement. Example of such phrases may be 'Indian history, Mughal architecture', 'Nuclear fusior.',etc. One may be able to display the appropriate section of the dictionary or thcsaurus to establish whether a given phrase is allowed in the system or not.
Combination of search terms
We have already seen that one of the most difficult tasks in searching is the appropri¬ate coordination of search terms. Almost all online search service systems provide facilities for combining search terms by the use of Boolean operators. However, the way these are applied varies according to the systems concerned. Some systems allow the direct entry of search terms interposed by Boolean operators, e.g.
CLASSIFICATION OR INDEXING INFORMATION RETRIEVAL AND COMPUT' Some systems allow the allocation of sets first, ag. 1 CLASSIFICATION 200
2 INDEXING 170
l AND 2 12
Different logical operators can be used in the same search statement. Rules determin¬ing the representation of the different operators vary with different systems, e.g. (CLASIFICATION OR INDEXING) AND COMPUT"
(IOR AND 3)
TERJEMAHANNYA....
Auto-membantu fasilitas
Dalam perjalanan berinteraksi dengan database host dalam sebuah sistem pencarian online, pengguna mungkin memerlukan beberapa jenis bantuan. Pengguna mungkin menghadapi berbagai kesulitan, yang ¬ fol melenguh tiga contoh utama
1 berhubungan dengan perintah semanties masalah
2 berkaitan dengan sintaks perintah masalah, dan
3 masalah yang terkait dengan pilihan dan urutan perintah.
Fasilitas bantuan online yang disediakan, meskipun kadang-kadang ini tidak memadai. Efthimiadis menunjukkan bahwa bantuan pencarian online harus menawarkan bantuan pada:
1 bagaimana sistem bantuan pencarian, itu sendiri akan digunakan
2 cara mengakses host (s) '
3 apa database yang berbeda yang tersedia dan bagaimana untuk mengaksesnya, dan
4 bagaimana merumuskan teknik pencarian, dll
Dengan antarmuka yang digunakan dalam lingkungan pengguna Web harus dapat mengklik tombol 'untuk informasi yang diperlukan atau pindah ke halaman Web lain yang berisi informasi lebih lanjut atau petunjuk. -
Cari formulasi
Cari formulasi adalah aspek yang paling intelektual menuntut dari sebuah pencarian online. Upaya penelitian terbaru telah berusaha untuk menggunakan sistem berbasis pengetahuan untuk mengembangkan front end atau antarmuka pengguna yang cerdas. Antarmuka pencarian yang digunakan dalam lingkungan Web menawarkan pilihan yang lebih baik kepada pengguna, yang dapat melihat pilihan yang berbeda pada screcn dan pilih satu yang sesuai untuk melakukan pencarian. Banyak antarmuka pencarian, seperti satu untuk DIALOG, memungkinkan modul scarch baik sederhana dan ahli, yang dirancang khusus untuk pemula dan pengguna ahli masing-masing.
Seleksi database
Menurut Lancaster pemilihan database yang tepat dipengaruhi oleh tiga faktor utama:
Saya aksesibilitas database
2 lingkup, cakupan, dan kualitas dari database yang tersedia, dan
3 kemampuan pencari dalam pencocokan query dengan sifat dan isi dari database.
Masing-masing faktor lagi menimbulkan sejumlah isu, seperti:
1 yang tersedia pilihan dan kriteria untuk memilih satu atau lebih database
2 penekanan khusus yang diberikan pada setiap topik dalam database
3 sifat dari pengindeksan digunakan dalam database, dan
4 cakupan database dalam hal periode, bahasa, negara, bentuk documcnt, dll
Akses web telah membuatnya menjadi mudah bagi pengguna untuk melihat kategori database dan database individu tersedia, dan bisa mendapatkan semua informasi yang diperlukan tentang database: cakupan subjek, jenis catatan, bahasa, periode, fasilitas pencarian yang berbeda, dan sebagainya. Misalnya, dalam Dialogweb, seseorang dapat memilih kategori database, atau dapat sdect satu atau lebih database individu, dan bahkan bisa mendapatkan informasi rinci tentang database dan catatan melalui lembar biru yang sesuai, yang tersedia secara online dan dapat dilihat pada layar oleh klik tombol.
Upload dan download
Ini operasi file denotc transfer dalam hal pengolahan data. Men-download, dalam konteks pencarian online, menunjukkan menangkap data yang dikirim oleh host komputer ke sebuah file di akhir pengguna, dan sarana upload mengirimkan ke komputer host sebuah file yang terdiri dari strategi pencarian precomposed. Download dan upload fasilitas menjadi tersedia karena penggunaan mikrokomputer sebagai terminal untuk online mencari pengganti dumb terminal yang digunakan sebelumnya. Sekali lagi, dengan Web berbasis pencarian mengirim query dan mengambil dan / atau men-download catatan telah menjadi sangat mudah. Seorang pengguna dapat melihat, mencetak atau men-download satu atau lebih catatan yang dipilih dalam format yang dipilih sangat mudah. Namun, waktu-yang diambil untuk menampilkan atau mencetak rekor mungkin panjang jika output terlalu panjang atau mengandung grafis.
Post-processing
Setelah data telah di-download pada akhir pengguna, tugas selanjutnya disebut pengolahan pasca, yang melibatkan reorganisasi atau pengemasan ulang dari data dalam bentuk yang sesuai dengan kebutuhan spesifik pengguna. Post-processing dapat berkisar dari persiapan bibliografi, dalam kasus catatan bibliografi, untuk analisis statistik yang kompleks dalam kasus databanks numerik. Satu atau lebih paket aplikasi, seperti kata-prosesor, statistik dan paket grafis, paket desktop publishing, dll, dapat digunakan untuk pasca-proccssing.
Biaya
Secara tradisional biaya yang terlibat dalam pencarian online termasuk biaya telekomunikasi, biaya akses untuk host, biaya akses database, dan biaya bantuan pencarian online. Harga dari host layanan online bisa baik dengan berlangganan atau atas dasar penggunaan atau sebagai kombinasi dari keduanya. Selanjutnya, kebijakan harga secara online memberi penekanan lebih kepada jumlah data yang digunakan daripada pendekatan pemasaran time.t2 terhubung Kemudian lain seperti diskon (untuk penggunaan volume besar) dan off-peak tarif yang diterapkan. Lambat laun, karena kecepatan online yang naik, solusi sederhana untuk harga adalah merancang, sebuah comcination waktu terhubung dengan biaya per-record.
Bagaimana pernah ada model harga lain juga. Ada contoh biaya tetap untuk
setiap organisasi dengan pilihan penggunaan tak terbatas serta biaya datar yang akan membeli jumlah yang tetap penggunaan. Webber menyediakan data berikut ini yang memberikan indikasi perubahan terbaru dalam sistem harga dalam lingkungan online:
Aku sejumlah penyedia informasi bisnis memiliki biaya hanya untuk informasi. tion disampaikan. Sebagai contoh, Dunsprint atau Infocheck biaya hanya bila pengguna telah menemukan dan memerintahkan profil perusahaan (s)
2 ESA-IRS besar pertama (tradisional) host online untuk menjauh dari waktu koneksi selanjutnya FT profil, DIALOG dan Data-Star memiliki semua menurun 'menghubungkan waktu dan biaya telah meningkat per-record biaya.
3 sampel gratis di internet telah strategi lain. Quote.com adalah salah satu perusahaan pertama yang menyediakan harga saham perusahaan yang dikutip di New York Stock Exchange gratis, sementara pengisian untuk layanan lainnya.
.
Sesi pencarian
Setelah istilah pencarian / frase telah dipilih oleh pengguna atau oleh perantara, pernyataan pencarian yang sebenarnya harus disiapkan dengan memberikan istilah / frase intcr ¬ ditimbulkan oleh operator yang tepat. Para choscn istilah mungkin tidak terkontrol, yaitu istilah bahasa alami, atau dapat dikendalikan dengan bantuan alat kontrol kosakata yang digunakan oleh sistem. Banyak sistem menampilkan istilah berdasarkan permintaan dari por ¬ tion yang tepat dari kamus built-in atau tesaurus. Setelah istilah pencarian telah dipilih, tugas selanjutnya adalah melakukan pencarian yang sebenarnya. Teknik-teknik pencarian yang berbeda yang digunakan di online busur sistem pengambilan dibahas secara singkat pada bagian berikut.
Jangka pemotongan
Seperti dibahas dalam Bab 8, pemotongan adalah salah satu yang paling banyak diadopsi pencarianteknologi dalam sistem pencarian informasi. Ini melibatkan pengupasan istilah ke ¬ batang jagung menang dalam rangka memfasilitasi proses searching.7
Frasa pencarian
Beberapa sistem memungkinkan pelestarian suatu frasa dalam pernyataan query. Contoh frase tersebut dapat 'sejarah India, Mughal arsitektur', 'fusior Nuklir. ", Dll Satu mungkin dapat menampilkan bagian yang sesuai dari kamus atau thcsaurus untuk menentukan apakah sebuah frase yang diberikan diperbolehkan dalam sistem atau tidak.
Kombinasi istilah pencarian
Kita telah melihat bahwa salah satu tugas paling sulit dalam mencari adalah ¬ appropri makan koordinasi istilah pencarian. Hampir semua sistem pencarian layanan online menyediakan fasilitas untuk menggabungkan istilah pencarian dengan menggunakan operator Boolean. Namun, cara ini diterapkan bervariasi sesuai dengan sistem yang bersangkutan. Beberapa sistem memungkinkan masuknya langsung istilah pencarian sela oleh operator Boolean, misalnya
Klasifikasi atau pengambilan pengindeksan INFORMASI DAN comput "Beberapa sistem memungkinkan alokasi set pertama, ag. 1 KLASIFIKASI 200
2 pengindeksan 170
l DAN 2 12
Operator logika yang berbeda dapat digunakan dalam laporan pencarian yang sama. Aturan determin ¬ ing perwakilan dari operator yang berbeda bervariasi dengan sistem yang berbeda, misalnya (CLASIFICATION atau pengindeksan) DAN comput "
(IOR DAN 3)
.
Library Users and Nonusers
Library Users and Nonusers
Service Definition
Having a clear understanding of potential customers in a community or academic environment can the library in better understanding their needs. This information is often assembled when the library is involved in a planning process.
Evaluation questions
An analysis of who uses and does not use the library can be helpful in addressing the following types of evaluation questions:
1. What are the characteristics of those who use the library occasionally and those who use it more frequently?
2. What services are used by which diffrent segments of library custemers?
3. What are the characteristics of those who do not use the library?
4. Why do nonusers not visit the library ( physically or virtually )?
5. How does the geographic location of the library influence use of the library?
6. What services, if offered, might attract more people to use the library?
Evaluation methods
A variety of evaluation methids have been used to gain a better understanding of library user and nonusers. Each of the methods reveals different information a bout the various segments of a population. These methods include
a. Desk work analysis
b. Focus groups, and
c. Surveys of library users and of the community.
Discussion of prior evaluatios and research
It is possible to segment a popuation using five different methods or techniques:
- Demographics
- Lifestyles
- Geography
- Volume of use
- Benefits or purspose
This segmentation process can involve a population of citizens living in a specific community ( city or country ), a college or university, or employees of a company or government agency the real value occurs when two or more segmentation techniques are applied simultaneously, for example, combining demographics information with geographic information or combining several variables to abtain a better understanding of the community characteristics: age, in come, and ethnicity. In addition, combining demographics with lifestyle information can reveal a great deal about a community.
Demographics
Historically, public libraries have used census information to build a profile of the citizens of their community. This allowed yhe library to segment citizens according to age, education, sex, ethnicity, marital status, family income, number of children, and so forth. For example, age-related information assists a library in identifying the possible need for preschool programs or large print material for seniors.
In almost all cases, census information is manuallv extracted at the city or country levels, although it is possible to present the information at the census track or censusu block level ( about 1,000 people in a block ).
Lifestyles
Market researchers have also identified consumers according to their lifestyles. The lifestyles approach combines demographics with how people decide to spend their time and money. Although a choice of lifestyle relates in large part to income, it is influenced only slightly by education.
One study analyzed more than eight million circulation transactions in 10 communities of different types and found that lifestyles had little to do with circulation patterns the patterns were remarkably similar acrossthe communities. Fiction and audiovisual materials accounted for about two –thirds of all circulations regardless of the community and its characteristic or lifestyles. Another study analyzed adult circulation patterns among 21 branches of the india- npolis- marion county ( indiana) public library and found that people tended to real very similar types of materials regardless of the characteristics of the populations served by each branch.
Geography
Using geographic- based computer software, sometimes called geographic information system ( GIS ) softwere, it is possible to create a map of the city or country ( or a combination of counties ) and present the census information in a map – based from. This is a particularly effective tool for libraries that have branches because they can assign each census track to a service area for each branch location. This allows the decision markers the opportunity to visually see the demographic difference among the citizens of the jurisdiction. Many local government agencies use GIS for planning the location of facilites: police and fire stations, police patrol areas, and much more.
Christie Koontz Florida State University has developed the public Library Geographic Database ( the GeoLib database ), which is accessible via the internet. The GeoLib database pulls together the census information, public library use data, and other publicly available information for all 16.000+ public library locations in the United States. The library can adjust the service area boundaries for each branch location.
America’s shifting demographics require that public libraries shift their tactics to better respond to the needs of a changing population. The flexibility of the mapping softwere allows a library to explore different scenarios for service delivery. The resulting maps can be helpful at the time of budged hearings, for exploring alternative branch site locations, and for general reporting to library’s stakeholders. The GeoLib system can help libraries answer questions such as the following.
• What are the population characteristic within one mile of each library location? Do the population characteristics differ as the distance increases to two miles, there miles and so forth?
• What percent of the senior population lives within three miles of each library location?
• What percent of an ethnic population ( pick a group ) who live within three miles of a library location are under the age of 18? Under the age of 10?
• What impact do topographical boundaries such as major highways or rivers have on demand for services?
The importance of branch library location cannot be overemphasized. People choose to spend time and resources traveling from home or a workplace to visit library. The average library customer will not travel more than two to three miles to visit a library. So, just as for a retail store or a fast-food restaurant, the old real estate maxim hold true: location, location, location.
One of the most compelling reasons for using geographic information system is that it will visually display how different segments of the population “cluster” within a community especially in regard to the location of library facilities.
Methods that have been used in the past to understand how people are drawn to location include using the experience of the library staff, assigning census tracts to a branch library location ( 5,000 to 8,000 peoplein a tract ), drawing a radius around each location to determine what propcrtion of the population lives within the radius, or plotting library card holder address information on a map.
Christie Koontz mapped demographic and library use data several public libraries with branches and found that branch libraries serving primarily minority populations had higher in- library use, higher reference transactions, and greater program attendance, while ar the same time having lower circulation figures. This is significant because most public library system will use circulation as the sole indicator of a branch library’s performance.
Another study found that large bookstores reduce the probability of household pubic library use for some, but not all, use of the library. While children’s programming is found to be immune to competition, job- relate and informational usse of the library are reduced.
Several studies used multivariate analysis ( multiple regression analysis ) in modeling public library use and postulated that a resident’s library use is a function of his or her socioeconomic and locational characteristics. Demographic variables alone do not accurately predict library use, but topograhical features, hours of operation, size of the building, and unique population characteristics will affect library use.
Volume of Use
It is also possible to segment the population by use, which results in the classic split of users and nonusers. The more optimistic prefer to call nonusers “potential users”. With today’s automated system, it is fairly easy to obtain a set of reports what will sort the registered borrowers into several groups:
• Customers are “card-carrying individuals” who use the library. They can be subdivided into three groups:
- Frequent users are those who use the library on a monthly or more frequent basis
- Moderate users will use the library at least quarterly
- Infrequent users are those who will use the library at least once a year.
• “lost customers” are people who visited the library, completed an application form, and received a library card. However, they have not used the library for more than a year. So while they “found” the library once, they are now “lost”. Depending on how often library user records are purged from an automated system, as much as 30 to 40 percent of registered library users will fall into the lost category.
• Nonusers are people within a community who may or may not be aware of the location of libraries and the range of services they offer. It is interesting to note than even thogh these individuals do not have library cards, they are generally very supportive of the concept of the public library and will support the library, as evidenced by their willingness to vote for library bonds and sorth. Note that nonusers can be divided into two groups: those who can be enticed into the library and those who will never, under any circumstances, use the library.
Identifying the number of nonusers is a straightforward calculation. Subtracting the number of registered library borrowers from the total population of the jurisdiction will provide the number of nonusers. Note that the total number of registered borrowers may exceed the total population of a jurisdiction due to nonresidents becoming registered library card holders.
Discrete choise analysis links the microeconomic consumer theory with the statistical analysis of categorical data ( users, lost users and nonusers ). A study that applied a discrete choice analysis in a public library setting found that lost users and nonusers alike did not use the library primarily due to distance, inconvenience of hours, and their preference to purchase their own materials. Further analysis revealed that adding to the collection in each location would entice lost customers to return, while building more locations and adding more would attract nonusers to the library.
LAPORAN PRAKTIK KERJA LAPANGAN Di Fakultas Adab & Humaniora
LAPORAN PRAKTIK KERJA LAPANGAN
Di Fakultas Adab & Humaniora
Oleh :
Nim : 108025000044
FAKULTAS ADAB DAN HUMANIORA
JURUSAN ILMU PERPUSTAKAAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN)
SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2011/2012
A. Latar Belakang Masalah
Kebutuhan dalam bidang pengolahan menjadi sebuah hal yang mutlak. Perpustakaan yang maju adalah perpustakaan yang bisa memberikan pengolahan dengan cepat, tepat dan bermanfaa. Hal ini sudah terbukti di beberapa perpustakaan maju dalam informasi yang cepat berubah dan bersifat dinamis menuntut perpustakaan. Merupakan salah satu lembaga informasi untuk mampu mengimbangi kebutuhan masyarakat dalam informasi di universitas Fakultas Adab & Humaniora jakarta.
Perpustakaan Fakultas Adab & Humaniora dengan kemampuannya dituntut untuk lebih bersifat dinamis, tidak hanya mengandalkan koleksi-koleksi atau literatur yang sudah ada dalam pengolahan. Dengan berkembangnya teknologi zaman sekarang, perpustakaan di harapkan mampu memberikan pengelolahan kepada masyarakat secara cepat, tepat dan benar.
Perpustakaan merupakan jantung perguruan tinggi (the heart of the campuss). Keberadaan perpustakaan mutlak diperlukan dalam rangka mendukung suksesnya perguruan tinggi yang bersangkutan. Perpustakaan berkewajiban untuk menyediakan berbagai sumber infomasi yang dapat mendukung semua aktivitas di perguruan tinggi yang dikenal dengan istilah ‘Tri Darma Perguruan Tinggi’ yang meliputi pendidikan/pengajaran, penelitian dan pengabdian pada masyarakat.
Di samping Perpustakaan Utama masih ada Perpustakaan Fakultas yang mendampingi keberadaan penyediaan informasi di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, yaitu :
• Perpustakaan Fakultas Ilmu Tarbiyah & Keguruan
• Perpustakaan Fakultas Adab dan Humaniora
• Perpustakaan Fakultas Ushuluddin dan Filsafat
• Perpustakaan Fakultas Syari’ah dan Hukum
• Perpustakaan Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi
• Perpustakaan Fakultas Dirasat Islamiyah
• Perpustakaan Fakultas Psikologi
• Perpustakaan Fakultas Ekonomi dan Bisnis
• Perpustakaan Fakultas Sains dan Teknologi
• Perpustakaan Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan
• Perpustakaan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
• Perpustakaan Fakultas Pasca Sarjana
Berbicara mengenai perpustakaan di Universitas Islam Negeri Jakarta, salah satunya saya memilih perpustakaan yang ada di Universitas Islam Negeri Jakarta adalah perpustakaan Fakultas Adab & Humaniora yaitu perpustakaan yang berdiri di bawah naungan Perpustakaan Utama yang terdiri dari organisasi tertentu Perpustakaan ini dituntut untuk mampu memenuhi kebutuhan dalam pengelolahan untuk pemustaka guna mencapai tujuan dari organisasi tersebut yang menanganinya dimana koleksi dan kegiatannya diprioritaskan untuk anggota dan kebutuhan dari organisasi tersebut. Perpustakaan Utama sudah termasuk perpustakaan yang cukup memadai untuk dijadikan sebagai pusat dimana kalangan masyarakat mencari informasi perpustakaan dimana perpustakaan ini memiliki jumlah dalam pengelolahan koleksi mencapai puluhan ribu eksemplar dan memiliki komputer untuk mengakses unit-unit perpustakaan yang terdapat di Universitas Islam Negeri Jakarta
Cukup banyak hal yang telah kami dapatkan mengenai perpustakaan mulai dari perpustakaan Perguruan Tinggi, Perpustakan Sekolah, Perpustakaan Khusus hingga Perpustakaan Umum. Seiring dengan adanya mata kuliah Praktek Kerja Lapangan (PKL) pada semester 7 ini, maka saya berniat untuk mengadakan PKL di Perpustakaan yang sudah memiliki kriteria yang cukup baik untuk dikatakan sebagai perpustakaan.
B. Tujuan
• Menambah pengalaman didunia perpustakaan
• Menambah pengetahuan di perpustakaan yang berada suatu universitas tentang gambaran umum dan tata kerjanya.
• Untuk mengetahui gambaran penelitian untuk judul skripsi saya nanti.
• Peran perpustakaan dalam penyimpanan informasi
RENCANA PELAKSANAAN PKL
A. Tempat Pelaksanaan
Praktek Kerja Lapangan (PKL) tahun 2012 akan dilaksanakan selama kurang lebih satu bulan Dengan berlokasi di Perpustakaan Adab & Humaniora, lantai 4
Alasan pemilihan tempat kegiatan :
1. Pihak perpustakaan sangat terbuka dan merespon baik kegiatan yang akan dilaksanakan.
2. Sehubungan dengan jurusan ilmu perpustakaan, maka saya ingin menambah wawasan tentang dunia perpustakaan.
B. Rencana Pelaksanaan Aktivitas
Dalam PKL 2012 ini akan dilakukan beberapa kegiatan yaitu :
1. Membantu staff perpustakaan, dalam bidang pengadaan, pengolahan, pelayanan
2. Membantu dalam penelusuran informasi melalui OPAC.
C. Jadwal Kegiatan
Untuk jadwal kegiatan belum tertulis mengingat jadwal kegiatan akan disesuaikan dengan jadwal dilapangan. Jadwal kegiatan yang rinci akan dicantumkan dalam laporan kegiatan PKL.
D. Hasil yang diharapkan
Dalam pelaksanaan PKL 2012 ini hasil yang diharapkan adalah :
1. Mengetahui peran perpustakaan
2. Menambah pengetahuan dan pengalaman serta keterampilan saya secara pribadi dalam dunia perpustakaan.
PENUTUP
Demikianlah proposal ini saya buat sebagai gambaran dari kegiatan Praktek Kerja Lapangan (PKL) yang akan dilaksanakan. Dengan doa dan harapan semoga apa yang akan direncanakan dapat terlaksana dengan lancar dan diberi kemudahan oleh Allah SWT. Dan atas bantuan dan kerjasamanya saya mengucapkan terima kasih.
Selasa, 18 Januari 2011
PROPOSAL PENELITIAN
“Pengadaan Bahan Pustaka Bagi Penyandang Tuna Netra di Perpustakaan Yayasan Mitra Netra".
Disusun Oleh:
Danang Nur Cahyadi
108025000044
JURUSAN ILMU PERPUSTAKAAN DAN INFORMASI
FAKULTAS ADAB DAN HUMANIORA
UNIVERSITAS ISLAM SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
JAKARTA
2011
PROPOSAL SKRIPSI
“Pengadaan Bahan Pustaka Bagi Penyandang Tuna Netra di Perpustakaan Yayasan Mitra Netra”
A. Latar Belakang Masalah
Pada era globalisasi dan tekhnologi ini, informasi dan ilmu pengetahuan menjadi suatu kebutuhan yang harus kita raih agar menunjang kehidupan yang lebih baik. Banyak cara yang dapat kita tempuh untuk meraih semua itu dengan salah satu cara yaitu rajin membaca. Dengan membaca kita tahu apa yang sedang berkembang atau yang sedang up to date pada masa atau era sekarang. Tidak lepas dari semua itu, perpustakaan menjadi salah satu yang bisa menjadi tempat sebagai rujukan pencarian informasi. Hal yang menjadi pertanyaan apa itu perpustakaan? Sulistyo Basuki mendefinisikan perpustakaan sebagai sebuah ruangan bagian dari gedung ataupun gedung tersendiri yang di gunakan untuk menyimpan buku serta terbitan lainnya. Definisi lainnya menyebutkan bahwa perpustakaan adalah kumpulan bahan tercetak dan non-cetak dan atau sumber informasi dalam komputer yang disusun secara sistematis untuk kepentingan pemakai, dari buku yang berbeda Sulistiyo Basuki mendefinisikan perpustakaan adalah sebuah ruangan, bagian atau sub bagian dari sebuah gedung ataupun gedung itu sendiri yang digunakan untuk menyimpan buku, biasanya disimpan menurut tata susunan tertentu serta digunakan untuk anggota perpustakaan. Dengan semakin berkembangnya sarana-sarana yang terdapat di perpustakaan dan semakin banyaknya perpustakaan menjadi suatu kemudahan sebagian masyarakat untuk melakukan pencarian informasi.
Namun demikian tidak semua orang atau masyarakat yang bisa menikmati dan menggunakan koleksi yang terdapat di perpustakaan sebagai sarana untuk melakukan pencarian informasi. Contohnya sebagian orang yang memiliki kekurangan pada fisiknya seperti penyandang tuna netra harus memerlukan satu layanan yang khusus yang dapat mempermudah dalam pencarian informasi seperti layaknya masyarakat pada umumnya. Oleh karena itu diperlukan perhatian khusus dan kerjasama dari pihak-pihak yang terkait seperti pustakawan dan pemerintah sehingga dalam penyediaan dan koleksi khusus tuna netra dapat terealisasikan semisalnya dengan menyediakan koleksi Braille dan koleksi rekaman audio/ suara pada perpustakaan umum dan khusus untuk penyandang cacat.
Akan tetapi tidak terlalu banyaknya penerbit yang menerbitkan jenis buku khusus penyandang tuna netra menjadikan penyediaan informasi dalam bentuk koleksi buku dan audio masih sangan sedikit. Sementara jumlah penyandang cacat di Indonesia yang membutuhkan informasi sangatlah banyak. Dari banyak permasalah yang menjadi kendala pada perpustakaan penyandang cacat tuna netra itu akan menjadi suatu motivasi atau sebagai tantangan bagi para pustakawan di Indonesia untuk memajukan perpustakaan tidak hanya secara umum tetapi dengan manufer-manufer pemikiran dan pengembangan suatu ide yang dapat memajukan perpustakaan yang tidak hanya dapat dikunjungi dan digunakan koleksinya oleh masyarakat umumnya tetapi dapat digunakan juga oleh sebagian masyarakat yang menyandang cacat seperti penyadang tuna netra karena mereka berhak mendapatkan perlakuan yang sama seperti masyarakat kebanyakan.
Salah satu perpustakaan khusus penyandang tuna netra yang ada di Indonesia dan terletak di wilayah Lebak Bulus Jakarta Selatan dan nama perpustakaan itu adalah perpustakaan Mitra Netra. Perpustakaan yang berada dibawah naungan yayasan Mitra Netra ini memiliki berbagai macam koleksi yang berbentuk buku Braille dan koleksi bahan rekaman. Keberadaan perpustakaan Mitra Netra ini sangatlah membantu dan berarti bagi penggunannya yang kebanyakan penyandang tuna netra.
Dan dalam pengadaan bahan pustaka bagi penyandang tuna netra sangatlah banyak terkendalan sebab itulah perpustakaan Mitra Netra memerlukan pengorganisasian secara terencana dan khusus dalam pengadaan bahan pustaka huruf Braille dan bahan rekaman suara.
Berdasarkan masalah-masalah di atas penulis ingin mengajukan penelitian dalam bentuk skripsi yang berjudul :
“Pengadaan Bahan Pustaka Bagi Penyandang Tuna Netra di Perpustakaan Yayasan Mitra Netra”
A. Pembatasan dan Perumusan Masalah
1. Pembatasan Masalah
Agar dalam penulisan skripsi ini tidak melebar maka penulis memfokuskan penelitian mengenai pengadaan bahan pustaka Braille dan bahan rekaman audio suara pada perpustakaan Mitra Netra.
2. Perumusan Masalah
Berdasarkan batasan-batasan yang telah digariskan di dalam pembahasan Masalah maka ditetapkanlah satu rumusan masalah sebagai berikut:
a. Bagaimana upaya pengadaan bahan pustaka yang terdapat di perpustakaan Mitra Netra oleh pihak perpustakaan Mitra Netra ?
b. Apa saja kendala-kendala yang dihadapi oleh pihak perpustakaan Mitra Netra dalam pengadaan bahan pustaka dan bagaimana cara untuk mengatasi kendala-kandala tersebut ?
A. Tujuan dan Manfaat Penelitian
1. Tujuan Penelitian
a. Mengetahui system pengadaan bahan pustaka pada perpustakaan Mitra Netra.
b. Mengetahui kendala-kendala yang dihadapi dalam pengadaan bahan pustaka yang terdapat di perpustakaan Mitra Netra.
c. Mengetahu cara untuk mengatasi kendala-kendala yang dihadapi dalam pengadaan bahan pustaka yang terdapat di perpustakaan Mitra Netra.
d. Melengkapi tugas dan memenuhi syarat dalam mencapai nilai tugas Metodologi Penelitian dan sebagai gambaran atau latihan untuk membuat proposal dalam skripsi akhir.
1. Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi dan nilai lebih bagi perkembangan jurusan ilmu perpustakaan pada umumnya serta perpustakaan Mitra Netra pada khususnya.terutama bagi pengadaan bahan pustaka yang terdapat di perpustakaan Mitra Netra dan seluruh perpustakaan yang masih terkendala oleh pengadaan bahan pustaka. Dan mudah-mudahan penelitian ini tidak sia-sia dan dapat memberikan masukan-masukan yang berguna bagi pengadaan bahan pustaka bagi perpustakaan Mitra Netra dan bagi para pembaca agar mendapatkan pengetahuan lebih dari penelitian tentang pengadaan bahan pustaka yang terdapat di perpustakaan Mitra Netra dan dapat termotivasi dan tersemangatkan.
A. Metodologi Penelitian
Dalam penyelesaian tugas akhir skripsi ini dan dengan menerapkan metode-metode yang telah ada maka dengan ini mengambil metode-metode Deskriptif analisis yang dimaksud deskriptif analisis adalah kegiatan yang di lakukan untuk menggambarkan kondisi yang dilihat dalam lapangan secara apa adanya data-data yang diselidiki atau diteliti kemidian dianalisa, diberikan interpretasi dan diadakan generalisasi dalam rangka menetapkan sikap dan criteria yang baik dengan tujuan untuk mengadakan klasifikasi pekerjaan. Dalam hal ini penulis mengambil langkah-langkah dalam metode lapangan diantaranya:
1. Penelitian Perpustakaan (Library Research)
Metode ini dilakukan dengan mempelajari literature/buku-buku, dokumen, artikel yang sudah ada yang harus diambil, diamati, dan diidntifikasi agar mendapatkan gambaran yang sesuai dengan pembahasan skripsi.
2. Penelitian Lapangan (Field Research)
Metode ini bertujuan agar mendapatkan data-data secara langsung dari objek penelitian dan dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya. Yaitu dengan cara:
a. Interview (wawancara)
Yaitu pengambilan informasi secara langsung dari piha-pihak yang terkait.
b. Observasi
Yaitu pengambilan informasi dengan cara pengamatan langsung ke objek yang diteliti atau tempat yang diteliti.
B. Sistematika Penulisan
Untuk mempermudah dalam penyusunan skripsi maka dengan ini penulis menggunakan sistematika penulsan dan terbagi dari 5 bab diantaranya:
BAB I : Terdiri dari pendahuluan, latar belakang masalah,rumusan masalah,batasan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, metodelogi penelitian dan sistematika penelitian
BAB II : Terdiri dari tinjauan literatur, yang mengupas semua tentang definisi perpustakaan khusus.
BAB III : Terdiri dari gambaran umum perpustakaan Mitra Netra yang terdiri dari sejarah singkat,visi & misi, struktur organisasi perpustakaan Mitra Netra.
BAB IV : Terdiri dari hasil penelitian yang dimana hasil penelitian dirangkum dari segala aspek-aspek tentang pengadaan bahan pustaka perpustakaan Mitra Netra.
BAB V : Terdiri dari penutup yang berisikan keimpulan dan saran-saran.
DAFTAR PUSTAKA
Azra, Azyumardi, et al. Pedoman penulisan skripsi,tesis dan disertasi UIN Syarif Hidayatullah, Jakarta: UIN Jakarta Press,2002.
Basuki, Sulistyo. Pengantar Ilmu Perpustakaan. Jakarta: Universitas Terbuka, Depdikbud, 1993.
Basuki , Sulistyo. Periodisasi Perpustakaan Indonesia. Jakarta: Gramedia, 1994.
Haryono; et al. Pembinaan Dan Pengembangan Koleksi Pada Pusat Perpustakaan Islam Indonesia Masjid Istiqlal Jakarta: UIN Jakarta, 2005.
NS, Sutarno, Perpustakaan Dan Masyarakat, Jakarta: Yayasan Obor Indonesia,2003.
Nurhayati; et al. Pembinaan Dan Pengembangan Koleksi Pada Perpustakaan Yayasan Mitra Netra: UIN Jakarta, 2006.
“Pengadaan Bahan Pustaka Bagi Penyandang Tuna Netra di Perpustakaan Yayasan Mitra Netra".
Disusun Oleh:
Danang Nur Cahyadi
108025000044
JURUSAN ILMU PERPUSTAKAAN DAN INFORMASI
FAKULTAS ADAB DAN HUMANIORA
UNIVERSITAS ISLAM SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
JAKARTA
2011
PROPOSAL SKRIPSI
“Pengadaan Bahan Pustaka Bagi Penyandang Tuna Netra di Perpustakaan Yayasan Mitra Netra”
A. Latar Belakang Masalah
Pada era globalisasi dan tekhnologi ini, informasi dan ilmu pengetahuan menjadi suatu kebutuhan yang harus kita raih agar menunjang kehidupan yang lebih baik. Banyak cara yang dapat kita tempuh untuk meraih semua itu dengan salah satu cara yaitu rajin membaca. Dengan membaca kita tahu apa yang sedang berkembang atau yang sedang up to date pada masa atau era sekarang. Tidak lepas dari semua itu, perpustakaan menjadi salah satu yang bisa menjadi tempat sebagai rujukan pencarian informasi. Hal yang menjadi pertanyaan apa itu perpustakaan? Sulistyo Basuki mendefinisikan perpustakaan sebagai sebuah ruangan bagian dari gedung ataupun gedung tersendiri yang di gunakan untuk menyimpan buku serta terbitan lainnya. Definisi lainnya menyebutkan bahwa perpustakaan adalah kumpulan bahan tercetak dan non-cetak dan atau sumber informasi dalam komputer yang disusun secara sistematis untuk kepentingan pemakai, dari buku yang berbeda Sulistiyo Basuki mendefinisikan perpustakaan adalah sebuah ruangan, bagian atau sub bagian dari sebuah gedung ataupun gedung itu sendiri yang digunakan untuk menyimpan buku, biasanya disimpan menurut tata susunan tertentu serta digunakan untuk anggota perpustakaan. Dengan semakin berkembangnya sarana-sarana yang terdapat di perpustakaan dan semakin banyaknya perpustakaan menjadi suatu kemudahan sebagian masyarakat untuk melakukan pencarian informasi.
Namun demikian tidak semua orang atau masyarakat yang bisa menikmati dan menggunakan koleksi yang terdapat di perpustakaan sebagai sarana untuk melakukan pencarian informasi. Contohnya sebagian orang yang memiliki kekurangan pada fisiknya seperti penyandang tuna netra harus memerlukan satu layanan yang khusus yang dapat mempermudah dalam pencarian informasi seperti layaknya masyarakat pada umumnya. Oleh karena itu diperlukan perhatian khusus dan kerjasama dari pihak-pihak yang terkait seperti pustakawan dan pemerintah sehingga dalam penyediaan dan koleksi khusus tuna netra dapat terealisasikan semisalnya dengan menyediakan koleksi Braille dan koleksi rekaman audio/ suara pada perpustakaan umum dan khusus untuk penyandang cacat.
Akan tetapi tidak terlalu banyaknya penerbit yang menerbitkan jenis buku khusus penyandang tuna netra menjadikan penyediaan informasi dalam bentuk koleksi buku dan audio masih sangan sedikit. Sementara jumlah penyandang cacat di Indonesia yang membutuhkan informasi sangatlah banyak. Dari banyak permasalah yang menjadi kendala pada perpustakaan penyandang cacat tuna netra itu akan menjadi suatu motivasi atau sebagai tantangan bagi para pustakawan di Indonesia untuk memajukan perpustakaan tidak hanya secara umum tetapi dengan manufer-manufer pemikiran dan pengembangan suatu ide yang dapat memajukan perpustakaan yang tidak hanya dapat dikunjungi dan digunakan koleksinya oleh masyarakat umumnya tetapi dapat digunakan juga oleh sebagian masyarakat yang menyandang cacat seperti penyadang tuna netra karena mereka berhak mendapatkan perlakuan yang sama seperti masyarakat kebanyakan.
Salah satu perpustakaan khusus penyandang tuna netra yang ada di Indonesia dan terletak di wilayah Lebak Bulus Jakarta Selatan dan nama perpustakaan itu adalah perpustakaan Mitra Netra. Perpustakaan yang berada dibawah naungan yayasan Mitra Netra ini memiliki berbagai macam koleksi yang berbentuk buku Braille dan koleksi bahan rekaman. Keberadaan perpustakaan Mitra Netra ini sangatlah membantu dan berarti bagi penggunannya yang kebanyakan penyandang tuna netra.
Dan dalam pengadaan bahan pustaka bagi penyandang tuna netra sangatlah banyak terkendalan sebab itulah perpustakaan Mitra Netra memerlukan pengorganisasian secara terencana dan khusus dalam pengadaan bahan pustaka huruf Braille dan bahan rekaman suara.
Berdasarkan masalah-masalah di atas penulis ingin mengajukan penelitian dalam bentuk skripsi yang berjudul :
“Pengadaan Bahan Pustaka Bagi Penyandang Tuna Netra di Perpustakaan Yayasan Mitra Netra”
A. Pembatasan dan Perumusan Masalah
1. Pembatasan Masalah
Agar dalam penulisan skripsi ini tidak melebar maka penulis memfokuskan penelitian mengenai pengadaan bahan pustaka Braille dan bahan rekaman audio suara pada perpustakaan Mitra Netra.
2. Perumusan Masalah
Berdasarkan batasan-batasan yang telah digariskan di dalam pembahasan Masalah maka ditetapkanlah satu rumusan masalah sebagai berikut:
a. Bagaimana upaya pengadaan bahan pustaka yang terdapat di perpustakaan Mitra Netra oleh pihak perpustakaan Mitra Netra ?
b. Apa saja kendala-kendala yang dihadapi oleh pihak perpustakaan Mitra Netra dalam pengadaan bahan pustaka dan bagaimana cara untuk mengatasi kendala-kandala tersebut ?
A. Tujuan dan Manfaat Penelitian
1. Tujuan Penelitian
a. Mengetahui system pengadaan bahan pustaka pada perpustakaan Mitra Netra.
b. Mengetahui kendala-kendala yang dihadapi dalam pengadaan bahan pustaka yang terdapat di perpustakaan Mitra Netra.
c. Mengetahu cara untuk mengatasi kendala-kendala yang dihadapi dalam pengadaan bahan pustaka yang terdapat di perpustakaan Mitra Netra.
d. Melengkapi tugas dan memenuhi syarat dalam mencapai nilai tugas Metodologi Penelitian dan sebagai gambaran atau latihan untuk membuat proposal dalam skripsi akhir.
1. Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi dan nilai lebih bagi perkembangan jurusan ilmu perpustakaan pada umumnya serta perpustakaan Mitra Netra pada khususnya.terutama bagi pengadaan bahan pustaka yang terdapat di perpustakaan Mitra Netra dan seluruh perpustakaan yang masih terkendala oleh pengadaan bahan pustaka. Dan mudah-mudahan penelitian ini tidak sia-sia dan dapat memberikan masukan-masukan yang berguna bagi pengadaan bahan pustaka bagi perpustakaan Mitra Netra dan bagi para pembaca agar mendapatkan pengetahuan lebih dari penelitian tentang pengadaan bahan pustaka yang terdapat di perpustakaan Mitra Netra dan dapat termotivasi dan tersemangatkan.
A. Metodologi Penelitian
Dalam penyelesaian tugas akhir skripsi ini dan dengan menerapkan metode-metode yang telah ada maka dengan ini mengambil metode-metode Deskriptif analisis yang dimaksud deskriptif analisis adalah kegiatan yang di lakukan untuk menggambarkan kondisi yang dilihat dalam lapangan secara apa adanya data-data yang diselidiki atau diteliti kemidian dianalisa, diberikan interpretasi dan diadakan generalisasi dalam rangka menetapkan sikap dan criteria yang baik dengan tujuan untuk mengadakan klasifikasi pekerjaan. Dalam hal ini penulis mengambil langkah-langkah dalam metode lapangan diantaranya:
1. Penelitian Perpustakaan (Library Research)
Metode ini dilakukan dengan mempelajari literature/buku-buku, dokumen, artikel yang sudah ada yang harus diambil, diamati, dan diidntifikasi agar mendapatkan gambaran yang sesuai dengan pembahasan skripsi.
2. Penelitian Lapangan (Field Research)
Metode ini bertujuan agar mendapatkan data-data secara langsung dari objek penelitian dan dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya. Yaitu dengan cara:
a. Interview (wawancara)
Yaitu pengambilan informasi secara langsung dari piha-pihak yang terkait.
b. Observasi
Yaitu pengambilan informasi dengan cara pengamatan langsung ke objek yang diteliti atau tempat yang diteliti.
B. Sistematika Penulisan
Untuk mempermudah dalam penyusunan skripsi maka dengan ini penulis menggunakan sistematika penulsan dan terbagi dari 5 bab diantaranya:
BAB I : Terdiri dari pendahuluan, latar belakang masalah,rumusan masalah,batasan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, metodelogi penelitian dan sistematika penelitian
BAB II : Terdiri dari tinjauan literatur, yang mengupas semua tentang definisi perpustakaan khusus.
BAB III : Terdiri dari gambaran umum perpustakaan Mitra Netra yang terdiri dari sejarah singkat,visi & misi, struktur organisasi perpustakaan Mitra Netra.
BAB IV : Terdiri dari hasil penelitian yang dimana hasil penelitian dirangkum dari segala aspek-aspek tentang pengadaan bahan pustaka perpustakaan Mitra Netra.
BAB V : Terdiri dari penutup yang berisikan keimpulan dan saran-saran.
DAFTAR PUSTAKA
Azra, Azyumardi, et al. Pedoman penulisan skripsi,tesis dan disertasi UIN Syarif Hidayatullah, Jakarta: UIN Jakarta Press,2002.
Basuki, Sulistyo. Pengantar Ilmu Perpustakaan. Jakarta: Universitas Terbuka, Depdikbud, 1993.
Basuki , Sulistyo. Periodisasi Perpustakaan Indonesia. Jakarta: Gramedia, 1994.
Haryono; et al. Pembinaan Dan Pengembangan Koleksi Pada Pusat Perpustakaan Islam Indonesia Masjid Istiqlal Jakarta: UIN Jakarta, 2005.
NS, Sutarno, Perpustakaan Dan Masyarakat, Jakarta: Yayasan Obor Indonesia,2003.
Nurhayati; et al. Pembinaan Dan Pengembangan Koleksi Pada Perpustakaan Yayasan Mitra Netra: UIN Jakarta, 2006.
Jumat, 14 Januari 2011
“Ensiklopedi Tematis Spiritualitas Islam : Manifestasi”.
Saya akan menilai koleksi bahan rujukan Islam yang berjudul :
“Ensiklopedi Tematis Spiritualitas Islam : Manifestasi”.
Pengarangnya adalah Sayyed Hossein Nasr.
Buku referensi Islam ini diterbitkan oleh Mizzan pada terbitan pertama tahun 1997 dan telah di alih bahasakan ke bahasa Indonesia pada tahun 2003. Isi cakupan yang terdapat pada buku referensi ini menjelaskan tentang sejarah realisasi prinsip tauhid serta tasawuf dan juga figur-figur Sufi terkemuka yang berperan dalam membentuk corak tasawuf dan keberagaman umat Islam pada masanya. Tidak hanya itu, buku ini juga menjelaskan tentang berbagai permasalahan dan penyelesaian masalah saat para tokoh-tokoh sufi membentuk corak tasawuf dan keberagaman umat islam pada masanya. Para pengguna buku referensi ini kebanyakan adalah mahasiswa, dosen, para ulama, para peneliti khususnya para peneliti Islam dan juga para masyarakat umum yang ingin lebih mengetahui secara spesifik tentang ilmu-ilmu tasawuf dan juga tokoh-tokohnya.
Buku ini memiliki format fisik yang cukup baik seperti buku referensi ini adalah cetakan yang pertama memiliki 755 halaman serta tambahan xxii untuk prakata dan daftar isinya. Pada bagian cover luarnya terbuat dari hard cover serta bagian dalamnya atau kertas yang di gunakan adalah kertas HVS yang pada dasarnya berwarna putih tetapi karena telah beberapa tahun kertas pada buku reverensi ini berwarna agak kekuning-kuningan serta kertasnya sudah agak keras atau tidak lentur lagi saat lembar berikutnya dibalik. Pada cover depan telah diberikan sampul plastik agar cover aslinya tidak rusak. Tinggi buku sekitar 23,5 cm dan lebar buku sekitar 15 cm.
Penyajian informasi yang terdapat pada buku reverensi ini terdapat pada setiap entrinya yang setiap judul entrinya ditulis tebal dan terdapat nama pengarangnya pada setiap judul entri serta terdapat kepala judul di bagian atas setiap lembarnya sedangkan penyajian isi informasi buku ini menyajikan tentang tasawuf dan para tokoh-tokoh sufi yang disajikan dalam bahasa indonesia yang telah di literasikan dari bahasa Arab dan Inggris. Dalam penulisan judul entrinnya tidak alfabetis dikarenakan pada setiap entrinya saling berkaitan dan buku reverensi ini bukanlah kamus yang setiap entrinya alfabetis. Karakter khusus yang terdapat pada buku reverensi ini adalah pada huruf awalan pertamanya dicetak tebal dan besar dengan huruf kapital. Pada satiap lembarnya buku ini terdapat kepala judul di bagian atas serta terdapat nama pengarang pada setiap judul entrinya.
Susunan entri yang terdapat pada buku ini, entrinya disusun menggunakan bahasa Indonesia dan terdapat nama pengarangnya pada setiap judul entrinya serta pada penulisan entrinya mengguanakan huruf kecil dan diawali dengan huruf kapital pada setiap awal kalimat yang tidak disusun berdasarkan sistematika tertentu. Pada buku reverensi islam ini terdapat indeks tetapi tidak terdapat bibliografinya. Pada indeks yang didalamnya berisikan daftar nama tokoh yang dibahas dan di samping nama tokoh itu terdapat halaman yang membahasnya. Pada penyususnan indeks disusun secara alfabetis latin dan terbagi 2 kolom pada lembaran indeksnya. Revisi/ edisi baru/ supplemen buku reverensi islam ini sepertinya ada dikarenakan buku ini adalah buku reverensi yang sangat dibutuhkan oleh pemakai yang memerlukan buku ini sebagai rujukan suatu penelitian atau lainnya bila yang membutuhkannya banyak pasti cetakan buku ini akan ditambah atau di perbanyak. Karya serupa (similar works) yang sama dengan buku reverensi Islam ini adalah “ Islamic Spirituality : Manifestations” yang entrinya berbahasa Inggris.
Contoh Entri :
Ibrá¾±há¿‘m Hakki Erzerumlu : GÓ§relim Hakk ne eyler-n’ eylerse ḡuzel eyler. (Hal 306).
Penjelasan contoh entri :
Ibrá¾±há¿‘m Hakki Erzerumlu : GÓ§relim Hakk ne eyler-n’ eylerse ḡuzel eyler
Artinya : “Mari kita lihat apa yang Tuhan lakukan-apa pun yang Dia kerjakan, Dia melakukannya dengan indah! []. (Hal 306).
Kesimpulan
Dari hasil penilaian koleksi rujukan islam yang berjudul “Ensiklopedi Spiritualitas Islam : Manifestasi” dapat dikatakan buku reverensi islam yang baik dan layak untuk sebagai bahan rujukan karena buku ini dapat memenuhi beberapa persyaratan untuk menjadi bahan reverensi atau bahan rujukan islam. Berbagai persyaratan yang telah dipenuhi oleh buku ini, yaitu :
1. Dari segi judul yang baik yang banyak dicari para pembaca atau peneliti.
2. Dari segi kepengarangan yang baik.
3. Dari segi isi entri atau informasi yang ada dalam buku ini.
4. Dari segi penyajian informasinya.
5. Dari segi susunan entri dan juga asal isi informasi yang dapat di pertanggung jawabkan kebenarannya.
Namun, buku ini juga memiliki kekurangan yang dapat mengurangi syarat-syarat kelayakan sebagai buku rujukan islam. Adapun kekurangan yang ada menurut penulis, yaitu:
1. Tidak terdapatnya Bibliografi.
2. Belum adanya revisi/edisi baru/supplemen.
Dalam setiap buku pasti memiliki kekurangan dan kelebihan maka dari itu, pada setiap kelebihan akan menjadikan acuan agar buku itu lebih baik lagi dan bila masih ada kekurangannya agar menjadi pelajaran agar menjadi lebih baik dari sebelumnya.
“Ensiklopedi Tematis Spiritualitas Islam : Manifestasi”.
Pengarangnya adalah Sayyed Hossein Nasr.
Buku referensi Islam ini diterbitkan oleh Mizzan pada terbitan pertama tahun 1997 dan telah di alih bahasakan ke bahasa Indonesia pada tahun 2003. Isi cakupan yang terdapat pada buku referensi ini menjelaskan tentang sejarah realisasi prinsip tauhid serta tasawuf dan juga figur-figur Sufi terkemuka yang berperan dalam membentuk corak tasawuf dan keberagaman umat Islam pada masanya. Tidak hanya itu, buku ini juga menjelaskan tentang berbagai permasalahan dan penyelesaian masalah saat para tokoh-tokoh sufi membentuk corak tasawuf dan keberagaman umat islam pada masanya. Para pengguna buku referensi ini kebanyakan adalah mahasiswa, dosen, para ulama, para peneliti khususnya para peneliti Islam dan juga para masyarakat umum yang ingin lebih mengetahui secara spesifik tentang ilmu-ilmu tasawuf dan juga tokoh-tokohnya.
Buku ini memiliki format fisik yang cukup baik seperti buku referensi ini adalah cetakan yang pertama memiliki 755 halaman serta tambahan xxii untuk prakata dan daftar isinya. Pada bagian cover luarnya terbuat dari hard cover serta bagian dalamnya atau kertas yang di gunakan adalah kertas HVS yang pada dasarnya berwarna putih tetapi karena telah beberapa tahun kertas pada buku reverensi ini berwarna agak kekuning-kuningan serta kertasnya sudah agak keras atau tidak lentur lagi saat lembar berikutnya dibalik. Pada cover depan telah diberikan sampul plastik agar cover aslinya tidak rusak. Tinggi buku sekitar 23,5 cm dan lebar buku sekitar 15 cm.
Penyajian informasi yang terdapat pada buku reverensi ini terdapat pada setiap entrinya yang setiap judul entrinya ditulis tebal dan terdapat nama pengarangnya pada setiap judul entri serta terdapat kepala judul di bagian atas setiap lembarnya sedangkan penyajian isi informasi buku ini menyajikan tentang tasawuf dan para tokoh-tokoh sufi yang disajikan dalam bahasa indonesia yang telah di literasikan dari bahasa Arab dan Inggris. Dalam penulisan judul entrinnya tidak alfabetis dikarenakan pada setiap entrinya saling berkaitan dan buku reverensi ini bukanlah kamus yang setiap entrinya alfabetis. Karakter khusus yang terdapat pada buku reverensi ini adalah pada huruf awalan pertamanya dicetak tebal dan besar dengan huruf kapital. Pada satiap lembarnya buku ini terdapat kepala judul di bagian atas serta terdapat nama pengarang pada setiap judul entrinya.
Susunan entri yang terdapat pada buku ini, entrinya disusun menggunakan bahasa Indonesia dan terdapat nama pengarangnya pada setiap judul entrinya serta pada penulisan entrinya mengguanakan huruf kecil dan diawali dengan huruf kapital pada setiap awal kalimat yang tidak disusun berdasarkan sistematika tertentu. Pada buku reverensi islam ini terdapat indeks tetapi tidak terdapat bibliografinya. Pada indeks yang didalamnya berisikan daftar nama tokoh yang dibahas dan di samping nama tokoh itu terdapat halaman yang membahasnya. Pada penyususnan indeks disusun secara alfabetis latin dan terbagi 2 kolom pada lembaran indeksnya. Revisi/ edisi baru/ supplemen buku reverensi islam ini sepertinya ada dikarenakan buku ini adalah buku reverensi yang sangat dibutuhkan oleh pemakai yang memerlukan buku ini sebagai rujukan suatu penelitian atau lainnya bila yang membutuhkannya banyak pasti cetakan buku ini akan ditambah atau di perbanyak. Karya serupa (similar works) yang sama dengan buku reverensi Islam ini adalah “ Islamic Spirituality : Manifestations” yang entrinya berbahasa Inggris.
Contoh Entri :
Ibrá¾±há¿‘m Hakki Erzerumlu : GÓ§relim Hakk ne eyler-n’ eylerse ḡuzel eyler. (Hal 306).
Penjelasan contoh entri :
Ibrá¾±há¿‘m Hakki Erzerumlu : GÓ§relim Hakk ne eyler-n’ eylerse ḡuzel eyler
Artinya : “Mari kita lihat apa yang Tuhan lakukan-apa pun yang Dia kerjakan, Dia melakukannya dengan indah! []. (Hal 306).
Kesimpulan
Dari hasil penilaian koleksi rujukan islam yang berjudul “Ensiklopedi Spiritualitas Islam : Manifestasi” dapat dikatakan buku reverensi islam yang baik dan layak untuk sebagai bahan rujukan karena buku ini dapat memenuhi beberapa persyaratan untuk menjadi bahan reverensi atau bahan rujukan islam. Berbagai persyaratan yang telah dipenuhi oleh buku ini, yaitu :
1. Dari segi judul yang baik yang banyak dicari para pembaca atau peneliti.
2. Dari segi kepengarangan yang baik.
3. Dari segi isi entri atau informasi yang ada dalam buku ini.
4. Dari segi penyajian informasinya.
5. Dari segi susunan entri dan juga asal isi informasi yang dapat di pertanggung jawabkan kebenarannya.
Namun, buku ini juga memiliki kekurangan yang dapat mengurangi syarat-syarat kelayakan sebagai buku rujukan islam. Adapun kekurangan yang ada menurut penulis, yaitu:
1. Tidak terdapatnya Bibliografi.
2. Belum adanya revisi/edisi baru/supplemen.
Dalam setiap buku pasti memiliki kekurangan dan kelebihan maka dari itu, pada setiap kelebihan akan menjadikan acuan agar buku itu lebih baik lagi dan bila masih ada kekurangannya agar menjadi pelajaran agar menjadi lebih baik dari sebelumnya.
Minggu, 02 Januari 2011
Corak Kehidupan Masyarakat Prasejarah Indonesia
Kebudayaan dan masyarakat merupakan satu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan. Masyarakat dapat bertahan hidup karena menghasilkan kebudayaan, kebudayaan itu ada karena dihasilkan oleh masyarakat. Dan melalui kebudayaanlah segala corak kehidupan masyarakat dapat diketahui.
Dengan demikian dari hasil-hasil kebudayaan material seperti yang Anda pelajari pada kegiatan belajar 1 dapat dikaji dan dipelajari corak kehidupan masyarakat prasejarah Indonesia, seperti yang akan diuraikan pada uraian materi berikut ini.
1. Sistem kepercayaan
Sistem kepercayaan masyarakat prasejarah diperkirakan mulai tumbuh pada masa berburu dan mengumpulkan makanan tingkat lanjut atau disebut dengan masa bermukim dan berladang yang terjadi pada zaman Mesolithikum.
Mengenai bukti adanya kepercayaan pada zaman Mesolithikum dapat Anda tulis pada titik-titik di bawah ini.
Buktinya adalah ....
Bukti lain yang turut memperkuat adanya corak kepercayaan pada zaman prasejarah adalah ditemukannya lukisan perahu pada nekara. Lukisan tersebut menggambarkan kendaraan yang akan mengantarkan roh nenek moyang ke alam baka. Hal ini berarti pada masa tersebut sudah mempercayai akan adanya roh.
Kepercayaan terhadap roh terus berkembang pada zaman prasejarah hal ini tampak dari kompleksnya bentuk-bentuk upacara penghormatan, penguburan dan pemberian sesajen. Kepercayaan terhadap roh inilah dikenal dengan istilah Aninisme.
Aninisme berasal dari kata Anima artinya jiwa atau roh, sedangkan isme artinya paham atau kepercayaan. Di samping adanya kepercayaan animisme, juga terdapat kepercayaan Dinamisme.
Dinamisme adalah kepercayaan terhadap benda-benda tertentu yang dianggap memiliki kekuatan gaib. Contohnya yaitu kapak yang dibuat dari batu chalcedon (batu indah) dianggap memiliki kekuatan. Untuk contoh-contoh yang lain dapat Anda baca kembali uraian materi kegiatan belajar 1 modul ini. Dengan demikian kepercayaan masyarakat prasejarah adalah Animisme dan Dinamisme. Apakah dari uraian ini Anda sudah paham? Kalau sudah paham simak uraian materi berikutnya.
2. Kemasyarakatan
Pada masa berburu dan mengumpulkan makanan, masyarakatnya hidup berkelompok-kelompok dalam jumlah yang kecil. Tetapi hubungan antara kelompoknya sudah erat karena mereka harus bersama-sama menghadapi kondisi alam yang berat, sehingga sistem kemasyarakatan yang muncul pada masa tersebut sangat sederhana.
Tetapi pada masa bercocok tanam, kehidupan masyarakat yang sudah menetap semakin mengalami perkembangan dan hal inilah yang mendorong masyarakat untuk membentuk keteraturan hidup. Dan aturan hidup dapat terlaksana denga baik karena adanya seorang pemimpin yang mereka pilih atas dasar musyawarah.
Selanjutnya sistem kemasyarakatan terus mengalami perkembangan khususnya pada masa perundagian. Karena pada masa ini kehidupan masyarakat lebih kompleks. Masyarakat terbagi-bagi menjadi kelompok-kelompok sesuai dengan bidang keahliannya.
Masing-masing kelompok memiliki aturan-aturan sendiri, dan di samping adanya aturan yang umum yang menjamin keharmonisan hubungan masing-masing kelompok. Aturan yang umum dibuat atas dasar kesepakatan bersama/musyawarah dalam kehidupan yang demokratis.
Dengan demikian sistem kemasyarakatan pada masa prasejarah di Indonesia telah dilandasi dengan musyawarah dan gotong royong.
Dari uraian materi di atas, apakah Anda sudah memahami? Kalau Anda sudah merasa paham, silahkan kerjakanlah tugas berikut ini :Buatlah contoh-contoh perilaku dari masyarakat prasejarah yang dilAndasi dengan musyawarah dan gotong-royong.
Tulislah contoh-contoh Anda pada tabel 2.6 berikut ini
Tabel 2.6 Contoh Perilaku Masyarakat Prasejarah
Setelah Anda mengisi tabel 2.6, maka salinlah jawaban Anda pada kertas selembar untuk ditunjukkan pada guru bina Anda pada saat tutorial dan selanjutnya Anda dapat menyimak kembali uraian materi berikutnya
3. Pertanian
Sistem pertanian yang dikenal oleh masyarakat prasejarah pada awalnya adalah perladangan/huma, yang hanya mengandalkan pada humus, sehingga bentuk pertanian ini wujudnya berpindah tempat.
Selanjutnya masyarakat mulai mengembangkan sistem persawahan, sehingga tidak lagi bergantung pada humus, dan berusaha mengatasi kesuburan tanahnya melalui pengolahan tanah, irigasi dan pemupukan.
Sistem persawahan dikenal oleh masyarakat prasejarah Indonesia pada masa Neolithikum, karena pada masa tersebut kehidupan masyarakat sudah menetap dan teratur.
Pada masa perundagian sistem persawahan mengalami perkembangan mengingat adanya spesialisasi/pembagian tugas berdasarkan keahliannya. Sehingga masyarakat prasejarah semakin mahir dalam persawahan.
Demikianlah uraian materi tentang corak pertanian yang dikenal oleh masyarakat prasejarah, untuk selanjutnya dapat Anda simak kembali corak kehidupan masyarakat yang lain seperti pada uraian materi berikut ini.
4. Pelayaran
Anda masih ingat tentang migrasi bangsa-bangsa ke Indonesia seperti yang Anda pelajari pada kegiatan belajar 3 modul 1? Dengan adanya perpindahan bangsa-bangsa dari daratan Asia ke Indonesia membuktikan bahwa sejak abad sebelum masehi, nenek moyang bangsa Indonesia sudah memiliki kemampuan berlayar. Kemampuan berlayar terus mengalami perkembangan, mengingat kondisi geografis Indonesia terdiri dari pulau-pulau sehingga untuk sampai kepada pulau yang lain harus menggunakan perahu. Jenis perahu yang dipergunakan adalah perahu bercadik. Untuk menambah wawasan Anda, tentang perahu bercadik, silahkan Anda amati gambar 27. berikut ini.
Gambar 27. Perahu Bercadik.
Setelah Anda melihat gambar 27, apakah Anda mengetahui cara pembuatan perahu bercadik?
Dari pembuatan perahu bercadik yang sederhana tetapi sudah mampu mengarungi samudera pada jaman prasejarah tersebut. Hal tersebut patutlah untuk dibanggakan kehebatan kemampuan berlayar nenek moyang bangsa Indonesia menjadi modal dasar dari kemampuan berdagang. Sehingga pada awal abad masehi bangsa Indonesia sudah turut ambil bagian dalam jalur perdagangan internasional.
Dengan uraian materi tersebut, apakah Anda sudah paham? Kalau sudah paham, dapat dilanjutkan kembali pada uraian materi selanjutnya.
5. Ilmu Pengetahuan dan Teknologi
Sejak zaman Neolithikum, masyarakat Indonesia telah megenal pengetahuan yang tinggi, dimana masyarakat telah dapat memanfaatkan angin musim sebagai tenaga penggerak dalam aktivitas perdagangan dan pelayaran juga mengenal astronomi atau ilmu perbintangan sebagai petunjuk arah pelayaran atau sebagai petunjuk waktu dalam bidang pertanian.
Selain berkembangnya ilnu pengetahuan, teknologi juga dikenal oleh masyarakat prasejarah terutama pada zaman perundagian, yaitu teknologi pengecoran logam. Sehingga pada masa perundagian masyarakat sudah mampu menghasilkan alat-alat kehidupan yang terbuat dari logam, seperti yang Anda pelajari pada kegiatan belajar 1 modul 2 ini.
Demikianlah uraian tentang corak kehidupan masyarakat prasejarah dalam penguasaannya terhadap ilmu pengetahuan dan teknologi. Untuk selanjutnya Anda dapat mempelajari uraian materi berikutnya.
6. Kesenian
Kesenian dikenal oleh masyarakat prasejarah sejak zaman Mesolithikum yang dibuktikan dengan adanya lukisan-lukisan pada dinding-dinding gua. Untuk selanjutnya kesenian mengalami perkembangan yang pesat pada zaman Neolithikum, karena pada masa bercocok tanam terdapat waktu senggang dari menanam hingga panen. Yang dimanfaatkan oleh masyarakat untuk menyalurkan jiwa seni, dari seni membatik, gamelan bahkan wayang.
Dari uraian tersebut maka dapatlah disimpulkan bahwa seni membatik, gamelan dan wayang adalah kesenian asli bangsa Indonesia.
Untuk selanjutnya agar Anda mudah memahami seluruh corak kehidupan masyarakat prasejarah, maka simaklah bagan berikut ini
Bagan 1. Corak Kehidupan Masyarakat Prasejarah Indonesia
Setelah Anda menyimak bagan di atas, maka berarti uraian materi tentang ciri dan corak kehidupan masyarakat prasejarah Indonesia telah usai Anda pelajari. Untuk selanjutnya Anda dapat mengerjakan latihan soal kegiatan belajar 2 ini.
________________________________________
Kebudayaan dan masyarakat merupakan satu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan. Masyarakat dapat bertahan hidup karena menghasilkan kebudayaan, kebudayaan itu ada karena dihasilkan oleh masyarakat. Dan melalui kebudayaanlah segala corak kehidupan masyarakat dapat diketahui.
Dengan demikian dari hasil-hasil kebudayaan material seperti yang Anda pelajari pada kegiatan belajar 1 dapat dikaji dan dipelajari corak kehidupan masyarakat prasejarah Indonesia, seperti yang akan diuraikan pada uraian materi berikut ini.
1. Sistem kepercayaan
Sistem kepercayaan masyarakat prasejarah diperkirakan mulai tumbuh pada masa berburu dan mengumpulkan makanan tingkat lanjut atau disebut dengan masa bermukim dan berladang yang terjadi pada zaman Mesolithikum.
Mengenai bukti adanya kepercayaan pada zaman Mesolithikum dapat Anda tulis pada titik-titik di bawah ini.
Buktinya adalah ....
Bukti lain yang turut memperkuat adanya corak kepercayaan pada zaman prasejarah adalah ditemukannya lukisan perahu pada nekara. Lukisan tersebut menggambarkan kendaraan yang akan mengantarkan roh nenek moyang ke alam baka. Hal ini berarti pada masa tersebut sudah mempercayai akan adanya roh.
Kepercayaan terhadap roh terus berkembang pada zaman prasejarah hal ini tampak dari kompleksnya bentuk-bentuk upacara penghormatan, penguburan dan pemberian sesajen. Kepercayaan terhadap roh inilah dikenal dengan istilah Aninisme.
Aninisme berasal dari kata Anima artinya jiwa atau roh, sedangkan isme artinya paham atau kepercayaan. Di samping adanya kepercayaan animisme, juga terdapat kepercayaan Dinamisme.
Dinamisme adalah kepercayaan terhadap benda-benda tertentu yang dianggap memiliki kekuatan gaib. Contohnya yaitu kapak yang dibuat dari batu chalcedon (batu indah) dianggap memiliki kekuatan. Untuk contoh-contoh yang lain dapat Anda baca kembali uraian materi kegiatan belajar 1 modul ini. Dengan demikian kepercayaan masyarakat prasejarah adalah Animisme dan Dinamisme. Apakah dari uraian ini Anda sudah paham? Kalau sudah paham simak uraian materi berikutnya.
2. Kemasyarakatan
Pada masa berburu dan mengumpulkan makanan, masyarakatnya hidup berkelompok-kelompok dalam jumlah yang kecil. Tetapi hubungan antara kelompoknya sudah erat karena mereka harus bersama-sama menghadapi kondisi alam yang berat, sehingga sistem kemasyarakatan yang muncul pada masa tersebut sangat sederhana.
Tetapi pada masa bercocok tanam, kehidupan masyarakat yang sudah menetap semakin mengalami perkembangan dan hal inilah yang mendorong masyarakat untuk membentuk keteraturan hidup. Dan aturan hidup dapat terlaksana denga baik karena adanya seorang pemimpin yang mereka pilih atas dasar musyawarah.
Selanjutnya sistem kemasyarakatan terus mengalami perkembangan khususnya pada masa perundagian. Karena pada masa ini kehidupan masyarakat lebih kompleks. Masyarakat terbagi-bagi menjadi kelompok-kelompok sesuai dengan bidang keahliannya.
Masing-masing kelompok memiliki aturan-aturan sendiri, dan di samping adanya aturan yang umum yang menjamin keharmonisan hubungan masing-masing kelompok. Aturan yang umum dibuat atas dasar kesepakatan bersama/musyawarah dalam kehidupan yang demokratis.
Dengan demikian sistem kemasyarakatan pada masa prasejarah di Indonesia telah dilandasi dengan musyawarah dan gotong royong.
Dari uraian materi di atas, apakah Anda sudah memahami? Kalau Anda sudah merasa paham, silahkan kerjakanlah tugas berikut ini :Buatlah contoh-contoh perilaku dari masyarakat prasejarah yang dilAndasi dengan musyawarah dan gotong-royong.
Tulislah contoh-contoh Anda pada tabel 2.6 berikut ini
Tabel 2.6 Contoh Perilaku Masyarakat Prasejarah
Setelah Anda mengisi tabel 2.6, maka salinlah jawaban Anda pada kertas selembar untuk ditunjukkan pada guru bina Anda pada saat tutorial dan selanjutnya Anda dapat menyimak kembali uraian materi berikutnya
3. Pertanian
Sistem pertanian yang dikenal oleh masyarakat prasejarah pada awalnya adalah perladangan/huma, yang hanya mengandalkan pada humus, sehingga bentuk pertanian ini wujudnya berpindah tempat.
Selanjutnya masyarakat mulai mengembangkan sistem persawahan, sehingga tidak lagi bergantung pada humus, dan berusaha mengatasi kesuburan tanahnya melalui pengolahan tanah, irigasi dan pemupukan.
Sistem persawahan dikenal oleh masyarakat prasejarah Indonesia pada masa Neolithikum, karena pada masa tersebut kehidupan masyarakat sudah menetap dan teratur.
Pada masa perundagian sistem persawahan mengalami perkembangan mengingat adanya spesialisasi/pembagian tugas berdasarkan keahliannya. Sehingga masyarakat prasejarah semakin mahir dalam persawahan.
Demikianlah uraian materi tentang corak pertanian yang dikenal oleh masyarakat prasejarah, untuk selanjutnya dapat Anda simak kembali corak kehidupan masyarakat yang lain seperti pada uraian materi berikut ini.
4. Pelayaran
Anda masih ingat tentang migrasi bangsa-bangsa ke Indonesia seperti yang Anda pelajari pada kegiatan belajar 3 modul 1? Dengan adanya perpindahan bangsa-bangsa dari daratan Asia ke Indonesia membuktikan bahwa sejak abad sebelum masehi, nenek moyang bangsa Indonesia sudah memiliki kemampuan berlayar. Kemampuan berlayar terus mengalami perkembangan, mengingat kondisi geografis Indonesia terdiri dari pulau-pulau sehingga untuk sampai kepada pulau yang lain harus menggunakan perahu. Jenis perahu yang dipergunakan adalah perahu bercadik. Untuk menambah wawasan Anda, tentang perahu bercadik, silahkan Anda amati gambar 27. berikut ini.
Gambar 27. Perahu Bercadik.
Setelah Anda melihat gambar 27, apakah Anda mengetahui cara pembuatan perahu bercadik?
Dari pembuatan perahu bercadik yang sederhana tetapi sudah mampu mengarungi samudera pada jaman prasejarah tersebut. Hal tersebut patutlah untuk dibanggakan kehebatan kemampuan berlayar nenek moyang bangsa Indonesia menjadi modal dasar dari kemampuan berdagang. Sehingga pada awal abad masehi bangsa Indonesia sudah turut ambil bagian dalam jalur perdagangan internasional.
Dengan uraian materi tersebut, apakah Anda sudah paham? Kalau sudah paham, dapat dilanjutkan kembali pada uraian materi selanjutnya.
5. Ilmu Pengetahuan dan Teknologi
Sejak zaman Neolithikum, masyarakat Indonesia telah megenal pengetahuan yang tinggi, dimana masyarakat telah dapat memanfaatkan angin musim sebagai tenaga penggerak dalam aktivitas perdagangan dan pelayaran juga mengenal astronomi atau ilmu perbintangan sebagai petunjuk arah pelayaran atau sebagai petunjuk waktu dalam bidang pertanian.
Selain berkembangnya ilnu pengetahuan, teknologi juga dikenal oleh masyarakat prasejarah terutama pada zaman perundagian, yaitu teknologi pengecoran logam. Sehingga pada masa perundagian masyarakat sudah mampu menghasilkan alat-alat kehidupan yang terbuat dari logam, seperti yang Anda pelajari pada kegiatan belajar 1 modul 2 ini.
Demikianlah uraian tentang corak kehidupan masyarakat prasejarah dalam penguasaannya terhadap ilmu pengetahuan dan teknologi. Untuk selanjutnya Anda dapat mempelajari uraian materi berikutnya.
6. Kesenian
Kesenian dikenal oleh masyarakat prasejarah sejak zaman Mesolithikum yang dibuktikan dengan adanya lukisan-lukisan pada dinding-dinding gua. Untuk selanjutnya kesenian mengalami perkembangan yang pesat pada zaman Neolithikum, karena pada masa bercocok tanam terdapat waktu senggang dari menanam hingga panen. Yang dimanfaatkan oleh masyarakat untuk menyalurkan jiwa seni, dari seni membatik, gamelan bahkan wayang.
Dari uraian tersebut maka dapatlah disimpulkan bahwa seni membatik, gamelan dan wayang adalah kesenian asli bangsa Indonesia.
Untuk selanjutnya agar Anda mudah memahami seluruh corak kehidupan masyarakat prasejarah, maka simaklah bagan berikut ini
Bagan 1. Corak Kehidupan Masyarakat Prasejarah Indonesia
Setelah Anda menyimak bagan di atas, maka berarti uraian materi tentang ciri dan corak kehidupan masyarakat prasejarah Indonesia telah usai Anda pelajari. Untuk selanjutnya Anda dapat mengerjakan latihan soal kegiatan belajar 2 ini.
________________________________________
Langganan:
Postingan (Atom)