1. MUQADIMAH
Dengan nama Allah SWT yang maha pengasih lagi maha
penyayang. Segala puji hanya milik Allah SWT tuhan semesta alam. Shalawat dan
salam untuk Muhammad Rasulullah segenap alam. Salam penghormatan dan doa dihaturkan
bagi para keluarga, sahabat dan semua orang yang berjuang membela syariat
hingga akhir zaman.
Upaya pembaharuan pemikiran Islam mempunyai alur yang begitu
panjang, sejak umat Islam mengadakan sentuhan dengan dunia barat, selalu saja
umat Islam membuka diri untuk saling memahami makna dan hakekat pembaharuan. Pembaharuan
pembaharuan itulah yang mampu merubah dunia islam menjadi lebih baik, tentunya
perubahan ke arah positif. Namun perubahan itupun tak semestinya meninggalkan
tradisi lama yang baik. Ungkapan ini senada dengan ungkapan sebagian ulama yang
mengatakan “Almuhafadzah ‘alalqodim al sholih wal akhdzu bil jadiid al aslah” (
menjaga tradisi lama yang baik dan mengambil tradisi baru yang lebih baik ).
Berdasarkan ungkapan itulah sang penulis berani menuangkan konsep maulid
melalui metode berbeda yang penulis namakan dengan Metode Maulid Artistik.
2.
DASAR
PIMIKIRAN
Pemuda, remaja dan pelajar Islam
khususnya merupakan aset yang mesti dijaga fitrahnya, karena mereka merupakan
estafet / kepanjangan tangan dalam meneruskan perjuangan bangsa dan agama.
Dalam kaitannya maka pemuda, remaja dan pelajar harus dibekali dengan IPTEK
serta jiwa yang berkarakter. Peran aktive Pemerintah sangat berperan di dalam
menciptakan pendidikan yang berkarakter, sehingga pemerintah harus mampu
menciptakan suatu sistem pendidikan yang mengarah kepada keseimbangan jiwa dan
raga, jasmani dan rohani serta intelektualitas dan hati nurani. Semua itu
bermuara dalam suatu sistem pendidikan yang berkualitas. Namun saat ini pemuda
dan pelajar dibenturkan dengan kondisi arus informasi yang tak terbendung, mengakibatkan kesulitan dalam memfilterisasi
arus informasi yang sangat berdampak luas kepada perkembangan dan kemajuan
bangsa. Arus informasi dan westernisasi mengalir begitu deras keseluruh lapisan
masyarakat mulai dari masyarakat ekonomi kelas rendah hingga ekonomi kelas atas
hal itu sangat berdampak kepada perubahan karakter, sikap dan moral baik secara
individu ataupun masyarakat secara luas khususnya pemuda dan pelajar.
Yang menjadi pertanyaan mendasar,
apa antisipasi dalam memfilter arus negatif , ini bukan hanya kewajiban
pemerintah semata namun ini juga menjadi kewajiban setiap warga negara untuk menemukan
jawabannya dan berusaha berperan aktif secara maksimal dengan terus mencari
filternya dengan melakukan kegiatan-kegiatan yang berhubungan dalam membangun
pemuda dan pelajar yang berkarakter yang berdasarkan pada Peraturan Mentri
Pendidikan Nasional (PERMENDIKNAS) Republik Indonesia Nomor 16 Tahun 2007
tentang standar kualifikasi akademik dan Kompetensi guru diantaranya kompetensi
pedagogik yakni kemampuan didalam memahami karakter siswa dari berbagai aspek
yang mampu menstimulus kecerdasan spritual dan emosional atau saat ini dikenal
dengan Emotional Spritual Quetiont (ESQ). Oleh karena itu perayaan Maulid Nabi
Muhammad SAW merupakan salah satu moment terpenting untuk meningkatkan
kecerdasan emosional dan spritual yang sangat dibutuhkan untuk memfilterisasi
budaya-budaya negatif yang bertentangan dengan kultur bangsa Indonesia dan
kehidupan beragama. Menurut penulis Methode dalam pelaksanaan substansi
maulid saat ini sudah baik, namun mesti
diadakan pemolesan metode agar tidak monoton yang dapat menimbulkan kejenuhan pada pelajar dan pemuda dalam pelaksanaan maulid. Menurut penulis pelaksanaan
maulid tidak mesti menghadirkan penceramah, namun yang terpenting membangun
substansi maulid yang mampu membangun karakter, memiliki pesan moral dan
berkesan bagi pelajar dan masyarakat luas pada umumnya. Sehingga pelajar
terinspirasi untuk dapat berpikir kreatif, dinamis, logis, imaginative dan
agamis. Itu semua bisa muncul jika metode suguhan dalam penyampaian substansi
maulid yang diberikan bersifat dialog serta mengikutsertakan peran pelajar
secara aktive. Mungkin penulis dapat memberikan sedikit ilustrasi bahwa penyampaian
pesan dan moral tidak mesti dengan ceramah namun dapat disampaikan dalam
berbagai aspek, mungkin dengan drama, teater, teatrical, puisi ataupun dengan
cara mendongeng yang dikemas dengan baik namun tidak mengurangi substansi dari
tujuan maulid itu sendiri tentunya. Oleh karena itu Sejarah nabi dapat
disampaikan melalui drama, puisi, teater, teatrical ataupun cerita melalui dongeng
dengan kemasan yang menarik, disesuikan dengan kebutuhan audience/pelajar agar
mampu menstimulus daya imajinasi, membangunkan potensi serta dapat menyalurkan
bakat yang dimliki pelajar. Pendekatan-pendekatan seperti ini menurut penulis
sesuai dan seiring dengan kurikulum berbasis karakter yang dikedepankan oleh
pemerintah saat ini. Di sini penulis mengutif dua definisi yang dianut A
Chaedar Alwasilah (dalam pengantarnya
untuk versi terjemahan buku Elaine B Johnson, Contextual Teaching and Learning
) sebagai berikut : (1)”A relatively permanent change in response potentiality
which occurs as a result of reinforced
practice” dan (2) “a change in human disposition or capability, which
can be retained, and which is not simply ascribable to the process of growth”.
Dari dua definisi ini penulis menarik
kesimpulan bahwa proses penyampaian materi itu harus mampu melahirkan nilai karakter
positif yang mampu memupuk benih kesuburan
dalam hidup dan kehidupan beragama, berbangsa dan bernegara serta
pencapaian kualitas anak didik yang paripurna. Dengan demikian perayaan maulid
mampu menselaraskan tujuan dari proses pendidikan yang dicanangkan oleh
pemerintah saat ini.
Demikianlah konsep yang penulis
tawarkan semoga dapat memberikan khazanah yang positive demi kebaikan dan
kemajuan bangsa pada umumnya, dan pelajar Miftahussa’adah pada khususnya. Conceptor, Tangerang 19 Februari 2012
Imam Cahyadi S.IP
Tidak ada komentar:
Posting Komentar