Rabu, 26 November 2014

Meninggikan Cinta

Kutipan Facebook Parhan Hidayat

Tidak semua orang tahu, kisah unik menyatunya cinta suci Yusuf dan Zulaikha. Robert Frager dalam bukunya, Hati, Diri dan Jiwa, mengungkapkan sejentik kisah penuh makna tentang mereka.
"..Yusuf berlari meninggalkan Zulaikha, Ia lebih memilih Tuhan daripada nafsunya. Zulaikha melongo, menyesal dengan apa yang terjadi. Cintanya yang berlebih telah merendahkan dirinya. Gosip dan cibiran para wanita mulai menyudutkannya. Tak tahan dengan itu, ia pun mengundang mereka ke sebuah jamuan. ketika mereka asyik mengupas buah, ia meminta Yusuf melintas di depan mereka. Mata mereka terbelalak melihat pria paling tampan yang pernah ada, tanpa sadar pisau tajam telah mengiris tangan mereka. Zulaikha tersenyum, Ia hanya ingin mereka mengerti mengapa ia berbuat bodoh seperti itu.
Karena tak tahan dengan skandal yang memalukan itu, suami Zulaikha akhirnya menceraikannya. Zulaikha harus menjalani hidup yang sulit, bergaul dengan kemiskinan dan penderitaan. Tetapi semua itu telah mengevolusikan cintanya yang kerdil menjadi tinggi. Selang beberapa tahun, Yusuf telah menjadi seorang perdana menteri. Suatu hari, ia melihat Zulaikha di tengah jalan, kemudian ia berkata dengan lembut:"Waktu itu aku tidak dapat menjadi suamimu, karena kau sudah menikah. tapi kini aku bisa menikahimu kapan saja, karena cintamu padaku." Mata Zulaikha basah, bulir-bulir bening mengalir dari sudut matanya, ia kemudian berkata: "Tidak yusuf, cintaku kepadamu adalah tabir. Sudah lama aku mencintai Sang Kekasih (Tuhan). Aku tidak lagi membutuhkan siapa pun dan apa pun di dunia ini.". Tetapi akhirnya, karena cinta suci pada Tuhan keduanya pun bersatu menjadi suami dan istri.
Sesunggunya, pada tingkat awal kita seperti Zulaikha, pengagum awam keindahan, pecinta buta kecantikan, pemuja rupa cakep dan rupawan. Tapi tidak kah kita mau belajar dari Zulaikha untuk meninggikan derajat cinta, dari cinta hina menjadi mulia. Zulaikha adalah hadiah untuk Yusuf, dan Yusuf adalah hadiah untuk Zulaikha. Hadiah dari siapa?, dari kekasih mereka yang sebenarnya Tuhan semesta alam. Setelah mereka mengutamakan Tuhan di atas segalanya.
Lalu bagaimana dengan kita?. layak kah kita mendapat hadiah terindah itu?. Jawabnya hanya ada di dalam dada. Namun, hati-hati, ketika anda sudah menerima hadiah itu, siapakah yang layak kita cintai?, hadiahnya? atau pemberi hadiahnya?.