Selasa, 01 November 2011
ABSTRAK SKRIPSI Proses Manajemen Dan Operasionalisasi Program Ekstrakurikuler Otomotif
ABSTRAK SKRIPSI
Proses Manajemen Dan Operasionalisasi
Program Ekstrakurikuler Otomotif
Abstract: MAN Tambakberas hold automotive extracurricular activity. Target of this research is know about management process, operationalitation, drip, and support factor in extracurricular activity. Process of automotive extracurricular management hasn’t special planning, management is given to Islamic school vice on skill sector, automotive extracurricular class is formed by interest and selection. Drip factor are fund, human total, and activity which hold on afternoon but support factor are tool, infrastructure interested person, and cooperation between personil.
Keywords: Management, Operationalitation, Automotive extracurricular
Pendidikan merupakan indikator penting dalam perkembangan suatu bangsa. Kebahagiaan dan kesejahteraan dapat dicapai dengan bekerja. Lapangan pekerjaan baru menuntut seseorang memiliki keterampilan dan pengalaman di bidang tertentu, misalnya otomotif. Dunia otomotif berkembang pesat pada setiap tahun.
Disinilah sekolah formal mendapatkan peran baru yakni peranan dalam memberikan pengalaman dan ketermpilan yang dapat menunjang kehidupan lulusannya kelak. Madrasah Aliyah Negeri (MAN) Tambakberas Jombang sebagai sekolah yang memberikan pengetahuan umum dan wawasan beragama membekali peserta didiknya dengan berbagai keterampilan yaitu dengan menyelenggarakan beberapa kegiatan ekstrakurikuler. Kegiatan ekstrakurikuler yang dimaksud adalah otomotif, meubelair, dan menjahit.
Tujuan penelitian adalah: (1) mendeskripsikan proses manajemen ekstrakurikuler otomotif di MAN Tambakberas Jombang; (2) mendeskripsikan proses operasionalisasi ekstrakurikuler otomotif; (3) mendeskripsikan faktor-faktor penghambat dan cara mengatasinya; dan (4) mendeskripsikan faktor-faktor pendukung dan cara memanfaatkannya dalam kegiatan ekstrakurikuler otomotif.
Menurut Follet (dalam Sule dan Saefulloh, 2005: 5), manajemen didefinisikan sebagai seni menyelesaikan pekerjaan melalui orang lain. Sahertian (1987: 83) menyatakan bahwa ekstrakurikuler adalah kegiatan di luar jam pelajaran biasa (termasuk waktu libur) yang dilakukan di sekolah dan luar sekolah dengan tujuan untuk memperluas pengetahuan siswa mengenai hubungan antara berbagai mata pelajaran, menyalurkan bakat, dan minat serta melengkapi upaya pembinaan siswa seutuhnya.
Otomotif adalah suatu ilmu yang mempelajari tentang alat transportasi manusia yang berbentuk suatu rangkaian mesin.Untuk mencapai suatu tujuan, kita menentukan strategi. Sanjaya, W (2006: 124) mengemukakan bahwa strategi pembelajaran merupakan rencana tindakan (rangkaian tindakan) termasuk penggunaan metode dan pemanfaatan berbagai sumberdaya/ kekuatan dalam pembelajaran.
METODE
Pendekatan yang dilakukan adalah pendekatan kualitatif . Penelitian terhadap fenomena dalam ekstrakurikuler otomotif di MAN Tambakberas Jombang merupakan penelitian jenis studi kasus. Dalam pelaksanaan penelitian di lapangan, data-data diperoleh melalui wawancara, dokumentasi, dan observasi. Peneliti melaksanakan kegiatan pengumpulan data 3x dalam seminggu.
Sumber data utama yakni dokumen, observasi, peserta didik, informasi yang didapat melalui kegiatan wawancara dengan para penanggungjawab serta pelaksana kegiatan ekstrakurikuler otomotif . Adapun proses analisis datanya menggunakan reduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan. Dalam penelitian, pengecekan keabsahan data menggunakan kriteria derajat kepercayaan sedangkan teknik yang digunakan adalah teknik triangulasi.
HASIL
Ada empat hasil penelitian yaitu: (1) temuan penelitian manajemen program ekstrakurikuler otomotif . Dalam proses manajemen ekstrakurikuler otomotif tidak terdapat perencanaan secara khusus karena sifat kegiatan yang dilaksanakan merupakan kegiatan rutin setiap tahun; (2) temuan penelitian proses operasionalisasi kegiatan ekstrakurikuler otomotif. Kelas ekstrakurikuler otomotif dibentuk melalui pengelompokkan peserta didik berdasarkan minat. Siswa yang berhak mengikuti kegiatan magang adalah siswa kelas akhir ekstrakurikuler/ kelas sebelas; (3) temuan penelitian faktor-faktor penghambat dan cara mengatasinya dalam pengelolaan ekstrakurikuler otomotif.
Faktor-faktor penghambat dalam pelaksanaan ekstrakurikuler otomotif adalah dana yang tersedia minim, kurangnya jumlah personalia, kegiatan ekstrakurikuler otomotif dilaksanakan pada sore hari, dan perlu adanya pelatihan bagi pembina ekstrakurikuler otomotif; dan (4) temuan penelitian faktor-faktor pendukung dan cara memanfaatkannya dalam pengelolaan ekstrakurikuler otomotif.
Temuan penelitian faktor-faktor pendukung tersebut adalah sarana prasarana yang lengkap dapat digunakan maksimal, peminat terhadap ekstrakurikuler otomotif besar, dan kekompakan yang ada mampu menutupi sementara kekurangan jumlah personalia.
PEMBAHASAN
Proses manajemen ekstrakurikuler otomotif tidak memiliki perencanaan secara khusus karena sifat kegiatan yang dilaksanakan merupakan kegiatan rutin setiap tahun. Menurut Nifc Kels dan Mchuah (dalam Sule dan Saefulloh, 2005: 8), Perencanaan adalah proses yang menyangkut upaya yang dilakukan untuk mengantisipasi kecenderungan di masa yang akan datang dan penentuan strategi yang tepat untuk mewujudkan target organisasi.
Pengelolaan kegiatan dibebankan kepada Wakil Kepala Madrasah bidang Keterampilan yang menangani keuangan, sarana prasarana, kurikulum, dan dua orang pembina keterampilan otomotif yang memiliki tanggung jawab dalam proses kegiatan belajar mengajar. Kelas ekstrakurikuler otomotif dibentuk melalui pengelompokkan peserta didik yakni dengan mengumpulkan siswa yang mengikuti kegiatan ekstrakurikuler keterampilan otomotif ke dalam satu kelas. Jenis pengelompokkan yang digunakan adalah pengelompokkan berdasarkan minat. Menurut Imron, A ( 1995: 75), interest groupingadalah pengelompokkan siswa berdasarkan minat peserta didik. Untuk memberikan pengalaman yang lebih nyata dalam pelaksanaan, maka terdapat kegiatan praktik magang ke perusahaan, lembaga/ bengkel-bengkel yang relevan dengan bidang otomotif.
Dana merupakan salah satu faktor penting yang mempengaruhi kinerja sebuah organisasi. Salah satu kegiatan praktik yang terganggu dengan minimnya dana adalah praktik pelepuhan logam . Pelaksanaan kegiatan ekstrakurikuler di sore hari juga menimbulkan beberapa masalah. De Porter dan Hernacki (2002) menjelaskan bahwa selama melakukan pekerjaan mental yang berat tekanan darah dan denyut jantung cenderung meningkat. Keadaan tersebut mengakibatkan kelelahan secara fisik dan psikis. Begitu pula dengan siswa yang mengikuti ekstrakurikuler otomotif. Mereka juga mengalami kelelahan setelah di pagi hari mengikuti kegiatan pembelajaran di Madrasah.
Lengkapnya sarana prasarana merupakan kondisi pembelajaran yang baik dan kekompakan antar personalia berimplikasi pada lingkungan organisasi yang baik. Nickels dan McHugh (dalam Sule dan Saefulloh, 2005: menyatakan bahwa sistem dan lingkungan organisasi yang baik adalah salah satu unsur yang harus ada pada suatu organisasi sehingga tujuan organisasi dapat tercapai.
Pemanfaatan Koleksi Monograf dalam Memenuhi Kebutuhan Informasi Pemakai di Perpustakaan Umum Daerah Provinsi DKI Jakarta
Abstract
Skripsi ini berjudul “Pemanfaatan Koleksi Monograf dalam Memenuhi Kebutuhan Informasi Pemakai di Perpustakaan Umum Daerah Provinsi DKI Jakarta”.
Tujuan
Penelitian ini adalah untuk mengetahui tingkat pemanfaatan koleksi monograf oleh pemakai dalam memenuhi kebutuhan informasinya di Perpustakaan Umum Daerah Provinsi DKI Jakarta.
Metode
Digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif yang berfungsi memaparkan dan menganalisis data. Data-data diperoleh melalui observasi, angket, wawancara, dan studi kepustakaan. Populasi penelitian ini adalah 77 orang dengan jumlah sampel 65 orang. Penentuan sampel penelitian menggunakan teknik accidental sampling.
Hasil
penelitian menunjukkan pemanfaatan koleksi monograf oleh responden secara keseluruhan pada subjek agama (200) dan karya fiksi. Frekuensi pemanfaatan kedua subjek ini berjumlah 32 (16,2%) dari seluruh pemanfaatan sebanyak 197 (100%). Dari hasil tersebut jelas bahwa koleksi monograf di Perpustakaan Umum Daerah Provinsi DKI Jakarta belum seluruhnya dimanfaatkan secara merata pada subjek tertentu. Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh, maka saran penulis hendaknya Perpustakaan Umum Daerah Provinsi DKI Jakarta lebih memperhatikan minat dan kebutuhan pemakainya, jika memungkinkan pemakai ikut dilibatkan dalam proses seleksi serta lebih memperhatikan penempatan koleksi di rak sehingga tidak terjadi salah penempatan.
Abstract
Skripsi yang berjudul “Persepsi Mahasiswa Unika Soegijapranata terhadap Pemanfaatan OPAC (Online Public Access Catalogue) di Perpustakaan Unika Soegijapranata Semarang”,
Tujuan
untuk mengetahui pemanfaatan OPAC yang ada di Perpustakaan tersebut yang didasarkan pada persepsi mahasiswa pengguna perpustakaan. Metode penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif kuantitatif. Pengambilan sampel dilakukan dengan cara accidental sampling sebanyak 60 orang. Adapun teknik pengumpulan data yang digunakan adalah kuesioner dan dokumentasi.
Hasil
penelitian yang diperoleh adalah persepsi sebagian besar mahasiswa terhadap pemanfaatan OPAC adalah sangat membantu dan bermanfaat bagi mahasiswa untuk mendapatkan informasi yang dibutuhkan secara tepat, tepat dan akurat sehingga dapat mempercepat kerja mahasiswa dalam mencari data atau koleksi. Tingkat intensitas kunjungan mahasiswa ke perpustakaan dan menggunakan layanan OPAC sangat tinggi dimana 9 – 12 kali / bulan sebanyak 18,3% dan lebih dari 13 kali / bulan sebanyak 33,3%, hal ini dikarenakan mencari referensi tugas yang diberikan dosen mata kuliah, membuat skripsi atau hanya membaca koleksi saja. Namun demikian masih terdapat kelemahan-kelemahan layanan OPAC seperti jumlah komputer yang disediakan terbatas sehingga terjadi antri dalam mengakses OPAC, data koleksi yang terdapat di OPAC terkadang tidak sesuai dengan di rak koleksi.
ABSTARAK TESIS
PENGEMBANGAN MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI BERBASIS KETERAMPILAN HIDUP
(Penelitian dan Pengembangan pada Mata Pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam Fisika di Sekolah Menengah Pertama)
Kedudukan kurikulum di SMP memegang peranan penting dapat mengarahkan pendidikan. Penekanan kurikulum lebih pada kemampuan siswa untuk menguasai dasar-dasar ilmu pengetahuan dan teknologi yang disesuaikan dengan kebutuhan pembangunan dan lingkungan. Penguasaan tersebut seperti berpikir teratur dan kritis , memecahkan masalah sederhana, serta sanggup dan bersikap mandiri dalam kebersamaan. Mencermati penekanan kurikulum di atas maka proses pembelajaran yang berlangsung harus berorientasi ke arah pengembangan kemampuan kehidupan yaitu pendidikan Life skills atau pendidikan keterampilan hidup. Pendidikan Keterampilan Hidup (life skills) dimaksudkan sebagai upaya menyediakan siswa SMP memperoleh bekal dan kesempatan serta pengalaman belajarnya berupa seperangkat pengetahuan, kemampuan dan keterampilan. Untuk mencapai itu , maka diperlukabn upaya pengembangan model pembelajaran yang dapat mengembangkan keterampilan hidup. Model pembelajaran yang dimaksud yaitu model pembelajaran inkuiri. Model pembelajaran inkuiri adalah model pembelajaran yang berpusat kepada kegiatan belajar siswa.
Tujuan penelitian
yaitu untuk memperoleh gambaran mengenai implementasi pembelajaran IPA di SMP, terutama dilihat dari segi pengembangan model pembelajaran inkuiri bagi pengembangan keterampilan hidup pada mata pelajaran IPA fisika sesuai dengan kondisi siswa , sekolah dan kurikukum yang berlaku. Responden data dalam penelitian ini adalah guru dan siswa di SMP Negeri 1 Cicalengka, SMP Negeri 1 Rancaekek, dan SMP Negeri 2 Cilenyi Kab. Bandung.
Hasil penelitiannya
sebagai berikut , Pertama, kondisi pemebelajaran IPA fisika di SMPN 1 Cicalengka, SMPN 1 Rancaekek, dan SMPN 2 Cilenyi secara umum sudah berjalan baik, Kedua, pengembangan model pembelajaran inkuiri dalam meningkatkan keterampilan hidup secara umum dilakukan melalui tahap merumuskan masalah, mengamati, menganalisis, dan penyajian hasil, dan mengkomunikasikan. Ketiga , hasil belajar siswa di SMP Negeri 1 Cicalengka, SMP Negeri 1 Rancaekek, dan SMP Negeri 2 Cilenyi dengan menggunakan pendekatan inkuiri dalam mengembangkan keterampilan siswa menunjukkan adanya keberhasilan, Keberhasilan itu ditunjukkan oleh keterampilan siswa dalam memecahkan masalah , tanggung jawab, komunikasi sosial , percaya diri, keterbukaan terhadap pengalaman baru, kreativitas, menunjukkan inisiatifnya dalam menentukan sesuatu kegiatan, menunjukkan rasa ingin tahu yang tinggi, menunjukkan emosi yang stabil dan mampu mengekplorasi kesempatan yang diberikan kepada siswa dengan cukup baik. Keempat, Keterbatasan yaitu masih ada siswa yang kurang mampu melakukan kegiatan yang diharapkan guru, seperti mengamati, menggolong-golongkan, dan menarik kesimpulan . Siswa masih melakukan kegiatan menghapal sedangkan eksperimen yang semestinya dilakukan ternyata kurang ditunjukkan karena siswa cenderung terpaku dengan perolehan nilai secara kuantitatif. Kemampuan guru, secara umum masih menunjukkan keterbatasan, seperti masih suka mendikte siswa untuk menjawab pertanyaan yang dilontarkan oleh guru maupun oleh teman-temannya. Guru masih terpaku di ruangan, kurang memanfaatkan lingkungan sekolah, Keunggulan guru mampu membangkitkan semangat belajar siswa untuk memecahkan masalah, menunjukkan rasa tanggung jawab yang tinggi, kreativitas, menunjukkan kepercayaan diri yang tinggi, berkomunikasi dengan baik, terbuka terhadap pengalaman baru, dan mampu mengekplorasi hal-hal yang ada dihadapannya.
Saran kepada guru mata pelajaran IPA fisika yaitu mampu merancang, mengimplementasikan, mampu menciptakan lingkungan belajar yang kondusif dan mampu mengorganisasikan kelas secara fleksibel.
PENGEMBANGAN MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS NORMATIF DAN ADAPTIF UNTUK MENINGKATKAN KOMPETENSI SISWA PADA MATA DIKLAT KEWIRAUSAHAAN BIDANG KEAHLIAN BISNIS DAN MANAJEMEN DI SMK
Salah satu masalah pendidikan yang dihadapi dewasa ini khususnya di SMK adalah banyaknya lulusan SMK yang tidak dapat diterima didunia kerja. Hal ini disebabkan dunia kerja (para pemakai tamatan) memerlukan orang-orang disamping memiliki pengetahuan dan keterampilan juga memiliki sikap dan nilai-nilai perilaku yang baik. Oleh karena itu dalam proses pembelajaran di SMK perlu dikembangkan norma-norma/nilai-nilai yang dimiliki siswa, sehingga judul penelitian ini adalah "Pengembangn Model Pembelajaran Berbasis Normatif dan Adaptif untuk Meningkatkan Kompetensi Siswa pada Mata Diklat Kewirausahaan Bidang Keahlian Bisnis dan Manajemen di SMK".
Tujuan penelitian ini adalah:
1) untuk menemukan model pembelajaran berbasis normatif dan adaptif pada mata diklat kewirausahaan melalui desain, pengembangan, pemanfaatan, pengelolaan dan evaluasi, 2) untuk mengetahui hasil pembelajaran berbasis normatif dan adaptif pada mata diklat kewirausahaan.
Penelitian ini menggunakan metode penelitian dan pengembangan (research and development). Pengembangan model ini merupakan pengembangan model konseptual dan model operasional. Model konseptual mengembangkan lima komponen yang terdiri dari: desain, pengembangan, pemanfaatan, pengelolaan dan penilaian; sedangkan model operasional merupakan langkah-langkah pembelajaran dikelas yang terdiri dari: tahap mengundang keterlibatan siswa, tahap menyajikan materi untuk diskusi, tahap mengembangkan pengembangan nilai pribadi, tahap alternatif tindakan dan tahap merumuskan kesepakatan.
Hasil
penelitian terdiri dari tiga bagian, yaitu: hasil pra survey, perencanaan & pengembangan model dan uji coba model. Hasil uji coba menunjukkan bahwa pembelajaran berbasis normatif dan adaptif memiliki pengaruh yang positif terhadap pengembangan norma-norma/nilai-nilai. Demikian juga dalam hasil belajar, dengan pengujian statistik membandingkan hasil pre-test dan post-test memberi pengaruh terhadap kemampuan penguasaan materi pembelajaran.
Berdasarkan hasil penelitian tersebut, direkomendasikan kepada guru untuk mendiskusikan dan menyebarluaskan model ini kepada guru-guru yang lain. Rekomendasi untuk pemerintah atau dinas pendidikan adalah agar guru diberi pengalaman yang luas untuk meningkatkan pembelajaran berbasis normatif dan adaptif melalui penataran-penataran dan pelatihan-pelatihan. Sedangkan untuk peneliti yang lain direkomendasikan agar penelitian ini lebih dikembangkan baik isi maupun prosedurnya juga dalam penyusunan kisi-kisi dan instrumen lebih spesifik agar dihasilkan suatu instrumen yang lebih akurat. Untuk evaluator pendidikan agar melakukan evaluasi yang lebih komprehensif yang tidak hanya mengukur kemampuan penguasaan materi melainkan kemampuan dalam menerapkan norma-norma/nilai-nilai yang baik. Rekomendasi untuk para penerbit buku, hendaknya buku-buku tidak hanya membahas materi-materi akademik saja melainkan pembahasan materi dihubungkan dengan nilai-nilai yang sesuai dengan topik tersebut.
tokoh tokoh Ilmuwan pada masa tumbuh dan berkembangnya Perpustakaan Alexandria
Beberapa tokoh tokoh Ilmuwan pada masa tumbuh dan berkembangnya Perpustakaan Alexandria :
• Archimedes : Matematikawan dan penemu abad ketiga Sebelum Masehi (SM). Menghasilkan banyak temuan dan upaya ilmiah untuk menghitung pi
• Aristarchus dari Samos : Astronom abad ketiga SM. Orang pertama yang berspekulasi bahwa planet-planet mengitari matahari. Menggunakan trigonometri untuk menghitung jarak dan ukuran matahari dan bulan
• Kalimakhus : pujangga dan kepala perpustakaan abad ketiga SM. Menyusun Indeks pertama untuk Perpustakaan Aleksandria, sebuah karya yang membentuk kanon kesusastraan Yunani klasik
• Claudius Ptolemaeus : Astronom abad kedua; tulisannya tentang geografi dan astronomi diakui sebagai naskah standar
• Eratosthenes : Pakar ensiklopedia dan salah seorang pustakawan Aleksandria, abad ketiga SM, menghitung keliling bumi dengan cukup akurat
• Euklides : Matematikawan, abad keempat SM. Bapak Geometri dan pelopor ilmu optik. Karyanya Elements, menjadi standar ilmu geometri sampai abad ke-19
• Galen : Dokter abad ke-2 Masehi' ke-15 bukunya menjadi naskah standar selama 12 abad
• Perpustakaan Pertama Di Dunia Yang Mengagumkan
•
• Posted by Kaskusnews May 11, 2010
• Perpustakaan berasal dari kata “Pustaka” yang berarti Kitab atau Buku. Menurut Sulistyo Basuki dalam bukunya Pengantar Ilmu Perpustakaan mengatakan bahwa “batasan perpustakaan adalah sebuah ruangan, bagian sebuah gedung, ataupun gedung itu sendiri yang di gunakan untuk menyimpan buku ataupun terbitan lainnya yang biasanya di simpan dengan tata susunan tertentu untuk digunakan pembaca,bukan untuk di jual.” Jadi dapat di simpulkan bahwa perpustakaan tak akan pernah jauh dari Buku –buku.
Dari penjelasan di atas dapat dipahami bahwa perpustakaan merupakan hal yang sangat Fundamental dalam dunia pendidikan. Karena Perpustakaan selalu berkaitan dengan buku, dan buku akan selalu berkaitan dengan ilmu. Di ruang Perpustakaan seorang Ilmuwan dapat mencari refrensi penemuan – penemuan yang di temukan pendahulunya, dari perpustakaan seseorang dapat mengembangkan wawasan pemikirannya, di sana juga seseorang dapat seseorang dapat melakukan riset-riset kecil serta observasi-observasi dan kemudian memuatnya kembali dalam bentuk informasi baru yang berguna bagi dirinya dan orang lain. Dan ini adalah sejarah salah satu Perpustakaan Tebesar dalam sejarah Dunia, Ialah Bibliotheca Alexandrina Egypt (Perpustakaan Iskandariah Mesir).
PENJELASANNYA :
• Bibliotheca Alexandrina Egypt (Perpustakaan Iskandariah Mesir) merupakan perpustakaan pertama dan terbesar di dunia. Perpustakaan ini bahkan bertahan selama berabad-abad dan memiliki koleksi 700.000 gulungan papyrus, bahkan jika di bandingkan dengan Perpustakaan Sorbonne di abad ke-14 ‘hanya’ memiliki koleksi 1700 buku.
Perpustakaan ini di dirikan oleh Ptolemi I sang penerus Alexander(Iskandariah) pada tahun 323 SM, dan terus berlanjut sampai kekuasaan Ptolemi III. Pada waktu itu para penguasa mesir begitu besemangat memajukan Perpustakaan dan Ilmu Pengetahuan mereka, bahkan dalam Manuskrip Roma mengatakan bahwa sang Raja mesir membelanjakan harta kerajaan untuk membeli buku dari seluruh pelosok negeri hingga terkumpul 442.800 buku dan 90.000 lainnya berbentuk ringkasan tak berjilid. Ia juga memerintahkan prajurit untuk menggeledah setiap kapal yang masuk guna memperoleh naskah. Jika ada naskah yang ditemukan, mereka menyimpan yang asli dan mengembalikan salinannya. Menurut beberapa sumber, ketika Athena meminjamkan naskah-naskah drama klasik Yunani asli yang tak ternilai kepada Ptolemeus III, ia berjanji membayar uang jaminan dan menyalinnya. Tetapi sang raja malah menyimpan yang asli, tidak mengambil kembali uang jaminan itu, dan memulangkan salinannya
Namun cerita keemasan ini hanya menjadi sejarah. Ialah ketuka penaklukan bangsa Romawi yang di pimpin oleh Julius Caesar pada tahun 48 SM. Bangsa Romawi membakar 400.000 buku musnah menjadi abu using yang tak berguna. Dunia ilmu saat itu sangat berduka karena telah kehilangan salah satu sumber ilmu pengetahuan terbaik saat itu. Namun akhirnya sang Kaisar, Julius Caesar meminta maaf, dan sebagai gantinya ia mengirim Marx Antonio untuk menghadiahkan 200.000 buku dari Roma kepada Ratu mesir saat itu, Cleopatra, dan dari inilah kisah mereka berlanjut.
Namun perpustakaan megah yang ada di mesir tersebut tak pernah kembali seperti masa – masa keemasanya. Sejak pembakaran tersebut, Perpustakaan Iskadariah solah tak terurus. Bahkan hampir menjadi artefak –artefak kuno saja. Akan tetapi, UNESCO memprakarsai untuk bekerja sama dengan pemerintah Mesir,membangun kembali perpustakaan dengan sejarah terbesar dalam sejarah tersebut. Dan pembangunan ini di mulai sejak tahun 1990-an. Pembangunan ini menghabiskan dana tak kurang dari US$ 220 juta. US 120 juta di tanggung pemerintah Mesir dan sisanya di tanggung dari bantuan Internasional dari Negara-negara lain. Akhirnya setelah terbengkalai hampir selama 20 Abad, Perpustakaan Iskandriah(Bibliotheca Alexandrina) berdiri megah dan unik. Bangunan utama berbentuk bulat beratap miring, terbenam dalam tanah. Di bagian depan sejajar atap, dibuat kolam untuk menetralkan suhu pustaka, terdiri lima lantai di dalam tanah, perpustakaan ini dapat memuat sekitar 8 juta buku. Namun yang ada saat ini baru 250.000 buku dan akan terus bertambah tiap tahun.Selain itu juga menyediakan berbagai fasilitas, seperti 500 unit komputer berbahasa Arab dan Inggris untuk memudahkan pengunjung mencari katalog buku, ruang baca berkapasitas 1.700 orang, conference room, ruang pustaka Braille Taha Husein khusus tuna netra, pustaka anak-anak, museum manuskrip kuno, lima lembaga riset, dan kamar-kamar riset yang bisa dipakai gratis.
Dan yang juga menarik,adalah lantai tengah perpustakaan tersebut terdapat Gallery Design dan bisa dilihat dari berbagai sisi. Di lantai kayu yang cukup luas itu terpajang berbagai prototype mesin cetak kuno dan berbagai lukisan dinding. Perpustakaan ini selalu dipenuhi pengunjung, padahal di Alexandria tidak banyak universitas seperti di Kairo. Ini menunjukkan tingginya minat baca masyarakat Mesir dan perpustakaan yang dulu dihancurkan Julius Caesar itu kini menjadi salah satu objek wisata sebagaimana Piramid Giza, Mumi, Karnax Temple, Kuburan para Firaun di Luxor atau Museum Kairo yang menyimpan timbunan emas Tutankhamun.
•
Isi di perpustakaan tersebut mengandung :
# Sebuah Perpustakaan yang dapat menampung jutaan buku.
# Sebuah Arsip Internet
# Enam khusus perpustakaan untuk
1. Seni, multimedia dan bahan-bahan audio-visual,
2. tunanetra,
3. anak-anak,
4. kaum muda,
5. microforms, dan
6. buku langka dan koleksi khusus
# Empat Museum untuk
1. Antiquities,
2. Naskah,
3. Sadat dan
4. Sejarah Sains
# Planetarium A
# Sebuah Exploratorium untuk eksposur anak terhadap ilmu (ALEXploratorium)
# Culturama: panorama budaya lebih dari sembilan layar, yang pertama kalinya dipatenkan 9-proyektor sistem interaktif. Pemenang banyak penghargaan, yang Culturama, dikembangkan oleh CULTNAT, memungkinkan penyajian banyak lapisan data, dimana presenter dapat klik pada item dan pergi ke tingkat baru detail. Ini adalah presentasi multi-media sangat informatif dan menarik warisan di Mesir 5.000 tahun sejarah untuk zaman modern, dengan highlights dan contoh-contoh dan Koptik Mesir Kuno / warisan Islam.
# VISTA (The Virtual Immersive Sains dan Teknologi Aplikasi sistem) adalah sebuah lingkungan Virtual Reality interaktif, yang memungkinkan peneliti untuk mengubah data set ke dalam dua-dimensi simulasi 3-D, dan ke langkah di dalamnya. Sebuah alat praktis visualisasi selama penelitian, VISTA membantu peneliti untuk mensimulasikan perilaku sistem alam atau manusia-rekayasa, bukan hanya mengamati sistem atau membangun model fisik.
# Delapan pusat penelitian akademik:
1. Alexandria dan Pusat Penelitian Mediterania (Alex-Med),
2. Arts Center,
3. Kaligrafi Pusat,
4. Pusat Studi Khusus dan Program (CSSP),
5. Sekolah Internasional Studi Informasi (ISIS),
6. Naskah Pusat,
7. Pusat Dokumentasi Budaya dan Warisan Alam (CultNat, terletak di Kairo), dan
8. Alexandria Pusat Studi Helenistik.
# Lima belas pameran tetap meliputi
1. Tayangan dari Aleksandria: Koleksi Awad,
2. Dunia Shadi Abdel Salam,
3. Arabic Kaligrafi,
4. Sejarah Percetakan,
5. Arab-Muslim Abad Pertengahan Instrumen Astronomi dan Sains (Penunggang Star), dan Pameran Tetap Seleksi Seni Kontemporer Mesir:
6. Para Artis Buku,
7. Mohie El Din Hussein: A Journey Kreatif,
8. Abdel Salam Idul Fitri,
9. The Raaya El-Nimr dan Abdel-Ghani Abou El-Enein Koleksi Seni Rakyat Arab,
10. Seif dan lemah Adham: Motion dan Seni,
11. Dipilih Artworks dari Henin Adam,
12. Dipilih Artworks Ahmed-Abdel Wahab,
13. Artworks Terpilih Hamed Saeed,
14. Dipilih Artworks dari Soliman Hassan, dan
15. Sculpture.
# Empat seni galeri untuk pameran temporer
# Sebuah Pusat Konferensi untuk ribuan orang
# Sebuah Forum Dialog yang memberikan kesempatan untuk pertemuan, dan diskusi dengan para pemikir, penulis dan penulis untuk membahas berbagai isu penting yang mempengaruhi masyarakat modern. Forum Reformasi Arab adalah hasil dari Konferensi Reformasi Arab pertama diselenggarakan pada tahun 2004
Cara memperoleh data artikel
Cara memperoleh data artikel
Saya mencarinya data artikel ini tidak didapatkan diperpustakaan tetapi saya menggunakan dengan cara membuka nya di google. Dengan cara mengetik data yang saya butuhkan atau yang data yang dicari, karena mungkin lebih cepat waktu.
Informasi di google kini sudah menjadi salah satu kebutuhan manusia, Informasi diperlukan untuk berbagai tujuan, yaitu memperlancar kegiatan- kegiatan dan ada pula hanya sekedar memenuhi rasa ingin tahu. Oleh karena itu, disetiap manusia berbagai cara yang dilakukan untuk memenuhi kebutuhan tersebut dan berbagai perilaku pencarian informasi pun muncul.
Kegiatan penelusuran makin berkembang seiring dengan kemajuan teknologi di bidang informasi berbagai perangkat lunak penelusuran informasi dan media penyimpan informasi. Salah satu perkembangan teknologi penelusuran informasi adalah internet. Kemajuan teknologi berdampak pula pada teknik penyimpanan informasi dengan berkembangnya berbagai media, seperti hard disk, disket, CD-ROM, CD-RW, DVD, dan optical disc.
Perkembangan kebutuhan informasi dan teknologi penyimpanan informasi berkaitan erat. Di satu pihak, orang membutuhkan informasi yang tepat dan berdaya guna, di pihak lain teknologi pun mengemasnya dengan berbagai cara. Kedua pihak ini memiliki kemajuan yang seimbang sehingga untuk menjembataninya diperlukan suatu sistem yang dapat memberi kemudahan. Sering kali orang ingin mencari informasi, namun tidak mengetahui tempat penyimpanan informasi tersebut.
proses tersebut sampai ke sistem temu kembali informasi, yaitu bermula dari ASK lalu muncul kebutuhan akan informasi, formulasi query, search parameter, retrieved record, dan berakhir di basis data. Tulisan ini bertujuan untuk mengetahui langkah-langkah penelusuran (query) yang tepat untuk memperoleh informasi yang relevan sehingga mendapatkan presisi yang memuaskan. Berdasarkan pembahasan terhadap beberapa hal yang berhubungan dengan temu kembali informasi diharapkan dapat diambil kesimpulan tentang:
1. Strategi penelusuran yang benar sehingga dapat dicapai proses temu kembali informasi yang efektif dan efisien.
2. Cara mengatasi permasalahan penelusuran sehingga faktor yang menyebabkan kegagalan penelusuran dapat ditekan semaksimal mungkin.
3. Faktor-faktor yang perlu diperhatikan apabila akan melakukan penelitian tentang penelusuran informasi, misalnya parameter yang harus ditentukan, variabel yang harus diambil, faktor-faktor yang perlu dilihat, dan metode yang sesuai.
KESIMPULAN
Strategi yang dapat ditempuh untuk mendapatkan informasi yang relevan adalah memilih jenis basis data yang tepat, melakukan komunikasi efektif antara pengguna dan petugas perpustakaan, menentukan pertanyaan telusur yang standar, melakukan penguatan ulang pertanyaan telusur, dan meminta pengguna untuk menilai hasil yang diperoleh. Komunikasi yang efektif antara pencari informasi dan penelusur akan menentukan strategi penelusuran yang digunakan dan waktu yang dibutuhkan untuk penelusuran informasi serta relevansi dokumen yang diperoleh. Pemilihan basisdata menentukan keberhasilan penelusuran untuk mendapatkan subjek yang relevan dengan yang diinginkan pengguna.
Teknik pemberian persamaan istilah standar (thesaurus), penambahan atau pembuangan istilah atas dasar bobot istilah, serta perluasan atau penyempitan istilah yang digunakan dapat membantu menemukan dokumen yang relevan bagi pengguna
Komentar
Untuk dapat melakukan penelusuran dengan baik, pemahaman terhadap sistem yang digunakan sangat penting, seperti pengetahuan akan indeks yang digunakan sistem dan kosakata disiplin ilmu tertentu. Penilaian relevansi sangat dipengaruhi oleh subjektivitas pengguna sehingga pengguna tidak dapat diperlakukan dengan cara yang sama. Pada perpustakaan yang memiliki banyak basisdata, informasi dapat diperoleh dari berbagai basisdata. Oleh karena itu, penguasaan penelusur terhadap berbagai sistem temu kembali informasi perlu ditingkatkan. Karakteristik software yang digunakan dan basisdata yang dimiliki perpustakaan perlu dipelajari dengan sebaik-baiknya.
DESKRIPTOR
Kemajuan Teknologi berdampak teknik penyimpanan informasi
STRATEGI PENELUSURAN INFORMASI PADA CD-ROM TEEAL:
Studi Kasus pada Pusat Perpustakaan dan Penyebaran Teknologi Pertanian
ABSTRAK
Temu kembali atau penelusuran informasi semakin berkembang dengan makin beragam dan meningkatnya kebutuhan informasi pengguna disertai dukungan kemajuan teknologi informasi dan telekomunikasi. Untuk memperoleh informasi yang tepat dan sesuai dengan kebutuhan pengguna perlu pengetahuan cara berinteraksi dengan sistem dan latar belakang subjek suatu bidang ilmu. Tulisan ini bertujuan untuk mengungkapkan strategi penelusuran yang perlu dikuasai dalam menggunakan basis data TEEAL.
Pengkajian menggunakan metode pendekatan terhadap pengguna, sistem dan formulasi pertanyaan penelusuran. Hasil kajian menunjukkan bahwa strategi untuk mendapatkan informasi yang tepat adalah dengan melakukan komunikasi yang efektif dengan pengguna, memilih basisdata yang tepat, menggunakan istilah standar (thesaurus), serta memahami sistem yang digunakan dan subjektivitas kebutuhan pengguna.
PENDAHULUAN
Informasi kini sudah menjadi salah satu kebutuhan primer manusia, mulai dari yang sifatnya sederhana sampai yang kompleks, dari yang sifatnya hiburan sampai yang ilmiah. Informasi diperlukan untuk berbagai tujuan, antara lain untuk mengambil keputusan, memperlancar kegiatan bisnis atau hanya sekedar memenuhi rasa ingin tahu. Oleh karena itu, berbagai cara dilakukan untuk memenuhi kebutuhan tersebut dan berbagai perilaku pencarian informasi pun muncul. Kegiatan penelusuran makin berkembang seiring dengan kemajuan teknologi di bidang informasi dan telekomunikasi, antara lain munculnya berbagai perangkat lunak penelusuran informasi dan media penyimpan informasi. Salah satu perkembangan teknologi penelusuran informasi adalah internet. Keberadaan media ini sudah diterima masyarakat luas dan merupakan pusat informasi yang dapat diakses dari manapun tanpa hambatan ruang dan waktu. Kemajuan teknologi berdampak pula pada teknik penyimpanan informasi dengan berkembangnya berbagai media, seperti hard disk, disket, CD-ROM, CD-RW, DVD, dan optical disc.
Perkembangan kebutuhan informasi dan teknologi penyimpanan informasi berkaitan erat. Di satu pihak, orang membutuhkan informasi yang tepat dan berdaya guna, di pihak lain teknologi pun mengemasnya dengan berbagai cara. Kedua pihak ini memiliki kemajuan yang seimbang sehingga untuk menjembataninya diperlukan suatu sistem yang dapat memberi kemudahan. Sering kali orang ingin mencari informasi, namun tidak mengetahui tempat penyimpanan informasi tersebut.
Sebaliknya walaupun keberadaan informasi diketahui, cara menemukan atau menelusurnya secara efektif dan efisien dapat menjadi masalah. Sering pula terjadi kegagalan dalam pencarian informasi.
Menurut Sulistyo-Basuki (1999), kegagalan dalam sistem simpan dan temu kembali informasi berkaitan dengan kriteria unjuk kerja yaitu perolehan dan ketepatan. Kekeliruan dapat terjadi dalam bahasa dokumen, deskripsi isi, prosedur
STRATEGI PENELUSURAN INFORMASI PADA CD-ROM TEEAL
Tugas Akhir penganti UAS
Disusun Oleh :
Nama : RIMA GLORIA RIZQY
NIM :108025000041
FAKULTAS ADAB DAN HUMANIORA JURUSAN ILMU PERPUSTAKAAN
UIN SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2010/2011
Evaluation of information retrieval system
Chapter 10
Evaluation of information retrieval system
Introdution
An evaluation is basically a judgment of worth. In other words, we evaluate a system in order in escertain the level of its performance or its value. Lancaster states that we can evaluate an information retrieval system by considering the following three issues:
1. How well the system is satisfying its objectives, that is, how well is satisfying the demands placed upon it
2. How efficiently it is satisfying its objectives, and finally
3. Whether the system justifies its existence.
In the information retrieval environment we may want to assess which of to existing system performs better, or we may try to assess how the level of performance of a given system can be improved. It is thus quite evident that during an evaluation study we measure the performance of the system under study against some sort of scale. There are two basic parameters for measuring the performance of a system effectiveness and afficiency. By effectiveness we mean the level up to which the given system attains its stated objectives. In an informaton retrieval system, the effectiveness may be a measure of how far it can retrieve relevant information while with holding non-relevant information. By efficiency we mean how economically the system is achieving its objective. In an information retrieval system efficiency can be measured by such factors as at what minimum cost does the system function effectively. The cost factors are be calculated indirectly. The include such factors as response time, that is time taken by the system to provide an answer: user effort, i.c.the amount of time and effort needed by a user to interact with the system and analyse the output retrieved in order to get the correct information: the financial expenditure involved per search, and so on.
This chapter discusses the major issues related to the evaluation of information rretrieval systems. Factors to be taken into consideration for measuring to performance of information retrieval systems are identified and followed by a discussion on the major steps to be followed in designing a programme for evaluation of such a system.
The purpose of evaluation
Evaluation studies investigate the degree to which the stated goals or expectations have been achieved or the degree to which these can be achieved. Keen gives three major purposes of evaluating an information retrieval system:
1. The need for measures with which to make merit comparisons within a single test situation. In other words, evaluation studies are conducted to compare the merits (or demerits) of two or more systems.
2. The need for measures with which to make comparisons between results obtained in different test situations, and
3. The need for assessing the merit of a real-life system.
Swanson states that evaluation studies have one or more of the following purposes:
1. To assess a set of goals, a programme plan, or design prior to implementation
2. To determine whether and how well goals or peformance expactations are being fulfilled
3. To determine specific reasons for successes and failures
4. To uncover principles underlying a successful programme
5. To establish a foundation of further research on yhe reasons for the relative success of alternative techniques, and
6. To improve the means employed for attaining objectives or to redefine subgoals or goals in view of research findings.
Evaluation criteria
An evaluation study can be conducted from two different points of view. When it is conducted from managerial point of view, the evaluation study is called management-oriented; conducted from the users’ point of view it is called a user-oriented evaluation study. Many information scientists advocate that evaluation of an information retrieval system should always be user-criented, i.e.evaluators should pay more attention to those factors that can provide improved service to the users. Cleverdon says that a user-orientation evaluation should try to answer the following questions.
1. To what extent does the system meet both the expressed and latent needs of its users’ community?
2. What are the reasons for the failure of the system to meet the users’ needs?
3. What is the cost-effectiveness of the searches made by the users themselves as against those made by the intermediaries?
4. What basic changes are required to improve the output?
5. Can the cost be reduced while maintaining the same level of performance?
6. What would be the possible effect if some new services were introduced or an existing service were withdrawn?
dans tugas
• Opinion and value questions are aimed and understanding the cognitive processes of the resrondent. The researcher is seeking information pertaining to goals, desires, values, and intentios.
• Knowledge questions are asked to determine the level of knowledge and information the respondent has about a particular topic.
• Sensory questions ask about what is seen, heard, touched, tasted, and smelled. For example, “When you walk into the library, what do you see?”.
• Demographic questions identify the characteristics of the responden.
`Lokman Meho summarized a nuber of studies that examined the use of e-mail as a means for a conducting interviews and found the apporoach to be a viable alternative to face-to-face and telephone interviewing, but there are problems with this as with any methodology.
If the interviews are recorded and then transcribed, hundreds of pages of transcripts can be the result. This many the require the use of a software tool to analyze the transcripts to assist in identifying themes, frequently occurring phrases, and so forth.
Tips for conducting a successful interview include the following:
• DO’S
Divide the interviews into major sections.
Provide transition between major topics.
Develop rapport with the participant prior to asking sensitive questions.
Be alert to your biases an remain neutral.
Know when to stop probing for more detail.
Keep the participant focused on the topic.
• DON’TS
Interrupt thr participant.
Attempt to fill every silence.
Insert your ow observations.
Disagree with the participant.
Allow the discussion to ramble.
Often the result of one or more interviews and observations will be written up in the form of a case study. The case study apporoach has been used in the field of library and information science to investigate a wide range of topics. A case study is an exploration of a specific program, event, or activity that ha a clearly delineated boundaries. The concept of the case study arises from law schools, in which a single case before a court is carefully examined. The use of the case study in law school was popularized by the movie and TV show The Paper Case. The case study is also used in other professions, most notably by the Harvard Business School and other MBA programs.
First used in the library arena in 1984by Fidel, and subsequently by many others, he cse study methodology must ameliorate a number of shortcomings:
• Study effect-the very act of studying something may change it.
Part I
Evaluation: Process and Models
ADDITIONAL TOOLS
To explore the used of additional tools that can assist in problem solving and improving processeswithin a library, see Sara Laughlin et al.,The Library’s Continuous Improvement Fieldbook.
SUMMARY
This chapter has indentified and discussed a number of tools that any library will fine to be of value as it seeks to evaluate a specific library service or implements changes in its processes in order improve productivity.
GROUNDED THEORY
Grounded theory was developed as a systemtic methodology, and its name underscores the generation of theory from data. Whwn the principles of grounded theory are followed, the researcher will formulate a theory about the phenomena being studied that can be evaluated. In some cases the observer will have prepared a data coding sheet to assist in gathering data. Others suggest that a coding sheet will prevent the reseacher from really understanding what this happening.
THINK ALOUD/THINK AFTER VERBAL PROTOCOL
Another kind of interview asks the library customer to perform a prescribed task or activity. The respondent is asked to verbalize what he or she is thinking while doing this activity –the think aloud protocol, sometimes called the protocol analysis. Using this methodology requires that the respondents be highly verbal in nature. Caution should be used with this methodology because it will likely affect people’s cognitive processes, as well as their behavior.
A variation of this is to ask the respondent to describe his or her thoughts after completing the task. Respondents of this is to ask the respondent to describe his or her thoughts after completing the task. Respondents using the think after method will likely ”forget”steps they may have taken inthe middle of their tasks.
In most cases when this method is used, the respondents are asked for their permission to record their comments with an audio or videotape recorder. The resulting comments are then transcribed for analysis. Computer software programs are available that can be used to analyze the text. Such software is particularly helpful if the evaluation project is going to involve a fair number of participants, with the resulting transcriptions being quite voluminous and difficult to analyze manually.
The amount of data generated using the think aloud or think after method depends on the complexity of the task to be performed and the number of nonproductive “dead ends” encountered by the respondent.
This approach has been applied to studies of library online catalogs and library Web sites. For example, Jennifer Branch used both methods to study the information-seeking processes of adolescents.
ETHNOGRAPHIC METHODS
Tools have been developed by cultural anthropologists to better understand people in different cultural settings. Cultural data assume the form of directly observable material items (tools, cultivated fields, houses, statues, clothing), individual behaviors and performances (ceremonies, fights, games, meals), and ideas and arrangements that exist only in people’s heads. From the perspective of the culture concept, anthropologists must first treat all these elements as is and must record observations with due attention to the cultural context and the meanings assigned by the culture’s practitioners. These demands are met through two major research techniques: participant observation and key informant interviewing. The more interesting methods include
• Drawing a picture,
• Taking photographs,
• Using a map to track activities, and
• Videotaping environments.
FOCUS GROUPS
A focus group is a group interview designed to learn about the beliefs and attitudes people hold and how those beliefs influence behavior. Typically such a discussion starts broadly and then narrows to focus more specifically on the topic being studied, hence the name focus group. The value of a focus group is that the comments of one individual will often trigger really valuable comments from other.
Libraries heve used focus groups to address a number of topic, including customer information needs analysis, community analysis, marketing studies, learning more about how a promotion might affect use of a planned or existing library service, value and utility of the library’s collections, assessing existing or planned library facilities, and much more.
Focus groups typically have from seven to twelve people as participants. Volunteers are recruited who are representetive of a particular group. (some participants may be compensated in a small way). In some cases, multiple focus group sessions are held with participants from different groups of the population served by the library. Typically, an outside trained moderator is used to facilitate the discussion and keep the comments on track. Thus, depending upon the number of focus group sessions, the costs can mount up quickly.
Focus groups usually run from one to two hours in length and should be held in a comfortable room that is free from outside distractions. Refreshments help keep the atmosphere comfortable. The library should work with the moderator to develop a list of topics that will be discussed. It is the moderator’s responsibility to ensure that the convertation is not monopolized by one or two individuals and to encourage the participation of all attendees. The moderator is there to provide some giudance in order to keep the discussion flowing but is not to judge or edit the discussion.
In addition to recording the session- with audio-or videotape equipment-the library should have one or two staff members in attendance to take notes and record pertinent comments and observations. The text of the recording is usually transcribed (it may take three to four hours to tanscribe one hour of conversation) and is usually subjected to content analysis using a software package. In general the software will produce a summary of the text and identify recurring themes. Some text mining software will summarize the text, identify and extract entities, and produce theme “maps” showing the relationships or links among the themes.
Having two or more people review the transcripts of the focus group sessions will assist in producing a summary of what the groups had to “say”. This will help reduce any bias that may creep in. Focus groups have been used in libraries to explore a number of topics, including services to youth and the reliability of services.
DELPHI METHOD
The delphi method is a systematic interactive forecasting method based on the independent contributions of selected experts who answer a series of questionnaires. The name “delphi” derives from the oracle of delphi. The delphi method recognizes the value of expert opinion, experience, and intuition. The selection of well-informed leading authorities in a particular field is crucial to the success of the delphi method.
Questions are usually formulated as hypothess, and experts react to each of these. Each round of questioning is followed with feedback on the preceding round of replies, usually presented anonymously. Thus the experts are encouraged to revise their earlier answer in light of the replies of other members of the group. It is belived that during this process the range of the answers will decrease and the group will converge toward “consensus.” The following key characteristics of the Delphi method help the participants focus on the issues at hand and separate Delphi from other methodologies:
• Structuring of information flow
• Regular feedback
• Anonymity of the participants
The panel director controls interactions among the participants by processing the information and filtering out irrelevant content. This prevents the negative effects of face-to-face panel discussions and solves the usual problems of group dynamics.
The Delphi method has been used for a number of studies within the library community. For example, recent Delphi studies have considered the library as place, the future of the academic library, the future of library school instruction, the future of the electronic journal, and the importance of the stakeholder in performance measurement.
CRITICAL INCIDENT TECHNIQUE
The critical incident technique is a method for analyzing critical incident-any observable human activity that is sufficiently complete in itself to permit inferences and predictions to be made about te persons performing the act. Typically the critical incident is used to gather and analyzed data pertaining to the most memorable experience, not necessarily the most recent. The critical incident technique was developed by John Flanagan and others in the 1950s.
The technique is used to evaluate and identify ways to increase effectiveness of service in a variety of field, including libraries. The critical incident technique has been shown to be a reliable and valid explanatory method as well as useful for gethering information about human behavior in a survey.
The procedures typically used in a critical incident evaluation include the following:
• General aims. A brief stetement of the focus of evaluation is prepared.
• Plans and specification. If observations are going to be made, the groups and behaviors to be observed are identified and data collection forms are prepared. If a survey is to be used, the survey is designed and pretested.
• Data collections. The data are recorded by the observer, on the surveys are disributed and then collected.
Opini dan nilai pertanyaan yang ditujukan dan memahami proses kognitif resrondent tersebut. Peneliti adalah mencari informasi yang berkaitan dengan tujuan, keinginan, nilai, dan intentios.
• Pengetahuan pertanyaan diminta untuk menentukan tingkat pengetahuan dan informasi responden memiliki sekitar topik tertentu.
• Sensorik pertanyaan bertanya tentang apa yang dilihat, didengar, disentuh, dirasakan, dan berbau. Misalnya, "Ketika Anda berjalan ke perpustakaan, apa yang kau lihat?".
• Demografi pertanyaan mengidentifikasi karakteristik responden tersebut.
`Lokman Meho diringkas nuber studi yang meneliti penggunaan e-mail sebagai sarana untuk melakukan wawancara dan menemukan apporoach untuk menjadi alternatif untuk wajah-wajah ke-dan telepon wawancara, tetapi ada masalah dengan ini karena dengan metodologi apapun.
Jika wawancara dicatat dan kemudian ditranskripsi, ratusan halaman transkrip dapat hasilnya. Ini banyak memerlukan penggunaan perangkat lunak untuk menganalisis transkrip untuk membantu dalam mengidentifikasi tema, frasa yang sering terjadi, dan sebagainya.
Tips untuk melakukan wawancara yang berhasil adalah sebagai berikut:
• DO'S
Bagilah wawancara menjadi bagian utama.
Menyediakan transisi antara topik utama.
Mengembangkan hubungan dengan peserta sebelum mengajukan pertanyaan sensitif.
Jadilah waspada terhadap bias Anda sebuah tetap netral.
Tahu kapan harus berhenti menggali untuk lebih detail.
Jauhkan peserta terfokus pada topik.
• Larangan
Interrupt peserta thr.
Mencoba untuk mengisi keheningan setiap.
Masukkan ow pengamatan Anda.
peserta.Tidak setuju dengan
Biarkan diskusi untuk mengoceh.
Seringkali akibat dari satu atau lebih wawancara dan observasi akan ditulis dalam bentuk studi kasus. Para apporoach studi kasus telah digunakan dalam bidang ilmu perpustakaan dan informasi untuk menyelidiki berbagai topik. Sebuah studi kasus merupakan eksplorasi dari program tertentu, acara, atau kegiatan yang ha dengan batas-batas jelas digambarkan. Konsep dari studi kasus muncul dari sekolah hukum, di mana kasus tunggal sebelum pengadilan dengan hati-hati diperiksa. Penggunaan studi kasus di sekolah hukum dipopulerkan oleh film dan TV menunjukkan Kasus Kertas. Studi kasus ini juga digunakan dalam profesi lain, terutama oleh Harvard Business School dan MBA program lainnya.
Pertama kali digunakan di arena perpustakaan di 1984by Fidel, dan selanjutnya oleh banyak orang lain, ia cse metodologi studi harus memperbaiki sejumlah kelemahan:
• Studi efek-tindakan yang sangat mempelajari sesuatu yang dapat mengubahnya.
Bagian I
Evaluasi: Proses dan Model
TAMBAHAN ALAT
Untuk menjelajahi digunakan alat tambahan yang dapat membantu dalam pemecahan masalah dan meningkatkan processeswithin perpustakaan, lihat Sara Laughlin et al, Fieldbook Peningkatan Kontinu Perpustakaan..
RINGKASAN
Bab ini telah diidentifikasi dan dibahas sejumlah alat bahwa perpustakaan apapun akan baik untuk menjadi nilai karena berusaha untuk mengevaluasi layanan perpustakaan tertentu atau menerapkan perubahan dalam proses dalam rangka meningkatkan produktivitas.
Grounded theory
Teori Beralas dikembangkan sebagai metodologi systemtic, dan namanya menggarisbawahi generasi teori dari data. Whwn prinsip-prinsip grounded theory diikuti, peneliti akan merumuskan sebuah teori tentang fenomena yang sedang dipelajari yang dapat dievaluasi. Dalam beberapa kasus pengamat akan memiliki menyiapkan data coding lembar untuk membantu dalam pengumpulan data. Lain menunjukkan bahwa lembar koding akan mencegah reseacher dari apa yang terjadi benar-benar memahami ini.
Berpikir keras / BERPIKIR SETELAH PROTOKOL VERBAL
Jenis lain dari wawancara meminta pelanggan perpustakaan untuk melakukan tugas yang ditentukan atau kegiatan. Responden diminta untuk verbalisasi apa yang dia berpikir saat melakukan kegiatan-itu berpikir keras protokol, kadang-kadang disebut analisis protokol. Menggunakan metodologi ini mensyaratkan bahwa responden sangat verbal dalam alam. Perhatian harus digunakan dengan metodologi ini karena kemungkinan akan mempengaruhi proses kognitif masyarakat, serta perilaku mereka.
Sebuah variasi dari ini adalah untuk meminta responden untuk menggambarkan pikirannya atau setelah menyelesaikan tugas. Responden ini adalah untuk meminta responden untuk menggambarkan pikirannya atau setelah menyelesaikan tugas. Responden menggunakan metode berpikir setelah mungkin akan "lupa" langkah-langkah mereka mungkin telah mengambil tengah inthe tugas mereka.
Dalam kebanyakan kasus ketika metode ini digunakan, para responden diminta untuk izin mereka untuk merekam komentar-komentar mereka dengan perekam audio atau video. Komentar yang dihasilkan kemudian ditranskripsi untuk analisis. Program komputer perangkat lunak yang tersedia yang dapat digunakan untuk menganalisis teks. Perangkat lunak tersebut sangat membantu jika evaluasi proyek akan melibatkan cukup banyak peserta, dengan transkripsi hasil yang cukup tebal dan sulit untuk menganalisis secara manual.
Jumlah data yang dihasilkan menggunakan berpikir keras atau berpikir setelah metode tergantung pada kompleksitas dari tugas yang harus dilakukan dan jumlah produktif "buntu" yang dihadapi oleh responden.
Pendekatan ini telah diterapkan untuk mempelajari katalog perpustakaan online dan situs Web perpustakaan. Sebagai contoh, Cabang Jennifer digunakan kedua metode untuk mempelajari informasi-mencari proses remaja.
Etnografi METODE
Alat telah dikembangkan oleh para antropolog budaya untuk lebih memahami orang-orang di pengaturan budaya yang berbeda. Data kebudayaan mengambil bentuk barang materi secara langsung diamati (alat, ladang, rumah, patung, pakaian), perilaku individu dan pertunjukan (upacara, perkelahian, permainan, makanan), dan ide-ide dan pengaturan yang hanya ada di kepala orang. Dari perspektif konsep budaya, antropolog pertama harus memperlakukan semua elemen-elemen seperti dan harus mencatat pengamatan dengan memperhatikan konteks budaya dan makna yang diberikan oleh praktisi budaya itu. Tuntutan ini dipenuhi melalui dua teknik riset utama: observasi partisipan dan wawancara informan kunci. Metode yang lebih menarik termasuk
• Menggambar gambar,
• Mengambil foto,
• Menggunakan peta untuk melacak aktivitas, dan
• rekaman video lingkungan.
KELOMPOK FOKUS
Sebuah kelompok fokus adalah wawancara kelompok yang dirancang untuk belajar tentang kepercayaan dan sikap orang memegang dan bagaimana mereka mempengaruhi perilaku keyakinan. Biasanya seperti diskusi luas dan kemudian mulai menyempit untuk lebih fokus khusus pada topik yang sedang dipelajari, maka kelompok fokus nama. Nilai dari kelompok fokus adalah bahwa komentar dari seorang individu sering akan memicu komentar benar-benar berharga dari yang lain.
Perpustakaan Nonaktifkan kelompok fokus digunakan untuk mengatasi sejumlah topik, termasuk informasi pelanggan analisis kebutuhan, analisis masyarakat, penelitian pemasaran, belajar lebih banyak tentang bagaimana promosi mungkin mempengaruhi penggunaan nilai, direncanakan atau layanan perpustakaan yang ada dan utilitas dari koleksi perpustakaan, menilai ada atau yang direncanakan fasilitas perpustakaan, dan banyak lagi.
Kelompok fokus biasanya memiliki 7-12 orang sebagai peserta. Sukarelawan-sukarelawan direkrut yang representetive kelompok tertentu. (Beberapa peserta dapat dikompensasikan dengan cara kecil). Dalam beberapa kasus, beberapa sesi diskusi kelompok yang diselenggarakan dengan peserta dari kelompok yang berbeda dari populasi yang dilayani oleh perpustakaan. Biasanya, seorang moderator yang terlatih luar digunakan untuk memfasilitasi diskusi dan komentar tetap di jalur. Jadi, tergantung pada jumlah sesi kelompok fokus, biaya dapat mount up dengan cepat.
Kelompok fokus biasanya dijalankan dari satu sampai dua jam panjang dan harus diadakan di sebuah ruangan yang nyaman yang bebas dari gangguan luar. Minuman membantu menjaga suasana nyaman. Perpustakaan harus bekerja dengan moderator untuk mengembangkan daftar topik yang akan dibahas. Ini adalah tanggung jawab moderator untuk memastikan bahwa convertation tidak dimonopoli oleh satu atau dua individu dan untuk mendorong partisipasi dari semua peserta. Moderator ada untuk memberikan giudance beberapa untuk menjaga diskusi mengalir tetapi tidak untuk menilai atau mengedit diskusi.
Selain untuk merekam sesi-dengan audio-atau video peralatan perpustakaan harus memiliki satu atau dua anggota staf yang hadir untuk mengambil catatan dan komentar yang bersangkutan merekam dan pengamatan. Naskah rekaman biasanya ditranskripsi (mungkin memakan waktu tiga sampai empat jam untuk tanscribe satu jam percakapan) dan biasanya dikenakan analisis isi menggunakan paket perangkat lunak. Secara umum perangkat lunak akan menghasilkan ringkasan teks dan mengidentifikasi tema berulang. Beberapa perangkat lunak pertambangan teks akan meringkas teks, mengidentifikasi dan ekstrak entitas, dan menghasilkan tema "peta" yang menunjukkan hubungan atau link antara tema.
Memiliki dua atau lebih orang meninjau transkrip dari sesi diskusi kelompok akan membantu dalam memproduksi ringkasan dari apa yang kelompok itu untuk "mengatakan". Ini akan membantu mengurangi bias yang mungkin menyelinap masuk kelompok fokus telah digunakan di perpustakaan untuk mengeksplorasi sejumlah topik, termasuk layanan untuk kaum muda dan keandalan layanan.
METODE DELPHI
Metode delphi adalah metode peramalan sistematis interaktif berdasarkan kontribusi independen ahli terpilih yang menjawab serangkaian kuesioner. Nama "delphi" berasal dari oracle delphi. Metode delphi mengakui nilai dari pendapat ahli, pengalaman, dan intuisi. Pemilihan informasi baik otoritas terkemuka di bidang tertentu sangat penting untuk keberhasilan metode delphi.
Pertanyaan biasanya dirumuskan sebagai hypothess, dan ahli bereaksi terhadap masing-masing. Setiap putaran mempertanyakan diikuti dengan umpan balik pada putaran sebelumnya balasan, biasanya disajikan secara anonim. Jadi para ahli didorong untuk merevisi jawaban sebelumnya mereka dalam terang balasan dari anggota lain dari kelompok. Hal ini belived bahwa selama proses ini berbagai jawaban akan berkurang dan kelompok akan berkumpul ke arah "konsensus." Karakteristik kunci berikut metode Delphi membantu peserta fokus pada isu-isu di tangan dan Delphi terpisah dari metodologi lain:
• Penataan arus informasi
• Regular umpan balik
• Anonimitas peserta
Direktur Panel kontrol interaksi antara peserta dengan pengolahan informasi dan menyaring konten yang tidak relevan. Hal ini untuk mencegah efek negatif dari tatap muka diskusi panel dan memecahkan masalah yang biasa dinamika kelompok.
Metode Delphi telah digunakan untuk sejumlah studi dalam komunitas perpustakaan. Sebagai contoh, baru-baru ini penelitian telah dianggap Delphi perpustakaan sebagai tempat, masa depan perpustakaan akademik, masa depan instruksi perpustakaan sekolah, masa depan jurnal elektronik, dan pentingnya stakeholder dalam pengukuran kinerja.
KEJADIAN KRITIS TEKNIK
Teknik insiden kritis adalah sebuah metode untuk menganalisis kejadian-apapun penting diamati aktivitas manusia yang cukup lengkap dalam dirinya sendiri untuk mengizinkan kesimpulan dan prediksi harus dibuat tentang orang te melakukan tindakan tersebut. Data Biasanya insiden kritis adalah digunakan untuk mengumpulkan dan menganalisis yang berkaitan dengan pengalaman yang paling berkesan, belum tentu yang paling baru. Teknik kejadian kritis dikembangkan oleh John Flanagan dan lain-lain pada tahun 1950.
Teknik ini digunakan untuk mengevaluasi dan mengidentifikasi cara untuk meningkatkan efektivitas pelayanan dalam berbagai bidang, termasuk perpustakaan. Teknik kejadian kritis telah terbukti menjadi metode yang jelas yang dapat diandalkan dan berlaku serta berguna untuk gethering informasi tentang perilaku manusia dalam suatu survei.
Prosedur biasanya digunakan dalam evaluasi insiden kritis adalah sebagai berikut:
• Umum bertujuan. Sebuah stetement singkat fokus evaluasi disiapkan.
• Rencana dan spesifikasi. Jika pengamatan yang akan dibuat, kelompok dan perilaku untuk diamati diidentifikasi dan data bentuk koleksi siap. Jika survei akan digunakan, survei ini dirancang dan pretested.
• Data koleksi. Data dicatat oleh pengamat, pada survei disributed dan kemudian dikumpulkan
Islam Masuk ke Spanyol
Pembahasan Materi
A. Islam Masuk ke Spanyol
Pada periode klasik paruh pertama – masa kemajuan – (650-1000M), wilayah kekuasaan Islam meluas melalui Afrika Utara (Aljazair dan Maroko) sampai ke Spanyol di Barat. Spanyol adalah nama baru bagi Andalusia zaman dahulu. Nama Andalusia berasal dari suku yang menaklukkan Eropa Barat di masa lalu sebelum bangsa Goth dan Arab (Islam).
Spanyol diduduki umat Islam pada zaman Khalifah Al-Walid (705-715M), salah seorang Khalifah dari Dinasti Bani Umayyah yang berpusat di Damaskus. Ada tiga nama yang sering disebut berjasa dalam penaklukan Spanyol, yaitu Musa bin Nushair, Tharif bin Malik dan Thariq bin Ziyad. Dari ketiga nama tersebut, nama terakhirlah yang sering disebut paling terkenal, karena pasukannya lebih besar dan hasilnya lebih nyata. Pasukannya terdiri dari sebagian suku Barbar (muslim dari Afrika Utara) yang didukung Musa bin Nushair dan sebagian lagi orang Arab yang dikirim Al-Walid. Pasukannya yang berjumlah 7000 orang menyeberang selat di bawah pimpinan Thariq bin Ziyad. Tentara Spanyol di bawah pimpinan Raja Roderick dapat ditaklukkan. Cordova jatuh pada tahun 711 M. dari sana, wilayah-wilayah Spanyol, seperti Toledo, Sevilla, Malaga, dan Granada dapat dikuasai dengan mudah.
Sukses Thariq bin Ziyad di masa Al-Walid (Daulat Umayyah-Damaskus) diikuti oleh Abd Al-Rahman Al-Dakhil (penguasa pertama Daulat Umayyah-Spanyol), yang berusaha menata sistem pemerintahan. Ia melihat masyarakat Spanyol adalah masyarakat heterogen, baik berdasarkan strata sosial, suku, ras, maupun agama. Dia memiliki tentara yang terorganisir dengan baik yang jumlahnya tidak kurang dari 40.000 tentara bayaran Barbar dan juga membangun angkatan laut yang kuat. Gebrakan lain yang dilakukannya adalah mendirikan mesjid agung Cordova dan sekolah-sekolah di kota-kota besar di Spanyol.
Sejak pertama kali menginjakkan kaki di tanah Spanyol hingga jatuhnya kerajaan Islam terakhir di sana, Islam memainkan peran yang sangat besar. Masa itu berlangsung selama hampir 8 abad (711-1429 M). sejarah panjang yang dilalui umat Islam di Spanyol itu dapat dibagi menjadi enam periode, yaitu:
Periode Pertama (711-755 M)
Pada periode ini, Spanyol berada di bawah pemerintahan para wali yang diangkat oleh Khalifah Bani Umayyah yang berpusat di Damaskus. Pada periode ini stabilitas politik negeri Spanyol belum terkendali akibat gangguan keamanan di beberapa wilayah, karena pada masa ini adalah masa peletakkan dasar, asas dan invasi Islam di Spanyol. Hal ini ditandai dengan adanya gangguan dari berbagai pihak yang tidak senang kepada Islam. Sentralisasi kekuasaan masih di bawah Daulat Umayyah di Damaskus.
Periode Kedua (755-912 M)
Pada masa ini Spanyol berada di bawah pemerintahan seorang yang bergelar amir (panglima atau gubernur), tetapi tidak tunduk kepada pusat pemerintahan Islam,yang ketika itu dipegang oleh Khalifah Abbasiyah di Bagdad. Amir pertama adalah Abdurrahman I yang memasuki Spanyol tahun 138 H/755 M dan diberi gelar al-Dakhil (yang masuk ke Spanyol). Dia adalah keturunan Bani Umayyah yang berhasil lolos dari kerajaan Bani Abbas, ketika Bani Abbas berhasil menaklukkan Bani Umayyah di Damaskus. Selanjutnya, ia berhasil mendirikan Dinasti Bani Umayyah di Spanyol.
Pada masa ini umat Islam di Spanyol mulai memperoleh kemajuan-kemajuan, baik dalam bidang politik, peradaban serta pendidikan. Abdurrahman mendirikan mesjid Cardova dan sekolah-sekolah di kota-kota besar di Spanyol. Kemudian penerus-penerusnya yang lain seperti Hisyam dikenal berjasa dalam menegakkan hukum Islam, dan Hakam dikenal sebagai pembaharu dalam bidang kemiliteran, sedangkan Abdurrhman al-Ausath dikenal sebagai penguasa yang cinta ilmu. Pada masa Abdurrhma al-Ausath ini pemikiran filsafat mulai masuk, maka ia mengundang para ahli dari dunia Islam lainnya untuk datang ke Spanyol sehingga kegiatan ilmu pengetahuan di Spanyol mulai semarak.
Periode Ketiga (912-1013 M)
Periode ini berlangsung mulai dari pemerintahan Abdurrahman III, yang bergelar “An-Nasir” sampai munculnya muluk at-thawaif (raja-raja kelompok). Pada periode ini Spanyol diperintah oleh penguasa dengan gelar ‘Khalifah”. Pada periode ini juga umat Islam di Spanyol mencapai puncak kemajuan dan kejayaan menyaingi Daulat Abbasiyah di Bagdad. Abdurrahman an-Nasir mendirikan universitas Cordova. Perpustakaannya memiliki koleksi ratusan ribu buku. Hakam II juga seorang kolektor buku dan pendiri perpustakaan.
Periode Keempat (1013-1086 M)
Pada periode ini Spanyol terpecah menjadi lebih dari 30 negara kecil di bawah pimpinan raja-raja golongan atau al-muluk at-thawaif, yang berpusat di suatu kota seperti Sivilie, Toledo dan sebagainya. Yang terbesar diantaranya adalah Abbadiyah di Sivilie.
Periode Kelima (1086-1248 M)
Pada periode ini terdapat suatu kekuatan yang masih dominan, yaitu kekuasaan dinasti Murabbitun (1146-1235 M). dinasti Murabbitun pada mulanya adalah sebuah gerakan agama di Afrika Utara yang didirikan oleh Yusuf ibn Tasyifin. Pada tahun 1062 M, ia berhasil mendirikan sebuah kerajaan yang berpusat di Marakesh. Ia masuk ke Spanyol atas undangan penguasa-penguasa Islam yang tengah mempertahankan kekuasaannya dari serangan raja-raja kristen.
Pada tahun 1143 M, kekuasaan dinasti Murabbitun berakhir, baik di Afrika Utara maupun di Spanyol dan digantikan oleh dinasti Muwahhidun. Dinasti Muwahhidun datang ke Spanyol di bawah pimpinan Abdul Mun’im sekitar tahun 1114 dan 1154 M, kota-kota penting umat Islam di Cordova, Almeria, dan Granada jatuh di bawah kekuasaannya. Untuk beberapa dekade dinasti ini mengalami banyak kemajuan.
Periode Keenam (1248-1492 M)
Pada periode ini Islam hanya berkuasa di daerah Granada di bawah dinasti Bani Ahmar (1232-1492 M). peradaban kembali mengalami kemajuan seperti di zaman Abdurrahman an-Nasir. Namun secara politik dinasti ini hanya berkuasa di wilayah yang kecil. Pada periode ini adalah akhir dari ekstensi umat Islam di Spanyol. Menurut Harun Nasution, pada sekitar tahun 1609 M boleh dikatakan tidak ada lagi umat Islam di daerah ini.
B. Kemajuan Ilmu Pengetahuan di Spanyol
Islam di Spanyol telah mencatat satu lembaran peradaban dan kebudayaan yang sangat brilian dalam bentangan sejarah Islam. Ia berperan sebagai jembatan penyebrangan yang dilalui ilmu pengetahuan Yunani-Arab ke Eropa pada abad XII. Minat terhadap pendidikan dan ilmu pengetahuan serta filsafat mulai dikembangkan pada abad IX M selama pemerintahan penguasaan Bani Umayyah yang ke-5, Muhammad ibn Abd Al-Rahman (832-886 M).
Berdasarkan literatur-literatur yang membahas sejarah pendidikan dan sejarah peradaban Islam secara garis besar pendidikan Islam di Spanyol terbagi pada dua bagian atau tingkatan, yaitu:
1. Kuttab
Pada lembaga pendidikan kuttab ini para siswa mempelajari beberapa bidang studi dan pelajaran-pelajaran yang meliputi fiqih, bahasa dan sastra serta musik dan kesenian.
a. Fiqih
Dalam bidang fiqih, karena Spanyol Islam menganut mazhab Maliki, maka para ulama memperkenalkan materi-materi fiqih dari mazhab imam Maliki. Para ulama yang memperkenalkan mazhab ini antara lain Ziyad ibn Abd Al-Rahman, perkembangan selanjutnya ditentukan oleh Ibn Yahya yang menjadi qadhi pada masa Hisyam ibn Abd Rahman. Ahli-ahli fiqih lainnya diantaranya Abu Bakr ibn Al-Quthiyah, Munzir ibn Said Al-Baluthi dan Ibn Hazm yang terkenal.
Para siswa di kuttab-kuttab tersebut mendapatkan materi fiqih cukup lengkap dan komprehensif dari ulama-ulama tersebut yang kompeten pada disiplin ilmunya.
b. Bahasa dan Sastra
Karena bahasa Arab telah menjadi bahasa resmi dan bahasa administrasi dalam pemerintahan Islam di Spanyol. Bahasa Arab ini diajarkan kepada murid-murid dan para pelajar, baik yang Islam maupun non Islam. Dan hal ini dapat diterima oleh masyarakat, bahkan mereka rela menomorduakan bahasa asli mereka. Mereka juga banyak yang ahli dan mahir dalam bahasa Arab, sehingga mereka terampil dalam berbicara maupun dalam tata bahasa. Di antara ahli bahasa tersebut yang termasyhur ialah Ibnu Malik pengarang kitab alfiyah, Ibn Sayyidin, Ibnu Khuruf, Ibn al-Hajj, Abu Ali al-Isybili, Abu al-Hasan Ibn Usfur, dan Abu Hayyan al-Garnathi.
c. Musik dan Kesenian
Sya’ir merupakan ekspresi utama dari peradaban Spanyol. Pada dasarnya sya’ir Spanyol didasarkan pada model-model sya’ir Arab membangkitkan sintimen prajurit dan interes faksional para penakluk Arab. Dalam bidang musik dan seni, Spanyol Islam memiliki tokoh seniman yang sangat terkenal, yaitu al-Hasan ibn Nafi dikenal dengan julukan Ziryab (789-857).
Setiap kali ada pertemuan dan perjamuan di Cardova, Ziryabselalumempertunjukkan kebolehannya. Ia juga terkenal sebagai penggubah lagu, ilmu yang dimilikinya itu diajarkan kepada anak-anaknya, baik laki-laki maupun perempuan dan juga kepada budak-budak sehingga kemasyhurannya tersebar luas.
2. Pendidikan Tinggi
Masyarakat Arab yang berada di Spanyol merupakan pelopor peradaban dan kebudayaan juga pendidikan, antara pertengahan abad kedelapan sampai dengan akhir abad ketigabelas. Melalui usaha yang mereka lakukan, ilmu pengetahuan kuno dan ilmu pengetahuan Islam dapat ditranmisikan ke Eropa. Bani Umayyah yang berada di bawah kekuasaan al-Hakam menyelenggarakan pengajaran dan telah memberikan banyak sekali penghargaan kepada para sarjana. Ia telah membangun Universitas Cardova berdampingan dengan mesjid Abdurrahman III yang selanjutnya tumbuh menjadi lembaga pendidikan yang terkenal diantara jajaran lembaga pendidikan tinggi lainnya di dunia. Universitas ini menandingi dua universitas lainnya, yaitu Al-Azhar di Cairo dan Nizamiyah di Baghdad, dan telah menarik perhatian para pelajar tidak hanya dari Spanyol, tetapi juga dari tempat lain seperti dari negara-negara Eropa, Afrika dan Asia.
Di antara para ulama yang bertugas di Universitas Cardova adalah Ibnu Quthaibah yang dikenal sebagai ahli tata bahasa dan Abu Ali Qali yang dikenal sebagai pakar filologi. Universitas ini memiliki perpustakaan yang menampung koleksi sekitar empat juta buku. Universitas ini mencakup jurusan yang meliputi astronomi, matematika, kedokteran, teologi dan hukum. Jumlah muridnya mencapai seribu orang. Selain itu juga di Spanyol terdapat Universitas Sevilla, Malaga, dan Granada. Mata kuliah yang diberikan di universitas-universitas tersebut meliputi teologi, hukum Islam, kedokteran, kimia, filsafat, dan astronomi. Sebagai prasasti pada pintu gerbang universitas yang disebutkan terakhir ditulis sebagai berikut: Dunia ini ditopang oleh empat hal, yaitu pengajaran tentang kebijaksanaan, keadilan dari penguasa, ibadah dari orang-orang yang saleh dan keberanian yang pantang menyerah.
a. Filsafat
Atas inisiatif Al-Hakam (961-976 M), karya-karya ilmiah dan filosofis diimpor dari Timur dalam jumlah besar, sehingga Cardova dengan perpustakaan dan universitas-universitasnya mampu menyaingi Baghdad sebagai pusat utama ilmu pengetahuan di dunia Islam. Apa yang dilakukan oleh para pemimpin Dinasti Bani Umayyah di Spanyol ini merupakan persiapan untuk melahirkan filosof-filosof besar pada masa sesudahnya. Tokoh utama pertama dalam sejarah filsafat Arab-Spanyol adalah Abu Bakr Muhammad ibn Al-Sayigh yang lebih dikenal dengan Ibn Bajjah. Dilahirkan di Zaragoza, ia pindah ke Sevilla dan Granada. Meninggal karena keracunan di Fez tahun 1138 M dalam usia muda. Seperti Al-Farabi dan Ibnu Sina di Timur, masalah yang dikemukakannya bersifat etis dan eskatologis. Magnum opusnya adalah Tadbir al-Mutawabbid .
Tokoh utama kedua adalah Abu Bakr ibn Thufail, penduduk asli Wadi Asy, sebuah dusun kecil di sebelah Timur Granada dan wafat pada usia lanjut pada tahun 1185 M. ia banyak menulis masalah kedokteran, astronomi dan filsafat. Karya filsafatnya yang terkenal adalah Hay ibn Yaqzhan.
Bagian akhir abad ke-12 M menjadi saksi munculnya seorang pengikut Aristotelis yang terbesar di gelanggang filsafat dalam Islam, yaitu Ibnu Rusyd dari Cordova, ia lahir tahun 1126 M dan wafatnya tahun 1198 M. ciri khasnya adalah kecermatan dalam menafsirkan naskah-naskah Aristotelis dan kehati-hatian dalam menggeluti masalah-masalah klasik tentang keserasian filsafat dan agama. Dia juga ahli fiqih dengan karyanya yang termasyhur Bidayah al-Mujtahid .
b. Sains
Ilmu-ilmu kedokteran, musik, matematika astronomi, kimia dan lain-lain juga berkembang dengan baik. Abbas ibn Farnas termasyhur dalam ilmu kimia dan astronomi. Ia adalah orang pertama yang menemukan pembuatan kaca dari batu. Ibrahim ibn Yahya al-Naqqash terkenal dalam ilmu astronomi. Ia dapat menentukan waktu terjadinya gerhana matahari dan menentukan beberapa lamanya. Ia juga berhasil membuat teropong yang dapat menentukan jarak antara tata surya dan bintang-bintang. Akhmad ibn Ibas dari Cardova adalah ahli dalam bidang obat-obatan. Umm al-Hasan ibn Abi Ja’far dan saudara perempuannya al-Hafidz adalah dua orang ahli kedokteran dari kalangan wanita.
Dalam bidang sejarah dan geografi, wilayah Islam bagian barat melahirkan banyak pemikir terkenal. Ibn Jubair dari Valencia (1145-1228 M) menulis tentang negeri-negeri muslim di Mediterania dan Sicilia. Dan Ibn Batuthah dari Tangier (1304-1377 M) mencapai Samudera Pasai dan Cina. Ibn al-Khatib (1317-1374 M) menyusun riwayat Granada, sedangkan Ibnu Khaldun dari Tunis adalah perumus filsafat sejarah. Itulah sebagian nama-nama besar dalam bidang sains.
C. Pengaruh Kemajuan Islam di Spanyol
Bangsa arab Spanyol adalah guru bagi bangsa Eropa. Pusat-pusat ilmu dan kebudayaan yang mencerahkan semua bangsa, muslim, kristen dan yahudi bertebaran di wilayah ini seperti, universitas cordoba, toledo, dan sevella.
Menurut Hitti,masa pemerintahan Abdurrahman III dan penerusnya, Al-hakam II, kemudian dilanjutkan oleh Al-hajib Al- mansur, menandai puncak kejayaan muslim dibarat.
1. Perkotaan
Selama periode ini, ibu kota umayyah menjadi kota paling berbudaya di Eropa dan, bersama konstantinopel dan Bagdad, Cordoba menjadi satu dari tiga pusat kebudayaan dunia. Dengan 130.000 rumah, 21 kota pinggiran, 73 perpustakaan, dan sejumlah besar toko buku, masjid dan istana, ibu kota umayyah memperoleh popularitas international, serta menbangkitkan personal dan kekaguman dihari parawisatawan.
Kota ini memiliki bermil-mil jalan yang rata yang disinari lampu-lampu dari rumah-rumah di pinggirnya, padahal tujuh abad setelah periode ini, kota London hanya mempunyai lampu umum, dan di Paris beberapa abad sesudahnya siapa pun yang berjalan diluar rumah saat hujan maka ia akan terjabak dalam kubangan lumpur setinggi pergelangan kaki. Setiap kali para penguwasa Leon, Novarre, atau Barselona membutuhkan alih bedah, arsitek, penyanyi, atau penjahit, maka mereka akan datang ke cordoba.
2. Bahasa dan Sastra
Di Spanyol sampai sekarang terdapat peninggalan dalam bentuk bahasa, kebudayaan, ekonomi, sosial dan pemikiran. Dalam bentuk bahasa terdapat 12 kota besar yang diberi nama arab yang dipakai sampai sekarang menurut bahasa mereka
3. Keilmuan
Dibidang intelektual yaitu bidang astronomi, kedokteran, filsafat, matematika, kimia, dan fisika dikembangkan parasaintis muslim. Dalam bidang ilmu-ilmu sosial dikembangkan yaitu sejarah, sosiologi, dan sastra.
Menurut Watt, sebagian besar pengaruh kebudayaan islam atas Eropa terjadi akibat pendudukan kaum muslim, atas Spanyol dan Sisilia. Kebudayaan yang paling menonjol terliat pada munculnya para ilmuan dengan masing-masing keahlian dibidangnya.
4. Perdagangan
Dalam sektor perdagangan, barang-barang yang berlimpah dari berbagai wilayah di perjual belikan dalam aktifitas perdagangan ini. Negara menggantungkan pendapatanya sebagian besar pada beaekspor dan inpor negeri Spanyol dibawah ke khalifahan umayyah menjadi salah satu daratan di Eropa yang paling makmur, dan paling padat penduduknya. Ibu kota di padati oleh sekitar 13.000 tukang tenun dan sebuah industri kulit yang tumbuh pesat.
5. Kelautan
Teknik pelayaran orang Arab diambil alih oleh para pelaut Eropa. Kemajuan yang paling pesat adalah pembuatan kapal dan pelayaran yang dilakukan antara tahun 1440 dan 1490 oleh para nahkoda portugis dan spanyol. Jumlah tiang kapal bertambah dan kemudian juga pelayarnya. Tahap penting berikutnya adalah digunakannya kompas sebagai alat penunjuk arah yang memudahkan para pelaut memudahkan para pelaut melakukan pelayarannya.
6. Pertanian
Kaum muslim juga telah memberikan sumbangan besar dalam sektor pertanian. Mereka telah menyuburkan tanah-tanah Spanyol yang gersang menjadi subur melalui teknik irigasi. Bukti akan hal tersebut terlihat dalam penggunaan istilah-istilah irigasi yang berbau Arab. Dengan berkembangnya irigasi, tanah-tanah Spanyol menjadi subur bagi tanaman yang selama ini belum dikenal seperti padi, tebu, jeruk, kapas, anggur, zaitun, ara, cery , apel, buah pir , delima , pisang dan palm.
Kemajuan pertanian merupkan salah satu sisi keagungan Spanyol muslim dan menjadi hadiah yang di berikan orang Arab bagi daratan itu, karena tanam-tanam di Spanyol sampai saat ini melestarikan jejak-jejak islam.
7. Perindustrian
Spanyol menghasilkan barang-barang mewah seperti tekstil yang indah dari wol, linen dan sutra. Bermacam pakaian dari bulu binatang ada di Spanyol digunakan untuk menghiasi pakaian atau sebagai pakaian tersendiri.
Rahasia pembuatan barang-barang hiasan ditemukan di Cordoba pada paroh kedua abad ke-9 . disana banyak pengrajin yang trampil dalam pembuata logam seperti kalung, gelang, anting dan perhiasan lain yang indah hingga kini masih terus terpelihara, dan kayu juga di ukir dan di hiasi dengan gading dan untuk induk mutiara, saat itu juga banyak kerajinan yang berupa hiasan dari kulit, yang juga terdapat dalam penjilidan buku.
D. Faktor-faktor Pendukung Kemajuan Pendidikan/Peradaban di Spanyol
1. Adanya dukungan dari para penguasa. Kemajuan Spanyol Islam sangat ditentukan oleh adanya penguasa-penguasa yang kuat dan berwibawa serta mencintai ilmu pengetahuan, juga memberikan dukungan dan penghargaan terhadap para ilmuan dan cendekiawan.
2. Didirikannya sekolah-sekolah dan universitas-universitas di beberapa kota di Spanyol oleh Abd al-Rahman III al-Nasir, dengan universitasnya yang terkenal di Cardova. Serta dibangunnya perpustakaan-perpustakaan yang memiliki koleksi buku-buku yang cukup banyak.
3. Banyaknya sarjana Islam yang datang dari ujung Timur sampai ujung Barat wilayah Islam dengan membawa berbagai buku dan bermacam gagasan. Ini menunjukkan bahwa meskipun umat Islam terpecah dalam beberapa kesatuan politik, terdapat apa yang disebut kesatuan budaya Islam.
4. Adanya persaingan antara Abbasiyah di Baghdad dan Umayyah di Spanyol dalam bidang ilmu pengetahuan dengan didirikannya Universitas Cardova yang menyaingi Universitas Bizhamiyah di Baghdad yang merupakan persaingan positif tidak selalu dalam bentuk peperangan.
KESIMPULAN
Berdasarkan pemaparan sebelumnya, dapat kami tarik kesimpulan sebagai berikut:
Spanyol merupakan tempat yang paling utama bagi Eropa dalam penyerapan ilmu pengetahuan yang dikembangkan umat Islam di sana serta peradabannya, baik dalam hubungan politik, sosial, maupun ekonomi dan peradaban antar negara.
Orang-orang eropa menyaksikan kenyataan bahwa Spanyol berada di bawah kekuasaan Islam jauh meninggalkan negara-negara tetangganya di Eropa, terutama dalam bidang pemikiran dan sains. Di samping itu juga peradabannya yakni bangunan-bangunan fisik lainnya.
Selanjutnya dari wilayah Spanyol ini mengalir berbagai pengetahuan untuk memajukan dan memperbaiki segala ketinggalannya bahkan mencapai kejayaannya hingga abad ini sebagaimana yang kita alami saat ini.
Kodikologi
Kodikologi
Istilah kodikologi berasal dari kata Latin ‘codex’ (bentuk tunggal; bentuk jamak ‘codies’) yang dalam bahasa Indonesia diterjemahkan menjadi ‘naskah’–bukan menjadi ‘kodeks’. Sri Wulan Rujiati Mulyadi mengatakan kata ’caudex’ atau ‘codex’ dalam bahasa Latin menunjukkan hubungan pemanfaatan kayu sebagai alas tulis yang pada dasarnya kata itu berarti ‘teras batang pohon’. Kata ‘codex’ kemudian di berbagai bahasa dipakai untuk menunjukkan suatu karya klasik dalam bentuk naskah. Hermans dan Huisman menjelaskan bahwa istilah kodikologi (codicologie) diusulkan oleh seorang ahli bahasa Yunani, Alphonse Dain, dalam kuliah-kuliahnya di Ecole Normale Seprieure, Paris, pada bulan Februari 1944. Akan tetapi istilah ini baru terkenal pada tahun 1949 ketika karyanya, ‘Les Manuscrits’ diterbitkan pertama kali pada tahun tersebut. Dain sendiri mengatakan bahwa kodikologi adalah ilmu mengenai naskah-naskah dan bukan mempelajari apa yang tertulis di dalam naskah. Dain juga menegaskan walaupun kata kodikologi itu baru, ilmu kodikologinya sendiri bukanlah hal yang baru. Selanjutnya Dain juga mengatakan bahwa tugas dan “daerah” kodikologi antara lain ialah sejarah naskah, sejarah koleksi naskah, penelitian mengenai tempat naskah2 yang sebenarnya, masalah penyusunan katalog, penyusunan daftar katalog, perdagangan naskah, dan penggunaan2 naskah itu.
(Sumber: http://www.rasiadha.wordpress.com)
Paleografi
Paleografi berasal dari kata Yunani
Palaios(kuna)
grafien(tulisan)
Definisi Paleografi
1. Wilem Van der molen: ilmu yang mempelajari bentuk tulisan
2. Robson, SO: Studi macam-macam tulisan kuna
3. Kamus: Ilmu tulisan kuna
Tugas pokok paleografi adalah meneliti sejarah tulisan untuk dapat melukiskan dan menerangkan perubahan-perubahan bentuk tulisan dari masa ke masa. Peran lain dari paleografi adalah sebagai ilmu bantu untuk beberapa ilmu lain seperti: epigrafi,sejarah,filologi,dll.
Fungsinya adalah untuk membaca teks-teks kuna, memberi tanggal dokumen yang tidak bertanggal, menjelaskan terjadinya penyimpangan tertentu dalam prosess penyalinan naskah atau teks.
Tujuan paleografi ada 2 (Niermeyer, 1974:47):
1. Menjabarkan tulisan-tulisan kuna karena beberapa tulisan kuna sangat sulit dibaca.
2. Menempatkan berbagai peninggalan tertulis dalam rangka perkembangan umum tulisanya dan atas dasar itu menentukan waktu dan tempat terjadinya tulisan tertentu.Hal itu penting untuk mempelajari tulisan tangan karya sastra yang biasanya tidak menyebutkan bilamana dan dimana suatu karya sastra ditulis, serta siapa pengarangnya (perlu juga diperhatikan ciri-ciri lain seperti panjang dan jarak baris, bahan naskah, ukuran, tinta, dll.
Langganan:
Postingan (Atom)