Pohon Apel yang Tulus Hati
Pengarang: Anonim
Dahulu kala, ada sebuah pohon apel
besar. Dia tumbuh di sebuah kebun yang tak seberapa luas. John adalah seorang
anak laki-laki yang suka datang dan bermain di sekitar pohon itu setiap hari.
Dia suka naik ke puncak pohon, makan apel, dan lalu tidur siang di
bayang-bayang pohon yang rindang. Dia sangat menyayangi pohon itu dan pohon
itu senang bermain bersamanya.
Waktu berlalu, John tumbuh dewasa
dan tak lagi bermain di sekitar pohon setiap hari. Si Pohon Apel sangat
merindukan masa-masa mereka bermain bersama. Dia hanya bisa sabar menunggu
John kembali kepadanya.
Suatu hari, John datang kembali tapi ia tampak sedih. "Ayo, John, bermainlah bersamaku," ajak si Pohon Apel.
"Aku bukan anak-anak lagi.
Aku sudah tidak bermain di sekitar pohon lagi," jawab John. "Aku
ingin membeli mainan, tapi aku tak punya uang," lanjutnya.
"Maaf, tapi aku pun tak punya
uang, tetapi kamu bisa mengambil apel-apelku ini dan menjualnya. Jadi, kamu
akan mendapatkan uang."
John begitu gembira. Ia lalu
memetik semua apel di pohon dan pergi dengan riang. Dia tak pernah kembali
setelah ia mengambil apel. Pohon itupun kembali sedih.
Suatu hari, John yang kini sudah
dewasa kembali datang. Pohon Apel menyambutnya dengan gembira.
"Ayo, John, bermainlah bersamaku," ajak si Pohon Apel.
"Ah, aku tak punya waktu
untuk bermain. Aku harus bekerja untuk keluargaku. Kami membutuhkan rumah
untuk tempat tinggal. Bisakah kau membantuku?"
"Maaf, tapi akupun tak punya
rumah. Tapi kamu boleh memotong cabang-cabang pohonku ini untuk membangun
rumahmu."
Jadi John memotong semua cabang
pohon dan pergi dengan riang. Pohon Apel itu senang melihat John bahagia tapi
dia tak pernah kembali sejak saat itu. Pohon Apel kembali merasa kesepian dan
sedih.
Suatu hari musim panas, John kembali dan si Pohon Apel gembira sekali melihatnya datang. "Ayo, John, bermainlah bersamaku," ajak si Pohon Apel.
"Aku mulai tua. Aku ingin
pergi berlayar untuk bersantai dan menikmati masa tuaku. Bisakah kau
memberiku perahu?" tanya John.
"Kamu bisa gunakan batang
pohonku untuk membangun perahumu, lalu berlayarlah dengan jauh dan menjadi
bahagia."
Jadi John memotong batang pohon
untuk membuat perahu. Ia pergi berlayar dan tidak pernah muncul untuk waktu
yang lama.
Akhirnya, John kembali lagi setelah
bertahun-tahun. John dan Pohon Apel sekarang sudah sama-sama tua.
"Maaf, anakku. Tapi aku tidak punya apa-apa lagi. Tidak ada apel lagi untukmu, " kata si Pohon Apel.
"Tidak masalah, aku toh tak
punya gigi untuk menggigit," jawab John.
"Tidak ada lagi batang pohon
untuk kau naiki."
"Aku terlalu tua untuk itu
sekarang," kata John.
"Aku benar-benar sudah tak
bisa memberikan apa-apa, satu-satunya yang tersisa adalah akarku yang
sekarat," kata Pohon Apel dengan berlinangan air mata.
"Aku tidak membutuhkan banyak
sekarang, hanya sebuah tempat untuk beristirahat. Aku lelah setelah
bertahun-tahun," jawab John.
"Baik! Akar pohon tua adalah
tempat terbaik untuk bersandar dan beristirahat, duduklah sini bersamaku,
John, dan istirahatlah."
John pun duduk bersandarkan akar pohon yang masih tersisa dan Pohon Apel pun menangis bahagia. Akhirnya mereka pun bersama lagi. |
Tidak ada komentar:
Posting Komentar